ilustrasi kopi (sumber gambar : unsplash/nathan dumlao)

Kisah Toko Kopi Tuku, Buka Kedai di Korea Sampai Beli Naming Rights MRT Cipete

13 January 2025   |   14:55 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Jenama minuman kekinian, Kopi Tuku, dalam beberapa hari ini tengah menjadi sorotan. Kopi Tuku diketahui telah membeli hak penamaan (naming rights) untuk stasiun MRT Cipete Raya. Nama stasiun tersebut pun kini berubah menjadi Cipete Raya Tuku.

Tak butuh waktu lama, perubahan nama stasiun MRT tersebut kini jadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Warganet membicarakan wajah baru di pintu stasiun MRT Cipete Raya juga telah diubah menjadi Cipete Raya TUKU.

Di luar itu, perubahan hak penamaan yang dilakukan oleh Kopi Tuku di stasiun MRT Cipete juga cukup menarik. Pasalnya, di kawasan Cipete inilah kedai fisik pertama Kopi Tuku berdiri.

Baca juga: Hypeprofil Teuku Dharul Bawadi: Membawa Kopi Aceh ke Panggung Dunia

Mengutip e-journal UAJY, jenama Kopi Tuku didirikan oleh seorang anak muda bernama Andanu Prasetyo. Pria yang karib disapa Tyo tersebut diketahui membuat toko Kopi Tuku saat mengerjakan tugas penelitian semasa kuliah.

Mulanya, Tyo terlebih dahulu membuat bisnis distro bersama kakaknya, tetapi kemudian berubah menjadi bisnis kafe yang diberi nama Toodz House. Setelah itu, Tyo tertarik dengan industri kopi karena melihat ada potensi besar yang belum tergali.

Saat mendalami perkopian, Tyo menyadari bahwa jumlah konsumsi masyarakat terhadap kopi lokal masih rendah. Dari situlah, dirinya ingin turut andil dalam meningkatkan konsumsi kopi lokal. Hal itu coba diwujudkannya melalui jenama Kopi Tuku.

Kopi Tuku pertama berdiri pada 2015 di kawasan Cipete. Minuman kopi yang dijajakannya berasal dari biji kopi Indonesia. Mengutip webinar APINDO, kedai Kopi Tuku pada masa awal masih sangat sederhana.

Misinya kala itu juga tak muluk-muluk. Jenama ini ingin menjual semua hal tentang kopi. Hal itu kemudian diwujudkan dengan menjual biji kopi, bubuk kopi, alat, pengolah, hingga produk minuman kopi.

Saat itu, di Cipete, Kopi Tuku masihlah kedai kecil yang menjual kopi kepada para tetangga di area sekitar. Kala itu, pegawai yang dipekerjakan masih kecil, bahkan sang owner, Tyo, masih sering terjun ke lapangan.

Salah satu yang melambungkan nama Kopi Tuku ialah kreasi minuman campuran antara susu, kopi, dan gula aren. Percobaan racikan yang kemudian dikenal sebagai Es Kopi Tetangga ini rupanya banyak disukai oleh para pembeli bahkan hingga menciptakan tren tersendiri.
 

Dalam webinar itu, Diana Frances, Business Manager Toko Kopi TUKU, menyebut fundamental operasional toko Kopi Tuku ada empat, yakni produk, lokasi, pelayanan, dan suasana. Kopi Tuku memposisikan diri berada di tengah-tengah antara kopi warung dan kopi artisan.

Nama Kopi Tuku makin melejit ketika mendapat kunjungan dari Presiden Joko Widodo pada 2017 lalu. Kunjungan tersebut sontak menarik perhatian masyarakat dan mendorong orang turut berbondong-bondong mencobanya.

Kunci bertahan dan terus mengembangkan diri bagi toko Kopi Tuku ialah terus berinovasi. Misalnya, ketika pandemi, kopi Tuku mencoba beradaptasi dan berinovasi dengan mengeluarkan varian kopi literan.

Dengan kopi literan, pembeli tidak perlu membeli 3-4 kopi lagi. Ide ini dinilai cocok, terutama kala itu pandemi memang membuat pergerakan orang di dalam kafe terbatas. Lalu, ketika Ramadan, mereka pun membuat kampanye unik, berupa paket kopi untuk buah tangan kepada kerabat.

Seiring berjalannya waktu, kedai Kopi Tuku makin punya banyak cabang di berbagai daerah. Hal menariknya, pertumbuhan cabang tersebut bukan didorong oleh kemitraan.

Baca juga: 10 Kopi Termahal di Dunia 2024, Ada Luwak dari Indonesia

Pada 2024, toko Kopi Tuku bahkan melakukan ekspansi ke luar negeri. Mereka membuat kedai pop up pertama di Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Di sana, Kopi Tuku tidak hanya menghadirkan produk kopi, tetapi juga membawa keberagaman biji kopi dan gula aren lokal Indonesia yang merupakan andalannya.

Ekspansi pun terus jadi strategi Kopi Tuku. Jenama ini diketahui berada di bawah naungan MAKA Group atau PT Makna Angan Karya Andanu (PT MAKA). Dalam hal ini, PT MAKA juga memiliki lini bisnis yang lain.

Mereka memiliki roastery bernama Beragam yang menyajikan berbagai kebutuhan toko Kopi Tuku. Lalu, mereka pun mengakuisisi merek Futago, brand Japanese Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melakukan ekspansi ke sektor makanan dan minuman guna memperkenalkan kuliner nusantara.

.
Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Refleksi Jejak Perlawanan 'Sang Presiden 2001' di Galeri Nasional Indonesia

BERIKUTNYA

Penelitian Situs Gunung Padang Berlanjut, Arkeolog Siapkan Data Penelitian

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: