Penelitian Situs Gunung Padang Berlanjut, Arkeolog Siapkan Data Penelitian
13 January 2025 |
15:26 WIB
Sejumlah peneliti dan arkeolog menyambut dengan gembira rencana Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) untuk kembali melanjutkan riset di Gunung Padang, Jawa Barat. Riset terhadap situs tersebut sebelumnya sempat terhenti karena ada pro dan kontra di kalangan ilmuwan.
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Ali Akbar mengatakan, pihaknya mengapresiasi wacana terkait penelitian situs Gunung Padang. Bersama ilmuwan lain, mereka juga sedang mempersiapkan data yang dapat mendukung hipotesa mereka, apakah situs tersebut termasuk piramida tertua atau bukan.
Baca juga: Sempat Terhenti, Menteri Kebudayaan Fadli Zon Akan Lanjutkan Riset Situs Gunung Padang
Diketahui, publikasi hasil riset situs megalitik itu yang disebut sebagai piramida tertua di dunia mengalami pencabutan dari jurnal ilmiah John Wiley & Sons Inc. Artikel tersebut sebelumnya tayang pada Oktober 2023, tapi pada Maret 2024, penerbit Wiley menariknya dari perpustakaan daring.
"Memang ada kontroversi terkait jurnal tersebut. Oleh karena itu perlu ditanggapi terlebih dahulu. Dari sinilah pak Menteri [Fadli Zon] mengambil sikap untuk mengumpulkan para peneliti yang pro dan kontra. Menurut saya, tahap tersebut memang harus dilalui dulu," kata Ali Akbar.
Ali, yang juga menjadi anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, menjelaskan, kalangan yang menyatakan keberatan dari hasil riset mereka adalah anonim, yang mana sosok tersebut tidak menyebut nama dan hasil riset mereka.
Dia berharap dengan adanya gagasan untuk mempertemukan para ilmuwan dalam satu meja yang sama, sosok anonim tersebut dapat muncul sehingga terjadi titik temu. Lain dari itu, mereka juga bisa saling berdiskusi untuk saling mempertahankan argumen dengan basis data yang mendukung.
Menurut Ali, setelah pencabutan jurnal tersebut, salah satu anggota tim mereka, Danny Hilman memang mendapat email resmi dari redaksi Wiley. Pihak redaksi mengaku tengah melakukan investigasi terkait jurnal yang mereka buat. Ali, dkk juga sempat khawatir apakah kesalahannya dalam ranah etik seperti plagiarisme atau bukan.
"Namun, email mereka menjawab ini terkait substansi. Jadi jurnal kami aman, hanya ada perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan, dan itu wajar. Meskipun yang merasa keberatan terhadap jurnal kami itu tidak disebutkan namanya," imbuh Ali.
Walakin, terlepas dari sanggahan tersebut Ali juga meminta tim penerbit membuat catatan editorial terkait pencabutan jurnal, lalu memasukannya ke dalam situs yang sama. Dari sinilah kemudian publik dapat mengetahui sedang ada perdebatan terkait wacana yang mereka gulirkan dalam kajian tersebut.
Arkian, tim penerbit membuat catatan tersebut meski mereka tetap menarik jurnal yang disampaikan. Dari sinilah dia juga berharap dengan adanya wacana dari Menteri Kebudayaan mereka dapat kembali bertemu dengan ilmuwan lain yang selama ini menyanggah apa yang telah mereka lakukan selama ini.
"Kontroversi dari situs ini sebenarnya sederhana saja, yakni tidak ada tim lain yang melakukan penelitian di tempat ini. Yang menyatakan keberatan itu mereka hanya melakukan penelitian 1-2 meter ke dalam tanah, padahal hasil riset kami itu sudah mencapai kedalaman 10 meter," katanya.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon berencana akan melanjutkan kembali penelitian situs Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat. Ihwal penelitian ini dilakukan untuk mengungkap lebih jauh sejarah peradaban bangsa, meski sempat terhenti pada 2014.
Berdasarkan laman Kemdikbud, Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Situs ini adalah satu punden berundak tertua dan terbesar di Indonesia. Warisan budaya megalitik ini juga sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN).
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Ali Akbar mengatakan, pihaknya mengapresiasi wacana terkait penelitian situs Gunung Padang. Bersama ilmuwan lain, mereka juga sedang mempersiapkan data yang dapat mendukung hipotesa mereka, apakah situs tersebut termasuk piramida tertua atau bukan.
Baca juga: Sempat Terhenti, Menteri Kebudayaan Fadli Zon Akan Lanjutkan Riset Situs Gunung Padang
Diketahui, publikasi hasil riset situs megalitik itu yang disebut sebagai piramida tertua di dunia mengalami pencabutan dari jurnal ilmiah John Wiley & Sons Inc. Artikel tersebut sebelumnya tayang pada Oktober 2023, tapi pada Maret 2024, penerbit Wiley menariknya dari perpustakaan daring.
"Memang ada kontroversi terkait jurnal tersebut. Oleh karena itu perlu ditanggapi terlebih dahulu. Dari sinilah pak Menteri [Fadli Zon] mengambil sikap untuk mengumpulkan para peneliti yang pro dan kontra. Menurut saya, tahap tersebut memang harus dilalui dulu," kata Ali Akbar.
Ali, yang juga menjadi anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, menjelaskan, kalangan yang menyatakan keberatan dari hasil riset mereka adalah anonim, yang mana sosok tersebut tidak menyebut nama dan hasil riset mereka.
Dia berharap dengan adanya gagasan untuk mempertemukan para ilmuwan dalam satu meja yang sama, sosok anonim tersebut dapat muncul sehingga terjadi titik temu. Lain dari itu, mereka juga bisa saling berdiskusi untuk saling mempertahankan argumen dengan basis data yang mendukung.
Menurut Ali, setelah pencabutan jurnal tersebut, salah satu anggota tim mereka, Danny Hilman memang mendapat email resmi dari redaksi Wiley. Pihak redaksi mengaku tengah melakukan investigasi terkait jurnal yang mereka buat. Ali, dkk juga sempat khawatir apakah kesalahannya dalam ranah etik seperti plagiarisme atau bukan.
"Namun, email mereka menjawab ini terkait substansi. Jadi jurnal kami aman, hanya ada perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan, dan itu wajar. Meskipun yang merasa keberatan terhadap jurnal kami itu tidak disebutkan namanya," imbuh Ali.
Walakin, terlepas dari sanggahan tersebut Ali juga meminta tim penerbit membuat catatan editorial terkait pencabutan jurnal, lalu memasukannya ke dalam situs yang sama. Dari sinilah kemudian publik dapat mengetahui sedang ada perdebatan terkait wacana yang mereka gulirkan dalam kajian tersebut.
Arkian, tim penerbit membuat catatan tersebut meski mereka tetap menarik jurnal yang disampaikan. Dari sinilah dia juga berharap dengan adanya wacana dari Menteri Kebudayaan mereka dapat kembali bertemu dengan ilmuwan lain yang selama ini menyanggah apa yang telah mereka lakukan selama ini.
"Kontroversi dari situs ini sebenarnya sederhana saja, yakni tidak ada tim lain yang melakukan penelitian di tempat ini. Yang menyatakan keberatan itu mereka hanya melakukan penelitian 1-2 meter ke dalam tanah, padahal hasil riset kami itu sudah mencapai kedalaman 10 meter," katanya.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon berencana akan melanjutkan kembali penelitian situs Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat. Ihwal penelitian ini dilakukan untuk mengungkap lebih jauh sejarah peradaban bangsa, meski sempat terhenti pada 2014.
Berdasarkan laman Kemdikbud, Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Situs ini adalah satu punden berundak tertua dan terbesar di Indonesia. Warisan budaya megalitik ini juga sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN).
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.