Ilustrasi para pelaku bisnis kedai kopi (Dok. Tim Douglas/Pexels)

Begini Siasat Pengusaha Kedai Kopi Bertahan di Masa Pandemi

27 September 2021   |   12:21 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Pandemi Covid-19 membuat tren bisnis kopi berubah. Kebijakan PPKM yang diberlakukan oleh pemerintah membuat para pelaku industri kopi harus menyesuaikan pola bisnis sebagai bentuk respon agar tetap bertahan. Hal itu diungkapkan dalam survei yang dilakukan oleh Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).

Survei yang melibatkan 100 member coffee shop itu dilakukan untuk mengetahui seberapa buruk dampak pandemi terhadap bisnis kopi di Indonesia. Hasilnya, pandemi  ternyata berpengaruh terhadap penurunan penjualan hingga 70 persen saat periode PPKM diberlakukan sejak 3 Juli 2021 lalu.

“Industri kopi terpukul sangat berat, SCAI mencoba melakukan negosiasi dengan PLN untuk meringankan beban pebisnis coffee shop di Indonesia,” kata Andi Fachri, Direktur Eksekutif SCAI, dalam suatu diskusi virtual, baru-baru ini.
 

r

Cuplikan diskusi virtual The Coffee Shop Strategy in the Pandemic Period and PPKM (Dok. SCAI)

Bukan hanya di Indonesia, dampak itu pun terjadi pada industri kopi secara global. Andi menuturkan bahwa data yang dirilis SCA secara global, terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat sebesar 5,38 persen, di mana kenaikan penjualan didominasi dari pembeli take away dan platform online.

Selain itu, kenaikan perubahan pola pembayaran menjadi non tunai juga terjadi sebanyak 30 persen untuk pembelian kopi, sehingga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan opsi delivery atau layanan antar pesan makan sebesar 300 persen.

Hal itu juga dialami oleh salah satu pemilik usaha coffee shop, Ego Prayogo selaku Coffee Cart Strategy dari Kedai Kopi Guyon. Dia mengatakan bahwa pembatasan jam malam saat PPKM memaksanya untuk berinovasi dengan menghadirkan terobosan produk minuman ready to drink berkemasan kaleng.

“Efek pandemi membuat konsumen ingin mengonsumsi produk yang higienis, bisa dibawa pergi dan dinikmati di rumah karena kebijakan pembatasan dine in atau makan di tempat oleh pemerintah,” ujarnya.

Sedikit berbeda bagi Gemawan Wahyadhiatmika, pendiri Gerilya Coffee and Roastery. Dia justru mengaku bahwa di awal pandemi dirinya mengalami kesulitan untuk beradaptasi, terlebih pangsa pasar dari usahanya didominasi para pekerja kantoran yang datang untuk menikmati makan siang. 

Meskipun begitu, penerapan kebijakan WFH justru mendorong Gema untuk lebih serius menggarap kanal penjualannya secara online seperti melalui marketplace atau banyak beriklan di Instagram dan Facebook untuk dapat mengarahkan pemesanan secara take away.

“Karena semua orang berusaha mengikuti kebijakan pembatasan sosial, interaksi konsumen untuk datang tentu berkurang. Mereka ingin kemudahan memesan melalui gadget-nya,” ucapnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Wow, SEVENTEEN Pecahkan Rekor Pre-Order Album Attacca

BERIKUTNYA

Pengaturan Kualitas Udara di Sekolah Bantu Tangkal Covid-19

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: