Ilustrasi kreator konten. (Sumber gambar: Pexels/Alena Darmel)

Hypereport: Cerita hingga Potensi Cuan dari Profesi Content Creator

12 January 2025   |   17:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perkembangan teknologi digital dan media sosial yang kian masif membuat kreator konten (content creator) menjadi salah satu profesi yang menjanjikan. Peluang monetisasi konten yang beragam hingga fleksibilitas tinggi, membuat profesi ini diminati baik sebagai pekerjaan sampingan maupun utama. 
 
Salah satu kreator konten yang cukup aktif di Indonesia yakni Linda Kayhz. Lewat berbagai platform media sosial mulai dari Instagram, TikTok, dan YouTube, Linda aktif membuat konten seputar makeup, baik itu tutorial riasan wajah, review produk, hingga tips dan trik kecantikan.
 
Konten-kontennya pun telah ditonton oleh ratusan ribu pengguna media sosial. Di Instagram, dia memiliki sebanyak 340.000 lebih pengikut, sementara akun TikTok nya punya 175.000 lebih pengikut. Begitupun di YouTube, kanalnya diikuti lebih dari 560,000 subscribers
 
Perempuan asal Bogor ini mulai terjun ke dunia kreator konten berawal dengan membuat konten-konten tutorial makeup di Twitter sejak 2012. Lantaran keterbatasan platform kala itu yang kurang memadai untuk format video, akhirnya dia mulai mengunggah kontennya di YouTube. 

Baca juga laporan terkait: 
Dengan modal basis pengikut yang aktif di Twitter, konten-konten yang dibuatnya di YouTube pun langsung mendapat views yang cukup banyak, begitupun dengan jumlah subscribers yang meningkat. Dari situ, dia mulai mendapat tawaran untuk bergabung agensi dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Singapura, termasuk Indonesia.
 
Akhirnya, dia bergabung dengan salah satu agensi di Jakarta dan tak lama kemudian mendapatkan kontrak kerja sama dengan The Body Shop dalam jangka waktu untuk satu tahun. Sejak saat itu, Linda pun memutuskan untuk berfokus dalam membuat konten dan serius menekuni profesi sebagai kreator konten. 
 
"Dari situ aku baru sadar oh ternyata konten-kontenku bisa menghasilkan, dari yang awalnya hanya untuk mengisi waktu luang aja," katanya kepada Hypeabis.id.
 
Bidang kecantikan dipilih Linda lantaran dia sangat suka dan minat dengan bidang makeup dan skincare. Dengan begitu, dia bisa menikmati dalam membuat konten, dan akhirnya secara bertahap menguasai berbagai hal di bidang tersebut, sehingga lebih banyak hal yang bisa dia bagikan kepada pengikutnya. 
 
Menurut Linda, minat dan rasa suka yang tinggi terhadap bidang tertentu menjadi modal utama untuk membuat konten yang baik di media sosial. Selain itu, penting juga untuk punya public speaking yang baik, serta memahami kelebihan dan keunikan diri yang bisa menjadi nilai plus dibandingkan kreator lain. 
 
Di sisi lain, untuk membuat konten yang menarik, kreator juga harus memahami minat dan preferensi audiens dari waktu ke waktu. Jika dahulu audiens suka konten-konten yang detail dengan durasi panjang, kini mereka lebih suka konten-konten berdurasi pendek dengan isi yang langsung ke intinya (to the point). 
 
"Aku juga memasukkan unsur pengalaman pribadi, sehingga kontennya makin believable. Kalau aku mau bikin konten yang detail, biasanya aku pecah-pecah menjadi beberapa video. Jadi tiap era itu ada formulasinya masing-masing agar konten kita disukai," ucapnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by linda kayhz (@lindakayhz)


Kreator lain yang juga aktif menggeluti profesi kreator konten adalah Yousef Tifa. Pria asal Ponorogo, Jawa Timur, ini aktif membuat konten-konten seputar musik. Sebagai seorang gitaris, Yousef kerap membuat konten-konten gitar solo dengan lagu-lagu yang tengah menjadi tren di media sosial. 
 
Konten-kontennya di media sosial seperti Instagram dan TikTok telah ditonton ratusan ribu hingga jutaan views. Di TikTok, dia telah memiliki lebih dari 107.000 pengikut. Sementara di Instagram, dia punya lebih dari 4.000 followers.
 
Awal Yousef terjun ke dunia kreator konten bermula pada 2021. Kala itu dia baru saja lulus kuliah dan masih bingung untuk membangun karier lantaran kondisi pandemi Covid-19. Untuk mengisi waktu luangnya di rumah, dia akhirnya coba-coba membuat konten musik di media sosial. 
 
Dari situ, dia mulai mengulik konten-konten musik apa saja yang sedang digandrungi, untuk membuat konten yang bisa diterima dan dinikmati banyak orang. "Setelah coba banyak formula konten, tiba-tiba ada satu video yang viral dan penontonnya banyak," katanya.
 
Meski demikian, kala itu Yousef belum berpikir bahwa kontennya akan bisa mendatangkan penghasilan. Dia hanya merasa senang bisa menyalurkan hobi bermusiknya. Akhirnya, dia mulai mengajak beberapa temannya untuk melakukan live streaming, dengan bermain musik dan memainkan lagu-lagu yang diminta audiens. 
 
Bermula dari 5-10 hingga ratusan penonton, dia akhirnya mulai mendapat penghasilan dari saweran yang diberikan audiens. Berawal dari ratusan ribu rupiah, dia dan teman-temannya kini bisa mendapatkan hingga belasan juta rupiah untuk sekali live streaming selama 1-3 jam. Secara total, Yousef mengaku telah mendapatkan miliaran rupiah dari live streaming yang ditekuni sejak 2021.
 
"Banyak orang atau audiens dari luar negeri, mereka pake kurs dolar. Aku pernah semalam itu dapat Rp18 juta juga pernah gitu. Bisa begitu mungkin karena kita konsisten, sehingga yang nonton juga semakin banyak. Selain itu, kita juga merasa punya kapabilitas di bidangnya masing-masing, sehingga bisa nambah terus penghasilannya," ucap pria berusia 26 tahun itu. 

Baca juga: Catat! Ini 6 Kiat Biar Jadi Content Creator yang Sukses 
 

Yousef mengatakan selain penghasilan, dunia kreator konten yang ditekuninya juga membawanya untuk bisa bertemu dengan banyak peluang kerja sama, mulai dari menerima panggilan untuk mengisi posisi gitaris sejumlah band saat manggung, permintaan membuat lagu, hingga membuat dan mengembangkan usaha produksi musik dan manajemen talenta sendiri.
 
Akan tetapi, ada pula sisi minusnya. Menurutnya, kreator konten adalah profesi dengan penghasilan yang tidak menentu lantaran naik-turun, serta tidak ada jenjang karier seperti pekerjaan formal. "Pintar-pintarnya kita mengolah manajemen keuangan itu harus bagus, baik dan benar. Sama kita juga harus belajar berinvestasi," imbuhnya.
 

Perkembangan Kreator Konten

Linda dan Yousef hanyalah dua dari menjamurnya kreator konten saat ini. Menurut data dari Linktree tahun 2022, jumlah content creator secara global mencapai 207 juta. Di sisi lain, tercatat ada sebanyak 4,2 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia, yang memberi gambaran tentang potensi kreator konten dalam mengembangkan pengikut (followers) mereka.
 
Dari jumlah tersebut, sebanyak 67,15 persen atau 139 juta kreator merupakan nano influencer, artinya mereka memiliki antara 1.000 hingga 10.000 pengikut. Posisinya disusul oleh micro influencer atau pemengaruh dengan 10.000 hingga 100.000 pengikut, sebanyak 19,81 persen atau sebanyak 41 juta kreator.
 
Selanjutnya, terdapat 2 juta macro influencer di seluruh dunia dengan 100.000 hingga 1 juta pengikut, dan 2 juta mega influencer dengan lebih dari 1 juta pengikut.
 
Laporan itu juga menyebutkan bahwa sebanyak 66 persen kreator menjadikan profesi mereka sebagai pekerjaan paruh waktu, serta 34 persen kreator lainnya menjadikannya sebagai profesi penuh waktu. Dari segi gender, kebanyakan kreator yakni perempuan sebanyak 77 persen dan sisanya merupakan laki-laki sebesar 23 persen.
 
Adapun, menurut data dari Influencer Marketing Hub 2023, fesyen dan kecantikan menjadi bidang kreator konten yang paling diminati yakni sebanyak 25 persen kreator, disusul dengan bidang game (12,9 persen), perjalanan dan gaya hidup (12,5 persen), olahraga (12 persen), keluarga, parenting, dan rumah (10,7 persen), serta kesehatan dan kebugaran (6,8 persen).
 
Sementara itu, menurut data dari Kementerian Kreatif per Desember 2024, terdapat sebanyak 17 juta kreator konten di Indonesia. Angka ini pun diproyeksikan tumbuh hingga 5 kali lipat pada 2030 mendatang.
 
Menurut Linda, kreator konten menjadi profesi yang semakin menjanjikan saat ini. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya brand yang membutuhkan kreator untuk mempromosikan produk mereka, terutama di media sosial. Para brand pun tak segan untuk membayar kreator sesuai dengan rate card masing-masing. 
 
Namun, di sisi lain, dia juga melihat terjadi pergeseran kerja sama antara brand dan kreator saat ini. Lantaran banyak kreator baru bermunculan yang menerima bentuk kerja sama dengan barter produk, akhirnya kini banyak brand yang lebih memilih untuk menempuh kerja sama itu, ketimbang membayar kreator sesuai rate card
 
"Selama dua tahun terakhir banyak content creator yang mengeluhkan hal itu. Sudah lah red ocean, kami juga berebutan job, terus sekalinya ada job, brand-brand ini mengambil kesempatan barter itu. Karena banyak kreator yang masih butuh portofolio, akhirnya mereka lebih pilih ke kreator yang baru-baru tadi," katanya.
 
Kian menjamurnya kreator saat ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi Linda untuk bisa tetap menonjol. Diakui olehnya saat ini dia kerap menemui kesulitan untuk bisa mencapai jumlah views yang dia harapkan dari konten-konten yang dibuatnya. 
 
Di tengah kondisi itu, dia mencoba untuk tetap menjadi karakter dirinya sendiri sembari mengikuti minat dan preferensi audiens serta perkembangan dunia konten saat ini. "Misalnya aku ubah editing-nya, ubah cut-to-cut, atau intronya. Diperkirakan konten-konten yang diminati di 2025 itu yang diambil pakai handphone yang daily-based, yang tidak banyak dipoles," tuturnya.
 
Diakui olehnya menekuni profesi kreator konten memberikan banyak keuntungan, mulai dari fleksibilitas jam kerja, hingga punya kebebasan dalam banyak hal seperti memilih tim, mitra dan klien yang sesuai. Sementara kekurangannya yang utama adalah berkurangnya privasi, lantaran sebagian kehidupan personalnya terekspos di media sosial.
 
"Sama yang paling berat jadi content creator adalah dapat hate comment, karena audiens mungkin berhak komen apa pun ke publik figur. Banyak teman yang depresi karena hate comment. Plus, tertekan juga kalau dapat engagement sedikit terutama untuk konten kerja sama dengan brand," ucapnya. 
 
Linda mengatakan pada 2025, dia punya target untuk lebih sering menghadiri event dari sejumlah brand serta menjalin kolaborasi lintas bidang. Misalnya, mengombinasikan ketertarikannya di bidang kecantikan dengan minatnya yang lain di bidang olahraga.
 
"Jadi bahasa sederhananya lebih pengen bisa bergaul dengan komunitas kecantikan, dan targetnya sih ingin bisa tetap dikenal atau kalau bisa lebih dikenal lagi," tambahnya.

Baca juga: Ingin jadi Content Creator? Begini Cara Dapat Cuan dari Sosmed

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Ika Natassa Luncurkan Novel Satine, Angkat Kisah Personal Tentang Kesepian

BERIKUTNYA

4 Tip Menghindari Penipuan Berkedok Bisnis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: