Begini Respons Pengamat Pendidikan soal Coding & AI Masuk Kurikulum Sekolah
08 January 2025 |
15:36 WIB
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bakal memasukkan bidang koding (coding) dan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam kurikulum sekolah dasar mulai tahun ajaran 2025/2026. Program ini dibuat untuk meningkatkan kompetensi literasi, numerasi, serta kemampuan berpikir kritis siswa.
Editor: Fajar Sidik
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengaku kurang setuju dengan program memasukkan coding dan AI dalam kurikulum pendidikan dasar, sekalipun hal itu akan dijadikan mata pelajaran pilihan, bukan mata pelajaran wajib.
Menurutnya, alih-alih memasukkan coding dan AI dalam kurikulum, seharusnya pemerintah lebih berfokus untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa dalam program yang komprehensif dan sistematis. Pemerintah semestinya berfokus untuk meningkatkan literasi dan numerasi sebagai kemampuan dasar yang dikuasai siswa.
"Peserta didik kita ini kan baca belum bisa, kok diajarin coding sama AI itu gimana enggak ngerti juga sih. Jadi literasi ini [masih] buruk, ya dikuatkan dulu literasi, kenapa jadi berpikirnya ke coding gitu. Itu kayak anak kecil jalan belum bisa, tapi suruh main skateboard," katanya kepada Hypeabis.id, Selasa (7/1/2025).
Literasi dan numerasi adalah dua kompetensi penting yang harus dimiliki siswa pada era globalisasi. Numerasi adalah kemampuan menerapkan konsep numerik dan matematika dalam sehari-hari.
Sementara itu, literasi adalah kemampuan memahami dan menggunakan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Kedua kompetensi ini berhubungan erat dengan penalaran, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Sayangnya, kemampuan literasi dan numerasi siswa di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini terlihat dari hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh organisasi Organization for Economic Cooperation dan Development (OECD) pada 2022.
Meski hasil PISA Indonesia pada 2022 naik 5-6 peringkat dibandingkan dengan 2018 yang dilihat dari berbagai aspek, namun siswa Indonesia masih mendapat nilai rata-rata kemampuan numerasi dan literasi di bawah rata-rata OECD.
Ubaid mengatakan sejumlah kemampuan dasar seharusnya tuntas dikuasai oleh siswa pada jenjang SMP, seperti kemampuan baca, tulis, literasi, matematika, numerasi, dan sains. Termasuk, pendidikan karakter.
"Kalau di pendidikan dasarnya ini SD sampai SMP karakternya buruk, matematikanya buruk, literasinya buruk, ya sampai ke perguruan tinggi pun enggak dapet apa-apa tuh anak," ucapnya.
Dihubungi terpisah, pengamat pendidikan Edi Subkhan menilai keputusan pemerintah untuk menjadikan coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan sudah tepat. Sebab, jika dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib akan mengubah konstruksi kurikulum.
Selain itu, lanjutnya, tidak semua sekolah memiliki kemampuan, kapasitas, serta infrastruktur yang memadai untuk mengajarkan coding dan AI kepada siswa.
Menurutnya, kehadiran coding dan AI bisa melengkapi kurikulum yang telah ada dalam rangka meningkatkan kompetensi literasi, numerasi, serta kemampuan berpikir kritis siswa. Terlebih, bidang coding yang akan diajarkan pada siswa bukan merupakan tingkatan yang rumit, yang tidak harus dilakukan menggunakan perangkat komputer.
Dia memandang pengenalan bidang coding dasar pada siswa bisa mathematical thinking dan computational thinking, mengasah kemampuan berpikir mereka, membantu mengorganisasikan hingga memecahkan masalah, serta mengambil keputusan berbasis data dan fakta.
"Salah satu tugas dari kementerian sebenarnya menjelaskan secara lebih terperinci [tentang program ini]. Pemerintah perlu membuat struktur kurikulumnya yang jelas, substansinya seperti apa, termasuk materinya juga. Kemudian kalau itu menjadi mata pelajaran tersendiri, dalam bentuk pilihan, siapa yang akan ngajar," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan bahwa coding dan AI akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar mulai tahun ajaran 2025-2026. Program ini dibuat guna memberikan keterampilan penguasaan teknologi digital yang berkembang pesat, sehingga dapat memperkuat keterampilan kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital.
"Coding dan artificial intelligence sudah selesai pembahasannya. Dan itu nanti insyaallah mulai kami terapkan pada tahun ajaran 2025-2026. Tepatnya mulai pertengahan tahun depan [2025]," katanya dalam acara Taklimat Media Akhir Tahun di Gedung A Kemendikdasmen, belum lama ini.
Mu'ti menjelaskan bidang coding dan AI nantinya akan dibuat sebagai mata pelajaran pilihan dalam kurikulum, bukan menjadi mata pelajaran wajib. Dengan demikian, hanya sekolah-sekolah yang siap yang bisa melaksanakan program tersebut.
Dia juga menerangkan bahwa pemerintah kini sedang menggodok terkait fasilitas perangkat lunak (software) dari program tersebut. Termasuk, membahas terkait pelatihan guru agar memiliki kemampuan di bidang koding dan AI. Adapun, terkait fasilitas perangkat kerasnya (hardware), disesuaikan dengan kemampuan masing-masing sekolah atau satuan pendidikan.
"Soal nanti bagaimana pelatihannya itu nanti akan kita tetapkan lebih lanjut, sesuai dengan ketersediaan anggaran yang kami miliki. Dalam pelaksanaan mata pelajaran coding dan AI itu sekali lagi kami lebih fokus pada penyediaan sumber daya manusianya, termasuk pelatihan gurunya, sedangkan untuk peralatannya mungkin bisa disiapkan sendiri oleh masing-masing satuan pendidikan," imbuhnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.