Tintin. (Sumber foto: Tintinimaginatio/x.com/Tintin)

Popeye dan Tintin Masuk Domain Publik, Era Baru untuk Kreativitas Tanpa Batas

08 January 2025   |   14:31 WIB
Image
Aldehead Marinda M. U. Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

1 Januari 2025 menandai dimulainya era baru bagi versi awal Popeye dan karakter komik Belgia, Tintin. Mulai tahun ini, kedua tokoh kartun nonagenarian tersebut resmi masuk ke dalam domain publik di Amerika Serikat, membuka peluang bagi siapa saja untuk menggunakan, membagikan, dan mengadaptasi karya-karya yang melibatkan mereka.

Daftar tersebut juga mencakup karya klasik seperti buku A Room of One's Own karya Virginia Woolf, lagu Ain't Misbehavin' dari Fats Waller, serta film debut Marx Brothers, The Cocoanuts.

Merujuk pada pengertian Britannica public domain atau domain publik mengacu pada karya kreatif yang tidak lagi dilindungi oleh hak cipta, yang memungkinkan siapa pun untuk menggunakan, memodifikasi, dan mendistribusikannya tanpa meminta izin atau membayar royalty kepada pemilik karya.

Baca juga: Mickey Mouse Bakal Jadi Domain Publik Tahun Ini?

Di Amerika Serikat, sebuah karya biasanya masuk ke dalam domain publik setelahberusia 95 tahun sejak tanggal penerbitannya. Masuknya karya sini ke dalam daftar domain publik ini memungkinkan para seniman, penulis, dan pembuat film untuk menafsirkan ulang dan mengadaptasi karya-karya ini secara bebas.

Dilansir dari Smithsonian Magazine Popeye yang diciptakan oleh E.C. Segar, pertama kali muncul dalam komik strip Thimble Theatre pada bulan Januari 1929. Awalnya karakter ini digambarkan sebagai pelaut yang kasar dan garang dengan kekuatan super yang berasal dari “ayam betina” ajaib bernama Bernice.

Kala itu Popeye belum memiliki kemampuannya supernya yang berasal dari bayam. Karakternya ditandai dengan humor dan sarkasme. Satu yang cukup terkenal adalah sindirannya ditanya tentang profesi maka ia akan menjawab “Kau pikir aku koboi?” dengan nada khasnya.

Sementara itu Tintin, reporter muda pemberani yang diciptakan oleh kartunis Belgia, Hergé, juga memulai debutnya pada 1929. Petualangannya dimulai di majalah Le Petit Vingtième dengan cerita Tintin di Negeri Soviet. Karakter Tintin didefinisikan oleh keberanian dan keingintahuannya saat ia memulai petualangan global bersama anjing setianya, Snowy.

Meskipun Tintin sekarang menjadi domain publik di AS, undang-undang hak cipta Eropa akan membuatnya tetap terlindungi hingga 2054 karena masa berlaku hak cipta yang lebih lama. Hal ini membuat beberapa unsur penting dari karakter Tintin masih dilindungi hak cipta dan belum bisa diadopsi sembarangan. Contohnya warna cerah khas hingga rambut merahnya masih dilindungi undang-undang.

Sebuah media penyiaran publik di Carolina negara bagian AS, WHQR menyebut masuknya karakter-karakter ini ke dalam domain publik membuka peluang kreasi yang lebih besar. Para kreator seni kreatif sekarang dapat menghasilkan cerita baru atau interpretasi ulang dari karakter Popeye dan Tintin tanpa hambatan hukum (kecuali untuk Tintin, beberapa unsur masih dilindungi).

Sebagai contoh CBR media mengungkap bahwa saat ini karakter kartun Popeye sedang digarap untuk naik menjadi film layar lebar dengan genre yang tak terduga yakni horor. Deadline dalam publikasinya menyebut film yang akan diberi judul Popeye The Slayer Man ini rencananya akan dirilis pada 2025. Dengan latar belakang yang tidak akan diubah yakni kehidupan seorang pelaut.

Film ini mengisahkan sekelompok teman yang menyelinap ke pabrik pengalengan bayam yang sudah tidak terpakai untuk membuat film dokumenter tentang legenda 'Sailor Man', yang konon katanya menghantui pabrik dan dermaga setempat.
Popeye The Slayer Man merupakan buah kerjasama Salem House Films, Millman Productions, Ron Lee Productions, dan Otsego Media.

"Kami tidak sabar menunggu para penonton untuk menyaksikan versi Popeye yang penuh darah dan menakutkan. Kami tidak bergantung pada CG untuk adegan-adegan berdarah,” ujar Jeff Miller, produser film Popeye The Slayer Man kepada Deadline.

Di Indonesia, konsep domain publik juga ada tetapi beroperasi di bawah peraturan yang berbeda dibandingkan dengan negara seperti Amerika Serikat. Undang-undang hak cipta Indonesia menetapkan bahwa sebuah karya dapat masuk ke dalam domain publik 70 tahun setelah kematian penciptanya.

Namun, setelah masuk ke ranah publik, karya-karya tersebut dapat digunakan secara bebas oleh siapa pun di Indonesia tanpa batasan.

Kehadiran domain publik membuat para seniman dan pencipta lokal lebih lues untuk menambil inspirasi dari karya-karya klasik internasional dan warisan lokal untuk menciptakan karya baru yang sesuai dengan selera kontemporer.

Beberapa karya terkenal yang kini bebas diakses meliputi:
  • The Skeleton Dance dari seri film pendek Silly Symphonies produksi Disney
  • Blackmail, film bersuara pertama karya Alfred Hitchcock
  • Singin’ in the Rain oleh Nacio Herb Brown, beserta filmnya The Hollywood Revue of 1929
  • On With the Show, film panjang berwarna pertama dengan dialog penuh
  • The Sound and the Fury oleh William Faulkner
  • Seven Dials Mystery karya Agatha Christie
  • A Farewell to Arms oleh Ernest Hemingway
  • A Room of One’s Own karya Virginia Woolf
  • Illumined Pleasures dan The Accommodations of Desire, lukisan karya Salvador Dalí

SEBELUMNYA

Begini Respons Pengamat Pendidikan soal Coding & AI Masuk Kurikulum Sekolah

BERIKUTNYA

Game Ghost of Tsushima Diadaptasi Jadi Anime, Dijadwalkan Rilis 2027

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: