Panorma keindahan Gunung Merapi. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Angga Aris Priyana)

Melawan Lupa, Jejak Bencana di Negeri yang Rentan

30 December 2024   |   19:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia adalah negeri dengan keindahan alam memukau. Namun, di balik kemolekannya ada petaka yang tersimpan di bawah tanahnya yang menggelegak. Mitigasi diperlukan agar masyarakat sadar  Nusantara tak akan bisa lepas dari bencana yang terus mengintai.

Tahun demi tahun, Indonesia seperti tak pernah dapat menghindar dari bencana. Namun, selepas mala datang, selekas itu pula orang lupa. Tak berubah, cara pandang pemangku kebijakan dalam membuat tindakan preventif untuk menanggulangi bencana.

Baca juga: Dua Dekade Tsunami Aceh: Kilas Balik Tragedi Bencana Terbesar Sepanjang Sejarah

Dalam lapisan yang lain, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum sadar bahwa mereka hidup di atas tanah yang rawan bencana. Namun, fakta tersebut juga tak pernah menjadi refleksi untuk mengambil tindakan preventif jika kejadian serupa melibas kembali Nusantara.

Gagasan di muka menjadi salah satu saripati dalam diskusi bertajuk Remembering Boxing Day: World Tsunami Awareness Day. Berlangsung Tabir mataWaktu, Jakarta, ini merupakan kegiatan dalam memperingati 20 tahun tragedi tsunami Aceh pada Kamis, (26/12/24) malam.
 

Suasana diskusi

Suasana diskusi bertajuk Remembering Boxing Day: World Tsunami Awareness Day di Tabir mataWaktu, Kamis, (26/12/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)


Anjangsana ini menghadirkan para pewarta foto Indonesia yang pernah meliput berbagai tragedi bencana, baik di dalam dan luar negeri. Di antaranya adalah Arbain Rambey, Oscar Motuloh, Eddy Hasby, Maha Eka Swasta, dan Andi Ari Setiadi. Selain itu ada juga sejarawan Hilmar Farid, dan publik umum. 

Founder mataWaktu, Oscar Motuloh mengatakan, pemangku kebijakan seharusnya menyadari bahwa Indonesia berada di atas sirkum pasifik. Tak hanya itu, Nusantara juga dilewati sabuk alpide yang berisiko besar terhadap gempa dan erupsi gunung berapi.

"Mitigasi bencana ini bukan barang main-main, kita sendiri bikin diskusi seperti ini untuk mengingatkan, terutama pemerintah. Bahwa generasi baru harusnya dipersiapkan juga early warning, yang tidak menunggu peringatan tahunan tsunami Aceh," katanya.

Berdasarkan peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tektonik berskala besar dan kecil pernah melanda hampir seluruh wilayah Indonesia. Kecuali Kalimantan, tak ada pulau di Indonesia yang luput dari ancaman gempa.

Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga berada di jalur cincin api pasifik, yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Tak hanya itu, kita juga memiliki gunung berapi dengan jumlah sekitar 240 buah, 70 di antaranya masih aktif.


Refleksi Tsunami Aceh

Berkaca pada tsunami Aceh, dua dekade silam, katastrofe datang tanpa diduga di bumi serambi Mekah. Bumi bergoyang dan patah perairan laut di Sumatera. Arkian, tsunami meluluhlantakkan pesisir Aceh dan Nias. Ratusan ribu nyawa melayang dan kehilangan rumah dalam hitungan jam.

Namun, Oscar mengatakan, setelah 10 tahun tsunami, dia sempat meninjau Aceh bersama wartawan kompas, Ahmad Arif. Sesampainya di sana, memang banyak masyarakat yang memperingati tragedi tersebut dengan berdoa dan mengenang mereka yang telah tiada.

Namun, berbagai plang yang seharusnya menjadi penunjuk mitigasi bencana justru banyak yang telah berkarat, dan tidak diganti. Menurut Oscar, ini adalah sesuatu yang satir, sebab publik seolah alpa pada hal-hal pokok, karena lebih mementingkan kegiatan-kegiatan seremonial.

"Jadi ini lebih kayak lip service belaka. Jagoan untuk ngomong, tapi melakukan [tindakan preventif] untuk generasi muda jika hal itu terjadi lagi. Mestinya sejarah kan tidak seharusnya berulang," imbuhnya.
 

Seorang pengunjung melihat arsip foto terkait bencana di Tanah Air pada

Seorang pengunjung melihat arsip foto terkait bencana di Tanah Air pada di Tabir mataWaktu, Kamis, (26/12/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)


Selaras, pewarta foto senior Maha Eka Swasta mengatakan, bahwa gempa memang menjadi bagian dari sejarah Nusantara. Namun, rentetan bencana yang datang tak pernah menjadi acuan kebijakan untuk perbaikan dalam tata kelola bencana.

Dalam sejarahnya, negara ini memang tak siap dengan segala macam bencana yang datang silih berganti. Dan parahnya hampir tak ada pelajaran yang diambil. Kalaupun ada, pembenahan tersebut hanya sedikit, serta tak mampu mengejar skala bencana yang terus mengintai.

"Indonesia ini adalah daerah yang rawan bencana. Dalam rentang 700 tahun ke belakang, di Aceh itu ada sekitar 11 tsunami. Berarti kemungkinan besar ke depannya akan ada lagi," kata pewarta foto yang juga geolog, itu.


Pelajaran Penting

Sejarawan Hilmar Farid mengungkap, tsunami di Aceh patut untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi generasi muda di masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan kesiapan yang matang dari segi mitigasi bencana. Sebab, petaka ini tidak bisa diketahui kapan akan datang.

Menurutnya, selain mitigasi kesiapan mental juga diperlukan untuk menghadapi musibah. Pasalnya, insiden tersebut seringkali selalu lebih besar dampaknya dari apa yang bisa dibayangkan manusia. Inilah yang seharusnya menjadi pemicu sikap siaga warga saat gempa dan tsunami datang.

"Kejadian-kejadian [bencana] seperti itu yang membuat kesiapan kita harus agak jauh memandangnya. Jadi bukan hanya mengambil momen saat kerusakan terjadi, tapi bagimana memembangun kembali kasadaran," katanya.

Selain diskusi, acara ini juga menghadirkan senarai foto hasil liputan para pewarta foto saat bertugas meliput bencana tsunami Aceh. Beberapa di antaranya adalah karya Oscar Motuloh, Jay Subyakto, dan Andi Ari Setiadi. Mayoritas, semuanya dibuat dalam versi hitam-putih.

Baca juga: Antara Momen dan Nyawa: Refleksi Arbain Rambey dan Oscar Motuloh tentang Tugas Wartawan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Kaleidoskop 2024: Catatan Peristiwa Kesehatan Indonesia dari Tantangan hingga Harapan

BERIKUTNYA

Kaleidoskop 2024: Bahan Aktif dalam Skincare yang Populer Sepanjang Tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: