Dua Dekade Tsunami Aceh: Kilas Balik Tragedi Bencana Terbesar Sepanjang Sejarah
26 December 2024 |
18:30 WIB
Hari ini dua dekade silam, Indonesia berduka. Tepat pada 26 Desember 2024, gelombang tsunami, atau smong, melumat bumi Serambi Makkah, Aceh. Gelombang pasang dari laut itu, merupakan salah satu tragedi bencana paling mematikan, dalam sejarah sejarah dunia modern.
Kala itu, bumi tiba-tiba patah dan retak. Gempa berkekuatan 9,3 skala richter mengguncang. Pusat gempa berada di sekitar 157 Km, bagian barat Kota Meulaboh, dengan kedalaman 10 Km di bawah dasar laut. Sekira 20 menit kemudian, tsunami menerjang Banda Aceh.
Baca juga: SMONG Aceh Tampil Perdana di JAFF 2024, Peringatan 2 Dekade Tsunami Aceh
Ombak yang menggulung dahsyat, seketika meluluhlantakkan Aceh. Lebih dari 230.000 jiwa dilaporkan meninggal. Infrastruktur hancur, demikian pula perekonomian warga Aceh. Tsunami yang dipicu gempa di bawah laut itu, juga berimbas ke banyak negara.
Total, terdapat 14 negara terdampak di kawasan Samudera Hindia dan Indonesia. Di antaranya seperti India, Sri Lanka, dan Thailand. Lalu menyebrang ke Somalia, Tanzania, Seychelles, dan Madagaskar. Menjadikannya sebagai bencana alam terdahsyat sepanjang hikayat.
Dalam sejarahnya, bencana yang mendekati kebesaran tsunami Aceh juga pernah terjadi di Indonesia. Tepatnya pada 1883, ketika Gunung Krakatau meledak. Dahsyatnya bencana ini juga terekam dalam sebuah karya sastra bertajuk Syair Lampung Karam.
Kembali ke Aceh, gelombang tsunami ini juga turut berdampak pada sejumlah infrastruktur, mulai dari pendidikan, pemerintah, dan tentu saja kesehatan. Sebanyak 1.488 sekolah luluh lantak. Puluhan pusat kesehatan juga ambruk, yang berdampak pada pemulihan kesehatan masyarakat.
Kerugian lain akibat tsunami, juga membuat terumbu karang yang ada di perairan Aceh rusak hingga 90 persen. Tambak ikan para nelayan hancur, wilayah hutan bakau juga mengalami kerusakan, serta membuat garis pantai mengalami perubahan signifikan.
Berdasarkan buku Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme (2010), Aceh baru mulai bisa pulih satu tahun kemudian. Namun, rekonstruksi ini juga menimbulkan kesenjangan baru, di mana orang miskin di sana melonjak drastis, dari 1,6 juta menjadi 2,2 juta jiwa.
Pengangguran terbuka juga meledak. Sekitar 67.500 dari sekitar 400.000 pengungsi di Aceh, masih harus mukim di tenda-tenda darurat. Hingga 2007, atau 3 tahun setelah bencana, pengungsi yang masih tinggal di barak mencapai 4.149 keluarga.
Aceh Setelah 2 Dekade
Kini, setelah 20 tahun bencana tsunami, Aceh telah bersolek. Pembangunan Aceh pasca tsunami ini juga tak bisa lepas dari satu badan khusus bernama Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR). Tugas badan ini adalah mengkoordinasikan program dan proyek pemulihan Aceh-Nias.
Bersoleknya Aceh juga ditandai dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 pada September silam di Stadion Sinar Harapan Bangsa (SHB). Infrastruktur ini juga melengkapi sejumlah aset lain yang telah terbangun, termasuk tol lintas Sumatera, Sigli–Banda Aceh (Sibanceh).
Puncak acara peringatan dua dekade tsunami Aceh, tahun ini juga digelar di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Berlangsung pada 26 Desember 2024, acara ini mengusung tajuk ‘Aceh Thanks The World’ dan mengangkat tema ‘Beranjak dari Masa Lalu, Menuju Masa Depan Aceh Bersyariat’.
Selain itu, Museum Tsunami Aceh juga kembali memamerkan foto-foto dokumentasi pemulihan Aceh pasca bencana. Seteleng ini juga memutarkan sejumlah film dokumenter mini untuk kembali mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana, karena berada dalam keliling cincin api.
Sebelumnya, di Masjid Rahmatullah Lampu'uk, peringatan 20 tahun tsunami juga diisi dengan tausiah, doa bersama, pada Jumat (20/12/24). Kegiatan tersebut juga diawali dengan ziarah ke makam para korban tsunami Aceh di Ulee Lheue, Banda Aceh.
Selain di Aceh, pameran mengenai tsunami di Aceh juga dihalat di sejumlah kota lain. Salah satunya di tabir mataWaktu, Jakarta, bertajuk Remembering Boxing Day: World Tsunami Awareness Day. Seteleng ini juga akan menghadirkan diskusi dengan narasumber Oscar Motuloh, Maha Eka Swasta, dan Andi Ari Setiadi.
Baca juga: Nezar Patria Rilis Buku Sejarah Mati di Kampung Kami, Rekam Peristiwa Kelam Tsunami Aceh
Editor: Dika Irawan
Kala itu, bumi tiba-tiba patah dan retak. Gempa berkekuatan 9,3 skala richter mengguncang. Pusat gempa berada di sekitar 157 Km, bagian barat Kota Meulaboh, dengan kedalaman 10 Km di bawah dasar laut. Sekira 20 menit kemudian, tsunami menerjang Banda Aceh.
Baca juga: SMONG Aceh Tampil Perdana di JAFF 2024, Peringatan 2 Dekade Tsunami Aceh
Ombak yang menggulung dahsyat, seketika meluluhlantakkan Aceh. Lebih dari 230.000 jiwa dilaporkan meninggal. Infrastruktur hancur, demikian pula perekonomian warga Aceh. Tsunami yang dipicu gempa di bawah laut itu, juga berimbas ke banyak negara.
Total, terdapat 14 negara terdampak di kawasan Samudera Hindia dan Indonesia. Di antaranya seperti India, Sri Lanka, dan Thailand. Lalu menyebrang ke Somalia, Tanzania, Seychelles, dan Madagaskar. Menjadikannya sebagai bencana alam terdahsyat sepanjang hikayat.
Pengunjung menyaksikan diorama di Museum Tsunami Aceh (sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan p)
Kembali ke Aceh, gelombang tsunami ini juga turut berdampak pada sejumlah infrastruktur, mulai dari pendidikan, pemerintah, dan tentu saja kesehatan. Sebanyak 1.488 sekolah luluh lantak. Puluhan pusat kesehatan juga ambruk, yang berdampak pada pemulihan kesehatan masyarakat.
Kerugian lain akibat tsunami, juga membuat terumbu karang yang ada di perairan Aceh rusak hingga 90 persen. Tambak ikan para nelayan hancur, wilayah hutan bakau juga mengalami kerusakan, serta membuat garis pantai mengalami perubahan signifikan.
Berdasarkan buku Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme (2010), Aceh baru mulai bisa pulih satu tahun kemudian. Namun, rekonstruksi ini juga menimbulkan kesenjangan baru, di mana orang miskin di sana melonjak drastis, dari 1,6 juta menjadi 2,2 juta jiwa.
Pengangguran terbuka juga meledak. Sekitar 67.500 dari sekitar 400.000 pengungsi di Aceh, masih harus mukim di tenda-tenda darurat. Hingga 2007, atau 3 tahun setelah bencana, pengungsi yang masih tinggal di barak mencapai 4.149 keluarga.
Aceh Setelah 2 Dekade
Kini, setelah 20 tahun bencana tsunami, Aceh telah bersolek. Pembangunan Aceh pasca tsunami ini juga tak bisa lepas dari satu badan khusus bernama Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR). Tugas badan ini adalah mengkoordinasikan program dan proyek pemulihan Aceh-Nias.
Bersoleknya Aceh juga ditandai dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 pada September silam di Stadion Sinar Harapan Bangsa (SHB). Infrastruktur ini juga melengkapi sejumlah aset lain yang telah terbangun, termasuk tol lintas Sumatera, Sigli–Banda Aceh (Sibanceh).
Puncak acara peringatan dua dekade tsunami Aceh, tahun ini juga digelar di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Berlangsung pada 26 Desember 2024, acara ini mengusung tajuk ‘Aceh Thanks The World’ dan mengangkat tema ‘Beranjak dari Masa Lalu, Menuju Masa Depan Aceh Bersyariat’.
Selain itu, Museum Tsunami Aceh juga kembali memamerkan foto-foto dokumentasi pemulihan Aceh pasca bencana. Seteleng ini juga memutarkan sejumlah film dokumenter mini untuk kembali mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana, karena berada dalam keliling cincin api.
Sebelumnya, di Masjid Rahmatullah Lampu'uk, peringatan 20 tahun tsunami juga diisi dengan tausiah, doa bersama, pada Jumat (20/12/24). Kegiatan tersebut juga diawali dengan ziarah ke makam para korban tsunami Aceh di Ulee Lheue, Banda Aceh.
Selain di Aceh, pameran mengenai tsunami di Aceh juga dihalat di sejumlah kota lain. Salah satunya di tabir mataWaktu, Jakarta, bertajuk Remembering Boxing Day: World Tsunami Awareness Day. Seteleng ini juga akan menghadirkan diskusi dengan narasumber Oscar Motuloh, Maha Eka Swasta, dan Andi Ari Setiadi.
Baca juga: Nezar Patria Rilis Buku Sejarah Mati di Kampung Kami, Rekam Peristiwa Kelam Tsunami Aceh
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.