Gen Z Catat, Ini 4 Langkah Terhindar dari Jeratan Pinjol & Paylater
19 December 2024 |
08:30 WIB
Era digital menawarkan kemudahan layanan finansial dengan pinjaman online (pinjol) dan paylater. Kehadiran layanan ini ternyata mengubah pola pengeluaran milenial dan Gen Z. Tak sedikit dari mereka menjadi konsumtif dan berujung pada risiko kesulitan keuangan.
Direktur Insight Investments Ria M Warganda menilai penting untuk membekali generasi muda terutama Gen Z dengan strategi keuangan yang tepat, seiring meningkatnya penggunaan pinjaman online dan paylater. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengambil keputusan finansial yang lebih bijak.
Baca juga: Cek Alasan Asosiasi Branding Istilah Pinjol Jadi Pindar
Ria menjelaskan bahwa kemudahan layanan digital memang memberikan fleksibilitas, namun juga membuat generasi muda rentan terhadap perilaku konsumtif. Selain itu, Gen Z khususnya, kerap mengabaikan pentingnya aspek regulasi dan keamanan, seperti lisensi dari OJK ketika menggunakan layanan ini.
Menurut Ria, hal tersebut bisa menambah risiko finansial jika mereka tidak memilih platform yang tepat dan terpercaya. “Penting untuk lebih cermat dalam memilih platform finansial, dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan regulasi, untuk menghindari adanya potensi kerugian finansial dan jebakan utang yang berisiko di kemudian hari,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Rabu (18/12/2024).
Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengguna paylater mayoritas merupakan generasi zoomers (Gen Z) dengan rentang usia 26-35 tahun yang mencapai angka 43,9 persen. OJK juga mencatat penggunaan paylater sebagian besar untuk keperluan gaya hidup.
Gen Z menggunakan layanan ini untuk keperluan fashion (66,4 persen), perlengkapan rumah tangga (52,2 persen), elektronik (41 persen), laptop atau ponsel (34,5 persen), hingga perawatan tubuh (32,9 persen.
Ria menyampaikan tren cicilan online saat ini tampak menunjukkan dua arah utama yang menarik perhatian. Pertama, industri fintech terus bertumbuh meskipun dihadapkan pada berbagai dinamika dan tantangan. OJK mencatat outstanding pendanaan P2P lending mencapai Rp 72,03 triliun hingga kuartal III 2024, mencerminkan peningkatan yang signifikan.
Kedua, penggunaan paylater pun semakin populer, khususnya di kalangan anak muda. Dua tren ini menjadi pengingat pentingnya memiliki strategi keuangan yang terencana dengan baik. “Agar inovasi layanan keuangan ini dapat dimanfaatkan secara bijak dan mendukung kesejahteraan finansial masyarakat," jelas Ria.
Ria menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 4 langkah utama dalam pengelolaan keuangan. Apa saja? Berikut penjelasannya.
Pastikan total cicilan bulanan, termasuk KPR, kartu kredit, atau cicilan lainnya tidak melebihi 30 persen dari penghasilan. Sebagai contoh, jika pendapatan Rp5 juta, maka batas cicilan maksimal adalah Rp1,5 juta.
Gunakan cicilan untuk mendukung masa depan seperti pendidikan, pelatihan keterampilan, atau modal usaha kecil, dibandingkan kebutuhan konsumtif seperti gadget terbaru, liburan, atau hiburan.
Buat daftar prioritas pengeluaran dan sisihkan minimal 10?ri pendapatan untuk dana darurat. Evaluasi anggaran secara berkala untuk memastikan tetap sesuai dengan kebutuhan dan tujuan finansial.
Mulai berinvestasi sejak dini dengan instrumen yang sesuai untuk pemula seperti reksadana, sehingga dapat membantu mempersiapkan masa depan finansial yang lebih stabil. Ria menyebut investasi turut menjadi salah satu langkah penting karena dapat membantu generasi muda mempersiapkan masa depan yang lebih stabil.
Bahkan beberapa instrumen investasi katanya memiliki dampak sosial dan lingkungan yang sejalan dengan nilai-nilai yang sering dijunjung oleh Gen Z. Nilai tersebut yakni kepedulian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Mengutip dari buku Zconomy: How Gen Z Will Change the Future of Business—and What to Do About It oleh Jason Dorsey dan Denise Villa, Generasi Z telah mendorong perusahaan dan brand untuk lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial membuat perusahaan kini lebih memperhatikan nilai-nilai sosial dan lingkungan dalam strategi bisnis mereka, guna menarik perhatian konsumen dari Generasi Z yang peduli dengan isu-isu tersebut.
Baca juga: Genhype Wajib Tahu, Ini Perbedaan Kartu Kredit, Paylater, dan Pinjol
Editor: Dika Irawan
Direktur Insight Investments Ria M Warganda menilai penting untuk membekali generasi muda terutama Gen Z dengan strategi keuangan yang tepat, seiring meningkatnya penggunaan pinjaman online dan paylater. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengambil keputusan finansial yang lebih bijak.
Baca juga: Cek Alasan Asosiasi Branding Istilah Pinjol Jadi Pindar
Ria menjelaskan bahwa kemudahan layanan digital memang memberikan fleksibilitas, namun juga membuat generasi muda rentan terhadap perilaku konsumtif. Selain itu, Gen Z khususnya, kerap mengabaikan pentingnya aspek regulasi dan keamanan, seperti lisensi dari OJK ketika menggunakan layanan ini.
Menurut Ria, hal tersebut bisa menambah risiko finansial jika mereka tidak memilih platform yang tepat dan terpercaya. “Penting untuk lebih cermat dalam memilih platform finansial, dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan regulasi, untuk menghindari adanya potensi kerugian finansial dan jebakan utang yang berisiko di kemudian hari,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Rabu (18/12/2024).
Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengguna paylater mayoritas merupakan generasi zoomers (Gen Z) dengan rentang usia 26-35 tahun yang mencapai angka 43,9 persen. OJK juga mencatat penggunaan paylater sebagian besar untuk keperluan gaya hidup.
Gen Z menggunakan layanan ini untuk keperluan fashion (66,4 persen), perlengkapan rumah tangga (52,2 persen), elektronik (41 persen), laptop atau ponsel (34,5 persen), hingga perawatan tubuh (32,9 persen.
Ria menyampaikan tren cicilan online saat ini tampak menunjukkan dua arah utama yang menarik perhatian. Pertama, industri fintech terus bertumbuh meskipun dihadapkan pada berbagai dinamika dan tantangan. OJK mencatat outstanding pendanaan P2P lending mencapai Rp 72,03 triliun hingga kuartal III 2024, mencerminkan peningkatan yang signifikan.
Kedua, penggunaan paylater pun semakin populer, khususnya di kalangan anak muda. Dua tren ini menjadi pengingat pentingnya memiliki strategi keuangan yang terencana dengan baik. “Agar inovasi layanan keuangan ini dapat dimanfaatkan secara bijak dan mendukung kesejahteraan finansial masyarakat," jelas Ria.
Ria menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 4 langkah utama dalam pengelolaan keuangan. Apa saja? Berikut penjelasannya.
1. Batasi Cicilan Maksimum 30 Persen dari Pendapatan
Pastikan total cicilan bulanan, termasuk KPR, kartu kredit, atau cicilan lainnya tidak melebihi 30 persen dari penghasilan. Sebagai contoh, jika pendapatan Rp5 juta, maka batas cicilan maksimal adalah Rp1,5 juta.
2. Prioritaskan Kebutuhan Produktif
Gunakan cicilan untuk mendukung masa depan seperti pendidikan, pelatihan keterampilan, atau modal usaha kecil, dibandingkan kebutuhan konsumtif seperti gadget terbaru, liburan, atau hiburan.
3. Susun Anggaran Bulanan
Buat daftar prioritas pengeluaran dan sisihkan minimal 10?ri pendapatan untuk dana darurat. Evaluasi anggaran secara berkala untuk memastikan tetap sesuai dengan kebutuhan dan tujuan finansial.
4. Mulai Berinvestasi Sejak Dini
Mulai berinvestasi sejak dini dengan instrumen yang sesuai untuk pemula seperti reksadana, sehingga dapat membantu mempersiapkan masa depan finansial yang lebih stabil. Ria menyebut investasi turut menjadi salah satu langkah penting karena dapat membantu generasi muda mempersiapkan masa depan yang lebih stabil.Bahkan beberapa instrumen investasi katanya memiliki dampak sosial dan lingkungan yang sejalan dengan nilai-nilai yang sering dijunjung oleh Gen Z. Nilai tersebut yakni kepedulian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Mengutip dari buku Zconomy: How Gen Z Will Change the Future of Business—and What to Do About It oleh Jason Dorsey dan Denise Villa, Generasi Z telah mendorong perusahaan dan brand untuk lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial membuat perusahaan kini lebih memperhatikan nilai-nilai sosial dan lingkungan dalam strategi bisnis mereka, guna menarik perhatian konsumen dari Generasi Z yang peduli dengan isu-isu tersebut.
Baca juga: Genhype Wajib Tahu, Ini Perbedaan Kartu Kredit, Paylater, dan Pinjol
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.