Lee Da Rim diperankan oleh Geum Sae Rok (Sumber gambar: IMDb)

Mengenal Retinitis Pigmentosa, Penyakit Mata dalam Drakor Iron Family

07 December 2024   |   12:30 WIB
Image
Shofiyah Afni Mahasiswi Universitas Bakrie

Drakor Iron Family produksi KBS tayang perdana sejak 28 September 2024, bercerita tentang sebuah keluarga yang telang menjalani bisnis laundry selama tiga generasi, yakni Cheongryeom Laundry. Lee Da Rim (Geum Sae Rok), anak bungsu dari keluarga Cheongryeom Laundry, sejak usia 14 tahun, dia mengidap penyakit mata langka yang bernama Retinitis Pigmentosa, perlahan-lahan merenggut penglihatannya.

Meskipun menghadapi kondisi tersebut, Lee Da Rim digambarkan sebagai sosok yang tangguh, bersemangat, dan menolak belas kasihan dari orang lain. Dia memiliki keyakinan kuat bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan penglihatannya akan kembali normal. 

Baca juga: Penelitian: Kebiasaan Duduk Terlalu Lama Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Penuaan Dini

Dikutip dari laman National Organization for Rare Disorders, Retinitis Pigmentosa (RP) merupakan penyakit yang menyerang retina mata sehingga menyebabkan penderita mengalami rabun senja serta gangguan penglihatan yang berkembang secara bertahap hingga akhirnya mengalami kebutaan total.

Retinitis Pigmentosa terjadi berawal dari adanya kerusakan pada salah satu atau beberapa dari 50 gen yang ada di tubuh manusia. Karena berkaitan dengan mutase genetik, Retinitis Pigmentosa adalah kondisi yang dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya.

Retinitis Pigmentosa merupakan salah satu penyakit langka. Satu dari 3.000 atau 4.000 orang diseluruh dunia menderita penyakit ini. Berdasarkan angka tersebut berarti gangguan ini menimpa sekitar 1,77 hingga 2,35 juta orang di dunia.

Gejala awal yang umum dari Retinitis Pigmentosa adalah gangguan penglihatan di malam hari, atau dikenal sebagai rabun senja. Penderita mengalami kesulitan melihat dalam gelap, sehingga sering kali tersandung atau menabrak benda saat berada di lingkungan dengan pencahayaan minim.

Seiring perkembangan penyakit, penglihatan samping mulai menghilang, membuat penderita sulit melihat melalui sudut mata. Lambat laun, bidang penglihatan semakin menyempit hingga hanya tersisa penglihatan sentral, yang dikenal sebagai penglihatan terowongan.

Dalam tahap lanjut, kondisi ini bisa memburuk hingga menyebabkan hilangnya penglihatan sentral, yang berujung pada kebutaan total. Selain itu, penderita Retinitis Pigmentosa juga kerap mengalami sensitivitas tinggi terhadap cahaya terang serta penurunan kemampuan melihat warna. 

Baca juga: Mengenal IgA Nephropathy, Penyakit Autoimun Ginjal yang Diderita Abdee Slank

Untuk mendiagnosis kondisi secara pasti, diperlukan pemeriksaan mendetail oleh dokter spesialis mata. Biasanya Dokter Spesialis Mata akan menjalankan serangkaian tes untuk melakukan diagnosis. Tes tersebut antara lain:

1. Elektroretinografi (ERG)
ERG tes digunakan untuk mengetahui seberapa baik retina mata seseorang dalam merespon cahaya.

2. Tomografi Koherendi Optik (OCT)
Tes ini dilakukan dengan menggunakan gelombang cahaya guna menggambil gambar retina mata secara detail.

3. Pencitraan Fundus Autofluorensi (FAF)
Dokter spesialis mata akan menggunakan cahaya biru untuk memotret retina mata seseorang.

4. Pengujian Genetik
Dikarenakan penyakit ini merupakanpenyakit genetic, maka pengujian genetic sangat diperlukan untuk penegakan diagnosa.

Selain itu, tes ini juga bermanfaat untuk mengidentifikasi jenis Retinitis Pigmentosa (RP) yang dialami pasien. Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan yang mampu menyembuhkan RP atau mengembalikan penglihatan pasien ke kondisi normal.

Penanganan yang diberikan dokter bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah kondisinya menjadi lebih parah. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Nidji Rilis Single Lampu Hati dan Zayang-Zayang

BERIKUTNYA

Kolintang Resmi jadi Warisan Budaya Takbenda ke-16 yang Diakui UNESCO

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: