Waspadai Tanda Kortisol Tinggi, Dampaknya Lebih dari Sekadar Stres
30 November 2024 |
08:00 WIB
Kortisol, atau hormon stres, membantu tubuh merespons tekanan. Namun, kadar yang terlalu tinggi dalam jangka panjang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan tidur, peningkatan berat badan, hingga risiko penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Tanda-tanda kortisol tinggi sering kali tidak disadari.
Dilansir dari Ask the Scientist, kortisol adalah hormon steroid yang disekresikan ke dalam darah sebagai respons terhadap stres. Apa pun yang membuat stres dapat meningkatkan kadar kortisol. Hal ini dapat terjadi karena hal-hal yang biasa terjadi, seperti stres di tempat kerja atau di rumah.
Atau dapat juga karena stres akibat hal-hal fisik seperti kecelakaan mobil, terjatuh dengan keras, atau menghadapi bahaya. Peningkatan kortisol merupakan bagian dari reaksi alami tubuh terhadap situasi yang membuat stres.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Cek Faktor Tersembunyi di Balik Stres yang Sering Dialami Masyarakat Kota
Kortisol merupakan pembawa pesan kimia utama yang dapat menyampaikan instruksi atau informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya selama masa stres. Mungkin itulah sebabnya kortisol sering disebut sebagai "hormon stres".
Biasanya kadar kortisol mencapai puncaknya saat stres tinggi dan kembali normal saat stres mereda. Lonjakan kortisol dapat membantu tubuh bekerja di bawah tekanan. Namun, jika konsentrasi kortisol tetap tinggi terlalu lama, beberapa fungsi tubuh dapat terpengaruh secara negatif.
Hormon ini diproduksi di kelenjar adrenal. Di atas setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal berbentuk segitiga. Karena ginjal menyaring darah, ginjal merupakan tempat yang ideal untuk memproduksi hormon ini. Dengan demikian, kortisol memiliki jalur yang mudah dari kelenjar adrenal ke aliran darah.
Meskipun kortisol diproduksi di kelenjar adrenal, kelenjar adrenal tidak dapat melepaskannya ke aliran darah sendiri. Kelenjar adrenal menunggu instruksi khusus dari otak sebelum mengeluarkan kortisol ke dalam tubuh.
Perintah untuk kelenjar adrenal berasal dari kelenjar pituitari, yang berukuran kecil seperti kacang polong dan terletak di pusat otak, di belakang mata. Kelenjar pituitari mengontrol pelepasan berbagai hormon, termasuk kortisol. Bersama dengan hipotalamus, kelenjar pituitari mendeteksi stres dan dapat mengubah jumlah kortisol dalam darah untuk membantu tubuh menghadapi situasi stres.
Jika kadar kortisol naik atau turun di luar batas normal, kelenjar pituitari akan menyesuaikan jumlah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal.
Kortisol tinggi dapat menyebabkan beberapa gejala di seluruh tubuh. Gejalanya dapat bervariasi tergantung pada apa yang menyebabkan peningkatan kadar kortisol. Dilansir dari Healthline, tanda dan gejala umum dari level kortisol tinggi meliputi:
Selain itu, gangguan pada kelenjar pituitari yang mengatur produksi hormon, atau tumor pada kelenjar adrenal, juga dapat memicu produksi kortisol berlebihan. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, juga dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh.
Adapun, untuk mengurangi kadar hormon stres, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Makan diet seimbang: Makanan tinggi gula tambahan dan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kortisol, sementara diet yang kaya buah, sayur, dan biji-bijian dapat membantu menstabilkan kadar kortisol.
2. Batasi konsumsi kafein: Kafein dapat meningkatkan kadar kortisol dan memengaruhi suasana hati. Jika kafein membuat Genhype merasa lebih buruk, batasi konsumsi hingga satu cangkir sehari atau pilih kopi tanpa kafein.
3. Cukup tidur: Kurang tidur dapat meningkatkan kadar kortisol, jadi pastikan Genhype mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas.
4. Coba teknik relaksasi: Teknik seperti pernapasan dalam atau meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan kadar kortisol.
5. Konsumsi suplemen: Suplemen omega-3 dan vitamin D dapat membantu menurunkan kadar kortisol, selain dari pola makan yang sehat.
Baca juga: Fluktuasi Hormon dan Pola Makan Jadi Penyebab Utama Jerawat di Rahang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dilansir dari Ask the Scientist, kortisol adalah hormon steroid yang disekresikan ke dalam darah sebagai respons terhadap stres. Apa pun yang membuat stres dapat meningkatkan kadar kortisol. Hal ini dapat terjadi karena hal-hal yang biasa terjadi, seperti stres di tempat kerja atau di rumah.
Atau dapat juga karena stres akibat hal-hal fisik seperti kecelakaan mobil, terjatuh dengan keras, atau menghadapi bahaya. Peningkatan kortisol merupakan bagian dari reaksi alami tubuh terhadap situasi yang membuat stres.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Cek Faktor Tersembunyi di Balik Stres yang Sering Dialami Masyarakat Kota
Kortisol merupakan pembawa pesan kimia utama yang dapat menyampaikan instruksi atau informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya selama masa stres. Mungkin itulah sebabnya kortisol sering disebut sebagai "hormon stres".
Biasanya kadar kortisol mencapai puncaknya saat stres tinggi dan kembali normal saat stres mereda. Lonjakan kortisol dapat membantu tubuh bekerja di bawah tekanan. Namun, jika konsentrasi kortisol tetap tinggi terlalu lama, beberapa fungsi tubuh dapat terpengaruh secara negatif.
Hormon ini diproduksi di kelenjar adrenal. Di atas setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal berbentuk segitiga. Karena ginjal menyaring darah, ginjal merupakan tempat yang ideal untuk memproduksi hormon ini. Dengan demikian, kortisol memiliki jalur yang mudah dari kelenjar adrenal ke aliran darah.
Meskipun kortisol diproduksi di kelenjar adrenal, kelenjar adrenal tidak dapat melepaskannya ke aliran darah sendiri. Kelenjar adrenal menunggu instruksi khusus dari otak sebelum mengeluarkan kortisol ke dalam tubuh.
Perintah untuk kelenjar adrenal berasal dari kelenjar pituitari, yang berukuran kecil seperti kacang polong dan terletak di pusat otak, di belakang mata. Kelenjar pituitari mengontrol pelepasan berbagai hormon, termasuk kortisol. Bersama dengan hipotalamus, kelenjar pituitari mendeteksi stres dan dapat mengubah jumlah kortisol dalam darah untuk membantu tubuh menghadapi situasi stres.
Jika kadar kortisol naik atau turun di luar batas normal, kelenjar pituitari akan menyesuaikan jumlah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal.
Apa Saja Gejala Kortisol Tinggi?
Kortisol tinggi dapat menyebabkan beberapa gejala di seluruh tubuh. Gejalanya dapat bervariasi tergantung pada apa yang menyebabkan peningkatan kadar kortisol. Dilansir dari Healthline, tanda dan gejala umum dari level kortisol tinggi meliputi:
- kenaikan berat badan, terutama di sekitar bagian tengah tubuh dan punggung atas
- kenaikan berat badan dan bentuk wajah yang membulat
- jerawat
- kulit menipis
- mudah memar
- wajah memerah
- penyembuhan lambat
- kelemahan otot
- kelelahan parah
- mudah tersinggung
- kesulitan berkonsentrasi
- tekanan darah tinggi
- sakit kepala
Selain itu, gangguan pada kelenjar pituitari yang mengatur produksi hormon, atau tumor pada kelenjar adrenal, juga dapat memicu produksi kortisol berlebihan. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, juga dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh.
Adapun, untuk mengurangi kadar hormon stres, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Makan diet seimbang: Makanan tinggi gula tambahan dan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kortisol, sementara diet yang kaya buah, sayur, dan biji-bijian dapat membantu menstabilkan kadar kortisol.
2. Batasi konsumsi kafein: Kafein dapat meningkatkan kadar kortisol dan memengaruhi suasana hati. Jika kafein membuat Genhype merasa lebih buruk, batasi konsumsi hingga satu cangkir sehari atau pilih kopi tanpa kafein.
3. Cukup tidur: Kurang tidur dapat meningkatkan kadar kortisol, jadi pastikan Genhype mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas.
4. Coba teknik relaksasi: Teknik seperti pernapasan dalam atau meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan kadar kortisol.
5. Konsumsi suplemen: Suplemen omega-3 dan vitamin D dapat membantu menurunkan kadar kortisol, selain dari pola makan yang sehat.
Baca juga: Fluktuasi Hormon dan Pola Makan Jadi Penyebab Utama Jerawat di Rahang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.