Genhype, Ini Alasan Varises Lebih Rentan Mendera Wanita Dibanding Pria
31 May 2024 |
20:30 WIB
Varises merupakan salah satu penyakit terkait gangguan pembuluh darah yang umum terjadi pada manusia, khususnya wanita. Varises diartikan sebagai gangguan yang menyerang pembuluh darah vena yang ditandai dengan kondisi bengkak diiringi warna kebiruan atau ungu tua. Varises terjadi saat katup di pembuluh darah tak mampu bekerja dengan baik.
Akibatnya, darah tidak mengalir secara efektif pada bagian tubuh tertentu seperti tangan atau kaki. Varises berkembang saat gangguan sirkulasi dalam darah yang salah satunya diakibatkan oleh pembuluh darah vena yang melebar dan berkelok.
Baca juga: High Heels Lover, Intip 5 Cara Atasi Varises Yuk
Gangguan sirkulasi darah tersebut dapat menyebabkan sumbatan aliran darah melalui vena untuk kembali ke jantung sehingga darah mencoba menembus katup dari sistem penyambung. Akibatnya, rasa tidak nyaman hingga pegal-pegal sering dirasakan utamanya saat sedang melakukan aktivitas berdiri atau berjalan terlalu lama.
Bukan tanpa alasan, jenis penyakit ini lebih banyak mendera wanita karena berbagai faktor yang jarang diperhatikan. Dokter Spesialis Bedah Sub Spesialis BVE Rumah Sakit Royal Progress Hendra Wibowo menjelaskan, risiko varises memang terjadi 2 kali lebih rentan dialami wanita dibandingkan pria.
Pertambahan usia dan kehamilan menjadi dua di antara faktor kunci mengapa varises lebih sering terjadi pada wanita. Melansir Prime HV, beban ekstra dalam perut saat kehamilan berperan menambah tekanan pada pembuluh darah yang membuat pembengkakan khususnya di area kaki yang menyebabkan munculnya varises. Sementara pertambahan usia berperan membuat risiko varises lebih meningkat.
Faktor lainnya, menopause yang berkaitan langsung dengan hormon kesuburan. Menopause dapat mengendurkan dinding vena, hingga menyebabkan katup vena mengalami penuaan. Hal itu akan membuat darah lebih rentan menumpuk dan perubahan hormon yang terjadi sebelum periode menstruasi.
Perlu diketahui, esterogen dan progesteron merupakan dua hormon wanita yang berperan krusial dalam kesuburan dan menstruasi. Bahkan kedua hormon ini bisa menyebabkan otot-otot yang mengontrol pergerakan darah di pembuluh darah. Dengan risiko yang lebih tinggi pada wanita, gejala yang dirasakan untuk tiap individu munkin cukup berbeda dan unik. Hendra menyebut, varises bisa saja terjadi tanpa gejala yang spesifik.
“Keluhan yang umumnya terjadi yaitu berupa pegal, nyeri dan terlihat urat-urat halus yang menonjol di sekitar betis belakang. Untuk kasus pada tingkat yang paling parah yaitu luka atau ulkus yang sulit disembuhkan,” kata Hendra.
Namun sayangnya, Hendra menyebut kasus yang sering ditemui di masyarakat saat ini kebanyakan kasus yang terlambat ditangani. Kasus yang telah pada tingkat lanjut ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gejala yang mendekati varises, seperti kaki terasa lebih mudah pegal, kram, dan bengkak saat beraktivitas.
Selain faktor gender, Hendra mengharapkan masyarakat juga mempertimbangkan faktor risiko lainnya yang bisa terjadi pada pria atau wanita. Faktor tersembunyi yang perlu dipertimbangkan antara lain riwayat hipertensi, obesitas, genetik, hingga gaya hidup.
Untuk faktor risiko yang bisa dikendalikan, masyarakat diharapkan membatasi jenis makanan pedas dan tinggi kadar garam yang bisa merangsang pelebaran pembuluh darah dan pembengkakan. Masyarakat juga harus menghentikan kebiasan merokok, serta mengusahakan mengindari jenis pakaian sempit atau ketat utamanya dari area pinggang, paha, hingga kaki.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Akibatnya, darah tidak mengalir secara efektif pada bagian tubuh tertentu seperti tangan atau kaki. Varises berkembang saat gangguan sirkulasi dalam darah yang salah satunya diakibatkan oleh pembuluh darah vena yang melebar dan berkelok.
Baca juga: High Heels Lover, Intip 5 Cara Atasi Varises Yuk
Gangguan sirkulasi darah tersebut dapat menyebabkan sumbatan aliran darah melalui vena untuk kembali ke jantung sehingga darah mencoba menembus katup dari sistem penyambung. Akibatnya, rasa tidak nyaman hingga pegal-pegal sering dirasakan utamanya saat sedang melakukan aktivitas berdiri atau berjalan terlalu lama.
Bukan tanpa alasan, jenis penyakit ini lebih banyak mendera wanita karena berbagai faktor yang jarang diperhatikan. Dokter Spesialis Bedah Sub Spesialis BVE Rumah Sakit Royal Progress Hendra Wibowo menjelaskan, risiko varises memang terjadi 2 kali lebih rentan dialami wanita dibandingkan pria.
Pertambahan usia dan kehamilan menjadi dua di antara faktor kunci mengapa varises lebih sering terjadi pada wanita. Melansir Prime HV, beban ekstra dalam perut saat kehamilan berperan menambah tekanan pada pembuluh darah yang membuat pembengkakan khususnya di area kaki yang menyebabkan munculnya varises. Sementara pertambahan usia berperan membuat risiko varises lebih meningkat.
Faktor lainnya, menopause yang berkaitan langsung dengan hormon kesuburan. Menopause dapat mengendurkan dinding vena, hingga menyebabkan katup vena mengalami penuaan. Hal itu akan membuat darah lebih rentan menumpuk dan perubahan hormon yang terjadi sebelum periode menstruasi.
Perlu diketahui, esterogen dan progesteron merupakan dua hormon wanita yang berperan krusial dalam kesuburan dan menstruasi. Bahkan kedua hormon ini bisa menyebabkan otot-otot yang mengontrol pergerakan darah di pembuluh darah. Dengan risiko yang lebih tinggi pada wanita, gejala yang dirasakan untuk tiap individu munkin cukup berbeda dan unik. Hendra menyebut, varises bisa saja terjadi tanpa gejala yang spesifik.
“Keluhan yang umumnya terjadi yaitu berupa pegal, nyeri dan terlihat urat-urat halus yang menonjol di sekitar betis belakang. Untuk kasus pada tingkat yang paling parah yaitu luka atau ulkus yang sulit disembuhkan,” kata Hendra.
Namun sayangnya, Hendra menyebut kasus yang sering ditemui di masyarakat saat ini kebanyakan kasus yang terlambat ditangani. Kasus yang telah pada tingkat lanjut ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gejala yang mendekati varises, seperti kaki terasa lebih mudah pegal, kram, dan bengkak saat beraktivitas.
Selain faktor gender, Hendra mengharapkan masyarakat juga mempertimbangkan faktor risiko lainnya yang bisa terjadi pada pria atau wanita. Faktor tersembunyi yang perlu dipertimbangkan antara lain riwayat hipertensi, obesitas, genetik, hingga gaya hidup.
Untuk faktor risiko yang bisa dikendalikan, masyarakat diharapkan membatasi jenis makanan pedas dan tinggi kadar garam yang bisa merangsang pelebaran pembuluh darah dan pembengkakan. Masyarakat juga harus menghentikan kebiasan merokok, serta mengusahakan mengindari jenis pakaian sempit atau ketat utamanya dari area pinggang, paha, hingga kaki.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.