Ilustrasi stres (Sumber gambar: Francisco Moreno/Unsplash)

Jangan Anggap Remeh, Cek Faktor Tersembunyi di Balik Stres yang Sering Dialami Masyarakat Kota

30 May 2024   |   09:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Perusahaan asuransi ekspatriat, William Russell melakukan riset mengenai kota dengan tingkat stres paling tinggi di dunia. Mumbai, India dinobatkan sebagai kota paling stres dengan skor 6,85 dari 10. Angka yang tinggi menandakan makin besarnya tingkat stres di kota tersebut. 

Dalam survei tersebut, Jakarta sebagai salah satu kota terpadat di dunia bertengger pada peringkat ke-41. Meski jauh dari 10 kota teratas, bukan berarti penduduk Jakarta tak rentan didera stres dari aktivitas sosial yang begitu padat. B

Berkaca pada kota-kota padat India yang hampir menempati sebagian 10 kota dengan tingkat stres tinggi teratas, penanggulangan dan pencegahan terkait manajemen stres perlu dilakukan di kota yang akan menjadi calon jantung bisnis negara ini. 

Baca juga: Rawan Didera Stres, Psikolog Tekankan Pentingnya Work Life Balance Bagi Masyarakat Kota

Psikolog Klinis Forensik A. Kasandra Putranto mengatakan, sebetulnya stres merupakan respons tubuh manusia yang akan muncul apabila terdapat ancaman, tekanan, dan tuntutan. 
 
Stres yang kulit terluarnya dilihat banyak terjadi karena faktor internal sebetulnya kerap muncul karena faktor tersembunyi yang ada di baliknya. Misalnya, jumlah penduduk yang tinggi di suatu kota bisa menyebabkan persaingan ketat dalam ranah pekerjaan, karier, pendidikan, hingga perumahaan, dan sumber daya lain yang mendorong tekanan pada penduduk setempat.

"Jumlah penduduk yang tinggi dalam suatu kota dapat menyebabkan persaingan yang ketat dalam hal pekerjaan, perumahan, dan sumber daya lainnya. Hal ini dapat menciptakan tekanan dan stres pada individu yang tinggal di sana," kata Kasandra.

Belum lagi, keterbatasan sumber daya seperti lahan, air, dan energi juga mendorong ketegangan dalam mencukupi kebutuhan dasar penduduk. Sebab, kota padat penduduk seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya.

Menurut Kasandra, keterbatasan ini dapat menyebabkan ketegangan dan stres dalam mencukupi kebutuhan dasar. Di tengah stres akibat keterbatasan sumber daya, masyarakat kota juga dihadapkan dengan tingkat hidup dan persaingan yang tinggi. Tekanan dari biaya hidup yang tinggi dan persaingan mencapai kesuksesan dalam hal pekerjaan, pendidikan, dan karier. 
 
Selain faktor tersebut, masyarakat perlu melihat faktor tersembunyi lainnya seperti buruknya lingkungan fisik, misal polusi udara, kebisingan, dan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Sebab, kondisi ini turut menciptakan rasa tidak nyaman dan tidak sehat, sehingga menyebabkan tingkat stres penduduk juga melonjak.

Kasandra menjelaskan, hal-hal ini masih sering disepelekan atau jauh dari kesadaran masyarakat. Kaitan antara stres dengan mobilitas penduduk yang tinggi ini bisa lebih jauh memicu gangguan kesehatan, seperti gangguan mental bersifat kecemasan.

“Selain itu, emosi positif dan kesehatan mental yang baik berkorelasi dengan energi, inovasi, kreativitas, dan daya mobilitas yang tinggi,” kata Kasandra.
 
Bagi masyarakat urban, Kasandra menyarankan beberapa hal sebagai langkah preventif untuk mengelola stres. Menurutnya, stres memang tak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola dengan manajemen yang baik.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengelola keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (work-life-balance), mengelola tekanan kerja, menghindari informasi negatif, dan melakukan aktivitas terkait relaksasi seperti meditasi, yoga, hingga mengatur pernapasan dalam yang membantu dalam mengurangi gejala stres. 

Baca juga: 5 Cara Melawan Stres di Media Sosial

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Mengenal Perawatan Kecantikan Vampire Facial yang Diindikasi jadi Penularan HIV

BERIKUTNYA

Album Fortuna Jadi Eksplorasi BAALE, Bawa Konsep Musik Ala 1990-an

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: