Fashion Show Menenun Cerita Menutup Pameran The Flying Cloth Merdi Sihombing
26 November 2024 |
09:30 WIB
Pameran The Flying Cloth 25 Years Journey of Merdi Sihombing telah resmi berakhir. Acara ini dihelat selama dua minggu pada 11-24 November 2024. Dipersembahkan oleh Kementerian Kebudayaan, Indonesian Heritage Agency, dan Museum Nasional Indonesia.
Adapun pameran ini merupakan perayaan 25 tahun Merdi Sihombing berkarier di industri mode. Selain menciptakan koleksi busana yang indah, desainer asal Sumatera Utara tersebut juga turut aktif melestarikan budaya lokal dan menerapkan prinsip keberlanjutan di bidang fesyen.
Baca juga: Ragam Wastra dan Budaya Batak di Pameran The Flying Cloth Merdi Sihombing
Bagi Merdi Sihombing, pameran yang digelar di museum Nasional Indonesia ini memberi arti tersendiri. Lantaran, menurutnya, tak banyak perancang busana Indonesia yang menampilkan karya-karyanya di Museum. Umumnya gelaran fashion show dihelat di mal atau hotel-hotel mewah.
“Saya sering menampilkan karya saya dalam fashion show di berbagai negara yang digelar di museum-museum ternama, saya pun memimpikan hal yang sama, agar suatu saat koleksi saya dapat ditampilkan pada fashion show dalam museum di negeri sendiri," kata Merdi Sihombing.
Kini harapannya bisa terwujud berkat dukungan banyak pihak. Dia ingin semoga setelah ini, makin banyak desainer yang menampilkan karyanya di museum-museum berbagai kota di Indonesia.
Fadli Zon, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, turut menyampaikan sambutannya di acara penutupan pameran The Flying Cloth. Dipaparkan olehnya, kontribusi sektor fesyen terhadap PDB Indonesia mencapai hampir Rp350 triliun pada 2024, yang menunjukkan potensi besar industri ini untuk terus berkembang.
"Merdi Sihombing membawa nilai wastra ke panggung global dan menunjukkan bagaimana fesyen bisa menjadi medium dalam menjaga wastra sekaligus menghadapi tantangan masa depan," katanya.
Sementara itu, Ni Luh Puspa selaku Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia juga memberikan penghormatan kepada karya-karya Merdi Sihombing yang memadukan tradisi dan inovasi.
"Melalui karya yang ia buat dengan sepenuh hati, Merdi Sihombing membuktikan bahwa industri fashion lahir lebih dari sekadar tren, berperan sebagai medium untuk mempertahankan budaya dan memberdayakan masyarakat," ujar Ni Luh.
Dia juga berharap konsep fesyen berkelanjutan ini dapat menjadi daya tarik dalam sektor pariwisata berbasis budaya.
Penutupan pameran The Flying Cloth dimeriahkan oleh fashion showcase yang memukau bertajuk Menenun Cerita. Koleksi yang dipresentasikan merupakan cerminan perjalanan Merdi Sihombing selama 25 tahun menenun cerita, budaya, dan keberlanjutan.
Melalui gelaran ini Merdi Sihombing kian mempertegas posisinya sebagai pelopor fesyen berkelanjutan, yang mengangkat identitas nusantara dan kisah-kisah perempuan yang gigih menjaga tradisi ke panggung dunia.
Fashion showcase ini menjadi klimaks yang memukau dari pergelaran The Flying Cloth. Beberapa karya yang pernah memukau dunia di panggung-panggung prestisius, seperti Jakarta Fashion Week, Berlin Fashion Week, London Fashion Week, dan Melbourne Fashion Festival, kembali dihidupkan dalam momen mengagumkan ini.
Koleksi ini sebagian besar terbuat dari kain ulos yang diolah dengan sentuhan desain modern menjadi pakaian siap pakai (ready-to-wear) yang memukau.
Desain yang menjadi sorotan antara lain outerwear berpotongan longgar seperti jaket, blazer, dan long coat, yang dipadukan dengan celana atau rok berpotongan lebar, menciptakan siluet yang anggun sekaligus nyaman untuk dikenakan sehari-hari.
Koleksi busana tersebut memiliki palet warna yang kaya, mulai dari warna khas Batak seperti merah dan hitam hingga spektrum cerah seperti oranye, kuning, dan ungu.
Ini membuktikan bahwa kain tradisional seperti ulos dapat bertransformasi menjadi busana modern tanpa kehilangan jiwa tradisionalnya. Wastra nusantara masih relevan di era modern, sekaligus mampu bersaing di kancah mode global dengan daya tarik yang tak tertandingi.
Deretan model dan muse ternama turut ambil bagian dalam fashion showcase ini, termasuk Kelly Tandiono, Whulandary, Artika Sari Devi, Iis Dahlia dan Yuni Shara. Kehadiran mereka menambah daya tarik acara dengan membawa karya Merdi ke panggung runway dalam tampilan yang anggun dan penuh percaya diri.
Keberlanjutan menjadi tema utama dalam setiap karya Merdi Sihombing. Kain ulos yang dibuat dari serat yang ramah lingkungan dan pewarnaan alami menjadi ciri khasnya.
Dia juga menggunakan bahan-bahan organik seperti limbah makanan untuk menciptakan warna-warna yang unik. Pendekatan ini menempatkan circular economy sebagai bagian penting dalam proses produksinya.
"Kita hanya punya satu planet bumi. Kita harus terus melanjutkan perjuangan untuk menciptakan dunia fashion yang lebih bertanggung jawab," ujar Merdi.
Merdi juga mengharapkan agar The Flying Cloth juga menginspirasi lebih banyak seniman yang membangun hubungan harmonis dengan masyarakat adat. Kolaborasi seperti ini dapat membuka peluang bagi keduanya untuk menciptakan ekosistem budaya yang berkelanjutan, adil, saling menguatkan dan berkembang bersama di panggung nasional dan internasional.
Sebagai simbol penutup, Merdi memberikan ulos istimewa kepada Fadli Zon dan Ni Luh Puspa. Ulos dengan motif tumtuman, yang hanya digunakan oleh para raja dan pemimpin di masa lalu, diserahkan kepada Ni Luh sebagai simbol tanggung jawab pemimpin.
Sementara kepada Fadli Zon, dia memberikan ulos dengan teknik tenun ikat yang disongket sehingga menciptakan efek tiga dimensi, yang mencerminkan inovasi dan keberlanjutan.
Baca juga: Merdi Sihombing Gelar Pameran The Flying Cloth Rayakan Perjalanan 25 Tahun Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Adapun pameran ini merupakan perayaan 25 tahun Merdi Sihombing berkarier di industri mode. Selain menciptakan koleksi busana yang indah, desainer asal Sumatera Utara tersebut juga turut aktif melestarikan budaya lokal dan menerapkan prinsip keberlanjutan di bidang fesyen.
Baca juga: Ragam Wastra dan Budaya Batak di Pameran The Flying Cloth Merdi Sihombing
Bagi Merdi Sihombing, pameran yang digelar di museum Nasional Indonesia ini memberi arti tersendiri. Lantaran, menurutnya, tak banyak perancang busana Indonesia yang menampilkan karya-karyanya di Museum. Umumnya gelaran fashion show dihelat di mal atau hotel-hotel mewah.
“Saya sering menampilkan karya saya dalam fashion show di berbagai negara yang digelar di museum-museum ternama, saya pun memimpikan hal yang sama, agar suatu saat koleksi saya dapat ditampilkan pada fashion show dalam museum di negeri sendiri," kata Merdi Sihombing.
Kini harapannya bisa terwujud berkat dukungan banyak pihak. Dia ingin semoga setelah ini, makin banyak desainer yang menampilkan karyanya di museum-museum berbagai kota di Indonesia.
Merdi Sihombing di penutupan pameran The Flying Cloth (Sumber Foto: The Flying Cloth)
Fadli Zon, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, turut menyampaikan sambutannya di acara penutupan pameran The Flying Cloth. Dipaparkan olehnya, kontribusi sektor fesyen terhadap PDB Indonesia mencapai hampir Rp350 triliun pada 2024, yang menunjukkan potensi besar industri ini untuk terus berkembang.
"Merdi Sihombing membawa nilai wastra ke panggung global dan menunjukkan bagaimana fesyen bisa menjadi medium dalam menjaga wastra sekaligus menghadapi tantangan masa depan," katanya.
Sementara itu, Ni Luh Puspa selaku Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia juga memberikan penghormatan kepada karya-karya Merdi Sihombing yang memadukan tradisi dan inovasi.
"Melalui karya yang ia buat dengan sepenuh hati, Merdi Sihombing membuktikan bahwa industri fashion lahir lebih dari sekadar tren, berperan sebagai medium untuk mempertahankan budaya dan memberdayakan masyarakat," ujar Ni Luh.
Dia juga berharap konsep fesyen berkelanjutan ini dapat menjadi daya tarik dalam sektor pariwisata berbasis budaya.
Penutupan pameran The Flying Cloth dimeriahkan oleh fashion showcase yang memukau bertajuk Menenun Cerita. Koleksi yang dipresentasikan merupakan cerminan perjalanan Merdi Sihombing selama 25 tahun menenun cerita, budaya, dan keberlanjutan.
Melalui gelaran ini Merdi Sihombing kian mempertegas posisinya sebagai pelopor fesyen berkelanjutan, yang mengangkat identitas nusantara dan kisah-kisah perempuan yang gigih menjaga tradisi ke panggung dunia.
Fashion showcase ini menjadi klimaks yang memukau dari pergelaran The Flying Cloth. Beberapa karya yang pernah memukau dunia di panggung-panggung prestisius, seperti Jakarta Fashion Week, Berlin Fashion Week, London Fashion Week, dan Melbourne Fashion Festival, kembali dihidupkan dalam momen mengagumkan ini.
Koleksi Menenun Cerita karya Merdi Sihombing (Sumber Foto: The Flying Cloth)
Koleksi ini sebagian besar terbuat dari kain ulos yang diolah dengan sentuhan desain modern menjadi pakaian siap pakai (ready-to-wear) yang memukau.
Desain yang menjadi sorotan antara lain outerwear berpotongan longgar seperti jaket, blazer, dan long coat, yang dipadukan dengan celana atau rok berpotongan lebar, menciptakan siluet yang anggun sekaligus nyaman untuk dikenakan sehari-hari.
Koleksi busana tersebut memiliki palet warna yang kaya, mulai dari warna khas Batak seperti merah dan hitam hingga spektrum cerah seperti oranye, kuning, dan ungu.
Ini membuktikan bahwa kain tradisional seperti ulos dapat bertransformasi menjadi busana modern tanpa kehilangan jiwa tradisionalnya. Wastra nusantara masih relevan di era modern, sekaligus mampu bersaing di kancah mode global dengan daya tarik yang tak tertandingi.
Deretan model dan muse ternama turut ambil bagian dalam fashion showcase ini, termasuk Kelly Tandiono, Whulandary, Artika Sari Devi, Iis Dahlia dan Yuni Shara. Kehadiran mereka menambah daya tarik acara dengan membawa karya Merdi ke panggung runway dalam tampilan yang anggun dan penuh percaya diri.
Keberlanjutan menjadi tema utama dalam setiap karya Merdi Sihombing. Kain ulos yang dibuat dari serat yang ramah lingkungan dan pewarnaan alami menjadi ciri khasnya.
Dia juga menggunakan bahan-bahan organik seperti limbah makanan untuk menciptakan warna-warna yang unik. Pendekatan ini menempatkan circular economy sebagai bagian penting dalam proses produksinya.
"Kita hanya punya satu planet bumi. Kita harus terus melanjutkan perjuangan untuk menciptakan dunia fashion yang lebih bertanggung jawab," ujar Merdi.
Merdi juga mengharapkan agar The Flying Cloth juga menginspirasi lebih banyak seniman yang membangun hubungan harmonis dengan masyarakat adat. Kolaborasi seperti ini dapat membuka peluang bagi keduanya untuk menciptakan ekosistem budaya yang berkelanjutan, adil, saling menguatkan dan berkembang bersama di panggung nasional dan internasional.
Sebagai simbol penutup, Merdi memberikan ulos istimewa kepada Fadli Zon dan Ni Luh Puspa. Ulos dengan motif tumtuman, yang hanya digunakan oleh para raja dan pemimpin di masa lalu, diserahkan kepada Ni Luh sebagai simbol tanggung jawab pemimpin.
Sementara kepada Fadli Zon, dia memberikan ulos dengan teknik tenun ikat yang disongket sehingga menciptakan efek tiga dimensi, yang mencerminkan inovasi dan keberlanjutan.
Baca juga: Merdi Sihombing Gelar Pameran The Flying Cloth Rayakan Perjalanan 25 Tahun Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.