Hypereport: Tren Maklon Skincare, Intip Model Bisnis & Tantangannya di Indonesia
10 November 2024 |
22:31 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar kosmetika termasuk skincare mengalami pertumbuhan yang pesat. Menurut data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), industri kosmetik di Indonesia tumbuh sebesar 21,9 persen, yakni dari 913 perusahaan pada 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada 2023.
Industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor. Secara kumulatif, untuk periode Januari--November 2023, nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai US$770,8 juta.
Sementara itu, data dari Sistem Informasi Industri Nasional (2022) menyebut industri kosmetik tercatat mampu menyerap tenaga kerja sebesar 59.886 orang. Hasil analisis lainnya oleh Statista menyatakan bahwa segmen pasar terbesar industri kosmetik nasional adalah segmen perawatan, termasuk perawatan kulit (skincare) dan personal care, dengan volume pasar mencapai US$3,16 miliar pada 2022.
Baca juga: Berapa Lama Skincare Bekerja? Ini Timeline yang Perlu Genhype Ketahui
Perkembangan industri skincare lokal tidak terlepas dari peran jasa maklon, proses produksi atau manufaktur sebuah produk yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau individu, untuk memenuhi kebutuhan pemesan. Konsep maklon atau manufaktur oleh pihak ketiga hadir sebagai alternatif solutif, untuk memulai bisnis di industri kosmetika secara lebih mudah dan efisien.
Maklon bisa menjadi solusi bagi seseorang yang tertarik untuk memulai bisnis skincare dengan pengetahuan dan sumber daya terbatas, agar tetap bisa menjalankan usahanya dengan bantuan dari perusahaan penyedia jasa maklon. Layanan maklon umumnya akan membantu brand mulai dari meracik produk, desain kemasan, mengurus legalitas dan proses produksi, hingga pemeriksaan mutu dan distribusi produk.
Salah satu jasa maklon kosmetik besar di Indonesia yakni MPM Beauty. Telah beroperasi lebih dari 15 tahun, MPM Beauty yang berada di naungan PT Multi Prestasi Mas melayani produksi skincare, kosmetik, body care, parfum, hingga kosmetik dekoratif. Hingga saat ini, MPM Beauty telah menangani ratusan brand skincare dan kosmetik serta klinik kecantikan di Indonesia.
Head of Digital Marketing PT Multi Prestasi Mas Ira Mufaza mengatakan tren bisnis maklon skincare di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri kosmetik dan skincare di Tanah Air. Dia mengungkapkan beberapa produk seperti day cream, night cream, dan facial wash menjadi yang paling diminati di MPM Beauty.
"Formulasi dengan bahan alami seperti ekstrak lidah buaya, vitamin C, dan hyaluronic acid sangat diminati karena manfaatnya dalam melembapkan dan mencerahkan kulit," katanya kepada Hypeabis.id.
Sebagian besar produk yang dipesan merupakan hasil kustomisasi sesuai permintaan klien. MPM Beauty berdiskusi dengan klien untuk membuat konsep produk yang sesuai dengan kebutuhan dan target pasar para brand. Pendekatan ini memungkinkan klien memiliki produk unik yang membedakan dengan brand-brand lainnya di pasaran.
Brand maklon lain yang juga terbilang besar di Indonesia ialah Kosmesia yang berada di bawah naungan PT Kosmetika Global Indonesia. Maklon yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur ini telah melayani lebih dari 275 brand kosmetika serta memproduksi 1400 lebih varian produk sejak berdiri pada 2018. Beberapa brand yang menjadi kliennya seperti MS Glow, RANS Beauty, dan Skintheory.
Agung Anggara selaku General Manager PT Kosmetika Global Indonesia sepakat tren bisnis maklon di Indonesia cukup menunjukkan tren yang signifikan. Dia menguraikan beberapa varian produk kosmetika yang saat ini cukup diminati klien yakni paket skincare, rangkaian variant body care, dan produk bibir (lip product), di mana masing-masing produk memiliki bahan dan keunikan tersendiri.
Adapun, formulasi kandungan yang diminati cukup beragam, antara lain niacinamide, retinol, hyaluronic acid, vitamin C, ceramide, centella asiatica, dan AHA/BHA.
"Selain itu Kosmesia juga ikut memperkenalkan salah satu tren di industri kecantikan, yaitu cyro teknologi, tren baru di dunia kecantikan yang disebut juga sebagai “cold therapy”, karena mengandung ingredient dengan efek dingin dan segar saat diaplikasikan pada kulit," jelasnya.
Agung menuturkan bahwa kebanyakan klien di Kosmesia memesan formula secara kustom, lantaran ingin membuat produk sesuai yang disukai atau yang sedang laris di pasaran. Dalam prosesnya, tim Kosmesia akan melakukan brainstroming terlebih dahulu dengan customer untuk menciptakan produk kecantikan sesuai dengan keinginan dan memiliki keunikan tersendiri.
"Konsep maklon dari Kosmesia adalah One Stop Service, dimana dalam satu atap, pelanggan bisa langsung menjadi beautypreneur. Kosmesia menyediakan layanan lengkap, mulai dari konsep, desain, formulasi, pengurusan hukum atas kekayaan intelektual (HAKI), BPOM serta distribusi ke pelanggan," jelas dia.
Riset dan Pembuatan Produk Skincare
Dalam menciptakan produk skincare yang aman dan sesuai standar BPOM, Kosmesia menyediakan tim riset dan pengembangan (R&D) dalam mengembangkan sebuah produk dengan prinsip halal serta tersertifikasi dari BPOM.
Tim formulator akan membuat racikan formula produk dan akan membuat sample dengan bahan-bahan kosmetik yang akan disediakan oleh tim purchasing dari penyedia raw matterial yang aman dan terpercaya.
Sebagai manufaktur skincare halal, Kosmesia memproduksi skincare dari bahan-bahan yang diperbolehkan menurut prinsip Islam. Artinya, produk tidak boleh mengandung bahan-bahan yang berasal dari darah, babi, bagian tubuh manusia, hewan predator, reptil, serangga, dan alkohol, karena dianggap “non-halal”.
Untuk menjaga komitmen sebagai manufaktur skincare halal, Kosmesia juga telah mengantongi ketetapan halal dari MUI yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemeriksa Halal PPOM MUI dan Keputusan Komisi Fatwa MUI. Langkah halal yang dilakukan oleh juga didukung adanya sertifikat halal sebagai standar untuk produk konsumen Muslim.
Adanya logo Halal pada kemasan berfungsi untuk membuka banyak pintu pasar di antara konsumen Muslim dengan mudah sekaligus memiliki kecenderungan lebih percaya pada produk yang telah tersertifikasi.
"Kami berpegang teguh pada kepatuhan hukum terhadap produk yang sesuai dengan BPOM. Dimana setiap produk harus melewati serangkaian tes dan uji bahan yang aman digunakan sebagai kosmetik, sehingga aman untuk diedarkan. Berkaitan dengan hal tersebut, kami juga menjembatani calon beautypreneur untuk mendaftarkan produknya di BPOM," urai Agung.
Begitu pun dengan di MPM Beauty. Faza memaparkan dalam pembuatan produk untuk brand, MPM Beauty menjalankan proses riset dan pengembangan produk yang dimulai dari berdiskusi dengan klien untuk menentukan konsep dan target produk (konsep produk), lalu pengembangan formulasi sesuai konsep dan memastikan penggunaan bahan yang aman dan efektif oleh tim research & developmen (R&D).
Selanjutnya, klien akan mencoba sampel produk untuk memberikan masukan (uji panel). Setelah disetujui, produk diproduksi sesuai standar Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), lalu MPM Beauty membantu proses pendaftaran produk ke BPOM dan memperoleh sertifikasi halal dari MUI (registrasi BPOM dan sertifikasi halal).
Model Bisnis Maklon
Di MPM Beauty, ada beberapa model bisnis atau sistem kerja sama maklon yang ditawarkan yakni mulai dari diskusi untuk memahami kebutuhan dan konsep produk klien (konsultasi awal), lalu tim R&D mengembangkan formulasi sesuai permintaan klien (pengembangan produk).
Baca juga: Waspadai Klaim Berlebihan, Cek Kiat Menghindari Overclaim Skincare yang Meresahkan Konsumen
Selanjutnya, produk diproduksi dalam jumlah yang disepakati (produksi), MPM Beauty membantu proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal (registrasi dan sertifikasi), serta produk dikemas sesuai desain klien dan dikirimkan ke lokasi yang ditentukan (pengemasan & pengiriman).
Tak jauh berbeda, di Kosmesia, model bisnisnya juga dimulai dari konsultasi terkait permintaan sampel produk kosmetik yang diinginkan. Setelah itu, tim akan membantu membuatkan sampel termasuk formulasinya sesuai dengan permintaan dari customer.
Secara paralel, customer bisa mendaftarkan mereknya ke HKI dengan bantuan tim Kosmesia. Setelah disetujui, produk akan masuk ke tahapan pendaftaran BPOM kurang lebih selama 2 sampai dengan 3 bulan.
Sambil menunggu persetujuan BPOM tersebut, bisa dilakukan proses kemasan mulai dari desain, proofing, hingga produksi kemasan. Setelah tahapan BPOM selesai, proses produksi pun siap dijalankan hingga akhirnya produk siap dikirim ke customer.
Agung mengatakan layanan maklon memiliki beberapa keuntungan, utamanya memudahkan keinginan pelanggan sebagai pebisnis kosmetik dengan dukungan infrastruktur yang lengkap. Dia memaparkan dengan 3 pabrik yang dimiliki Kosmesia saat ini yakni di Cikarang, Surabaya, dan Malang, pihaknya mampu memproduksi lebih dari 24,5 juta pcs per bulan.
Selain itu, Kosmesia juga menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi Internet of Things (IoT). Dengan menerapkan teknologi IoT, perangkat fisik di pabrik dihubungkan ke internet sehingga dapat dioperasikan tanpa perlu campur tangan manusia, karena perasional pabrik bisa dikontrol dari manapun melalui perangkat lunak dari teknologi tersebut, sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan.
Adapun, beberapa keuntungan maklon lainnya termasuk penyediaan tenaga ahli dalam bidang kosmetika, layanan konsultasi untuk brand memulai bisnis dari nol, layanan branding, proses perizinan yang efektif dan murah, layanan perizinan halal, hingga memberikan kelas marketing kepada klien setiap bulan untuk mengembangkan brand dan meningkatkan penjualan.
Begitu pun di MPM Beauty. Dengan menggunakan jasa maklon, klien bisa mendapatkan beberapa keuntungan seperti tidak perlu investasi besar untuk fasilitas produksi (efisiensi biaya), akses ke tim R&D berpengalaman dalam formulasi produk (keahlian profesional), serta bantuan dalam proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal (kepatuhan regulasi).
Termasuk, pengusaha dapat lebih fokus pada strategi pemasaran dan penjualan (fokus pada pemasaran), dan kemampuan untuk mengembangkan produk sesuai tren pasar tanpa harus memikirkan proses produksi (fleksibilitas produk).
Tantangan Bisnis Maklon
Meski potensinya besar, bisnis maklon tak lepas dari sejumlah tantangan. Faza mengatakan beberapa tantangan yang kini dihadapi pihaknya diantaranya ketatnya persaingan yakni banyaknya perusahaan maklon menuntut inovasi dan kualitas tinggi.
Selain itu, saat ini regulasi juga kian ketat yakni harus memenuhi standar BPOM dan sertifikasi halal, yang memerlukan proses detail. Termasuk, kepuasan klien yakni menjaga komunikasi dan memenuhi ekspektasi klien menjadi hal yang sangat penting.
Dalam menghadapi sejumlah tantangan tersebut, MPM Beauty pun melakukan beberapa strategi yakni terus mengembangkan formulasi produk baru sesuai tren pasar dan memiliki tim khusus yang menangani proses registrasi dan sertifikasi. "Kami juga membangun hubungan baik dengan klien melalui komunikasi yang efektif dan transparan," katanya.
Tak ketinggalan, MPM Beauty juga bekerja sama dengan klien untuk memastikan desain kemasan unik dan sulit ditiru. Selain itu, mereka membantu proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal, sehingga produk memiliki legalitas yang jelas. "Edukasi kepada konsumen tentang ciri-ciri produk asli juga dilakukan untuk mencegah peredaran produk palsu," imbuh Faza.
Hampir senada, Agung menuturkan tantangan yang dihadapi oleh bisnis maklon saat ini adalah semakin kompetitifnya persaingan di industri. Menurutnya, setiap perusahaan semakin berlomba menampilkan kreasi dan inovasi terbaik.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, papar Agung, Kosmesia cukup rajin mengikuti berbagai pameran kecantikan di dalam maupun luar negeri, termasuk mengirimkan tim ke berbagai kesempatan ekshibisi. Termasuk, terus mengembangkan fasilitas dan SDM yang berkualitas.
"Tantangan lainya tentu adalah adanya pelaku industri maklon kosmetik yang masih menggunakan bahan-bahan berbahaya yang dilarang oleh pemerintah, dalam hal ini BPOM seperti merkuri, hidroquionon, sehingga membuat masyarakat menjadi korban. Untuk itulah Kosmesia terus mengedukasi pelanggan melalui media sosial seputar maklon yang baik," jelasnya.
Sementara itu, untuk mencegah produk tiruan, Kosmesia menerapkan barcode khusus pada setiap produknya. Salah satunya barcode khusus untuk produk MS Glow. Dengan begitu, barcode di setiap kemasan tersebut akan bisa dilacak riwayat produksinya, batch berapa dan informasi lainnya, sehingga sulit untuk ditiru.
Menurut Agung, peluang bisnis maklon ke depan sangat menjanjikan. Optimisme ini didasari oleh kebutuhan kosmetika yang kini menurutnya telah menjadi kebutuhan primer untuk semua kalangan mulai dari perempuan dan laki-laki dari segala usia.
Selain itu, perkembangan industri kecantikan juga terus berkembang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dia menilai potensi pasar dalam negeri cukup besar dengan meningkatnya jumlah populasi usia produktif sebagai pengguna produk kecantikan.
"Tumbuh suburnya produk kosmetik lokal bersertifikasi halal juga dapat terus didorong penetrasinya ke negara yang potensial dengan produk kosmetik halal seperti berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika," katanya.
Dia menambahkan, selain di pasar dalam negeri, Kosmesia juga telah menangkap peluang dengan menjajaki kerja sama distribusi di Nigeria sebagai hub perdagangan di kawasan Afrika Bagian Utara. Termasuk, menjajaki pasar Timur Tengah dengan mengikuti Halal Expo yang baru saja diadakan di Saudi Arabia. "Tentunya peluang ini yang terus dimaksimalkan oleh Kosmesia," katanya.
Sepakat, Faza menuturkan peluang bisnis maklon di Indonesia masih sangat menjanjikan. Pertumbuhan industri kosmetik dan skincare yang pesat, didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan perawatan diri, membuka peluang bagi pengusaha untuk menciptakan merek mereka sendiri tanpa harus berinvestasi besar dalam fasilitas produksi.
Baca juga: Hypereport: Kenali Ciri-ciri Produk Skincare Overclaim & Cara Cek Keasliannya
Editor: Puput Ady Sukarno
Industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor. Secara kumulatif, untuk periode Januari--November 2023, nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai US$770,8 juta.
Sementara itu, data dari Sistem Informasi Industri Nasional (2022) menyebut industri kosmetik tercatat mampu menyerap tenaga kerja sebesar 59.886 orang. Hasil analisis lainnya oleh Statista menyatakan bahwa segmen pasar terbesar industri kosmetik nasional adalah segmen perawatan, termasuk perawatan kulit (skincare) dan personal care, dengan volume pasar mencapai US$3,16 miliar pada 2022.
Baca juga: Berapa Lama Skincare Bekerja? Ini Timeline yang Perlu Genhype Ketahui
Perkembangan industri skincare lokal tidak terlepas dari peran jasa maklon, proses produksi atau manufaktur sebuah produk yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau individu, untuk memenuhi kebutuhan pemesan. Konsep maklon atau manufaktur oleh pihak ketiga hadir sebagai alternatif solutif, untuk memulai bisnis di industri kosmetika secara lebih mudah dan efisien.
Maklon bisa menjadi solusi bagi seseorang yang tertarik untuk memulai bisnis skincare dengan pengetahuan dan sumber daya terbatas, agar tetap bisa menjalankan usahanya dengan bantuan dari perusahaan penyedia jasa maklon. Layanan maklon umumnya akan membantu brand mulai dari meracik produk, desain kemasan, mengurus legalitas dan proses produksi, hingga pemeriksaan mutu dan distribusi produk.
Salah satu jasa maklon kosmetik besar di Indonesia yakni MPM Beauty. Telah beroperasi lebih dari 15 tahun, MPM Beauty yang berada di naungan PT Multi Prestasi Mas melayani produksi skincare, kosmetik, body care, parfum, hingga kosmetik dekoratif. Hingga saat ini, MPM Beauty telah menangani ratusan brand skincare dan kosmetik serta klinik kecantikan di Indonesia.
Head of Digital Marketing PT Multi Prestasi Mas Ira Mufaza mengatakan tren bisnis maklon skincare di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri kosmetik dan skincare di Tanah Air. Dia mengungkapkan beberapa produk seperti day cream, night cream, dan facial wash menjadi yang paling diminati di MPM Beauty.
"Formulasi dengan bahan alami seperti ekstrak lidah buaya, vitamin C, dan hyaluronic acid sangat diminati karena manfaatnya dalam melembapkan dan mencerahkan kulit," katanya kepada Hypeabis.id.
Sebagian besar produk yang dipesan merupakan hasil kustomisasi sesuai permintaan klien. MPM Beauty berdiskusi dengan klien untuk membuat konsep produk yang sesuai dengan kebutuhan dan target pasar para brand. Pendekatan ini memungkinkan klien memiliki produk unik yang membedakan dengan brand-brand lainnya di pasaran.
Ilustrasi produk skincare. (Sumber gambar: Kosmesia)
Agung Anggara selaku General Manager PT Kosmetika Global Indonesia sepakat tren bisnis maklon di Indonesia cukup menunjukkan tren yang signifikan. Dia menguraikan beberapa varian produk kosmetika yang saat ini cukup diminati klien yakni paket skincare, rangkaian variant body care, dan produk bibir (lip product), di mana masing-masing produk memiliki bahan dan keunikan tersendiri.
Adapun, formulasi kandungan yang diminati cukup beragam, antara lain niacinamide, retinol, hyaluronic acid, vitamin C, ceramide, centella asiatica, dan AHA/BHA.
"Selain itu Kosmesia juga ikut memperkenalkan salah satu tren di industri kecantikan, yaitu cyro teknologi, tren baru di dunia kecantikan yang disebut juga sebagai “cold therapy”, karena mengandung ingredient dengan efek dingin dan segar saat diaplikasikan pada kulit," jelasnya.
Agung menuturkan bahwa kebanyakan klien di Kosmesia memesan formula secara kustom, lantaran ingin membuat produk sesuai yang disukai atau yang sedang laris di pasaran. Dalam prosesnya, tim Kosmesia akan melakukan brainstroming terlebih dahulu dengan customer untuk menciptakan produk kecantikan sesuai dengan keinginan dan memiliki keunikan tersendiri.
"Konsep maklon dari Kosmesia adalah One Stop Service, dimana dalam satu atap, pelanggan bisa langsung menjadi beautypreneur. Kosmesia menyediakan layanan lengkap, mulai dari konsep, desain, formulasi, pengurusan hukum atas kekayaan intelektual (HAKI), BPOM serta distribusi ke pelanggan," jelas dia.
Laboratorium riset dan pengembangan produk dari Kosmesia. (Sumber gambar: Kosmesia)
Dalam menciptakan produk skincare yang aman dan sesuai standar BPOM, Kosmesia menyediakan tim riset dan pengembangan (R&D) dalam mengembangkan sebuah produk dengan prinsip halal serta tersertifikasi dari BPOM.
Tim formulator akan membuat racikan formula produk dan akan membuat sample dengan bahan-bahan kosmetik yang akan disediakan oleh tim purchasing dari penyedia raw matterial yang aman dan terpercaya.
Sebagai manufaktur skincare halal, Kosmesia memproduksi skincare dari bahan-bahan yang diperbolehkan menurut prinsip Islam. Artinya, produk tidak boleh mengandung bahan-bahan yang berasal dari darah, babi, bagian tubuh manusia, hewan predator, reptil, serangga, dan alkohol, karena dianggap “non-halal”.
Untuk menjaga komitmen sebagai manufaktur skincare halal, Kosmesia juga telah mengantongi ketetapan halal dari MUI yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemeriksa Halal PPOM MUI dan Keputusan Komisi Fatwa MUI. Langkah halal yang dilakukan oleh juga didukung adanya sertifikat halal sebagai standar untuk produk konsumen Muslim.
Adanya logo Halal pada kemasan berfungsi untuk membuka banyak pintu pasar di antara konsumen Muslim dengan mudah sekaligus memiliki kecenderungan lebih percaya pada produk yang telah tersertifikasi.
"Kami berpegang teguh pada kepatuhan hukum terhadap produk yang sesuai dengan BPOM. Dimana setiap produk harus melewati serangkaian tes dan uji bahan yang aman digunakan sebagai kosmetik, sehingga aman untuk diedarkan. Berkaitan dengan hal tersebut, kami juga menjembatani calon beautypreneur untuk mendaftarkan produknya di BPOM," urai Agung.
Begitu pun dengan di MPM Beauty. Faza memaparkan dalam pembuatan produk untuk brand, MPM Beauty menjalankan proses riset dan pengembangan produk yang dimulai dari berdiskusi dengan klien untuk menentukan konsep dan target produk (konsep produk), lalu pengembangan formulasi sesuai konsep dan memastikan penggunaan bahan yang aman dan efektif oleh tim research & developmen (R&D).
Selanjutnya, klien akan mencoba sampel produk untuk memberikan masukan (uji panel). Setelah disetujui, produk diproduksi sesuai standar Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), lalu MPM Beauty membantu proses pendaftaran produk ke BPOM dan memperoleh sertifikasi halal dari MUI (registrasi BPOM dan sertifikasi halal).
Proses produksi produk skincare dari Kosmesia. (Sumber gambar: Kosmesia)
Model Bisnis Maklon
Di MPM Beauty, ada beberapa model bisnis atau sistem kerja sama maklon yang ditawarkan yakni mulai dari diskusi untuk memahami kebutuhan dan konsep produk klien (konsultasi awal), lalu tim R&D mengembangkan formulasi sesuai permintaan klien (pengembangan produk).
Baca juga: Waspadai Klaim Berlebihan, Cek Kiat Menghindari Overclaim Skincare yang Meresahkan Konsumen
Selanjutnya, produk diproduksi dalam jumlah yang disepakati (produksi), MPM Beauty membantu proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal (registrasi dan sertifikasi), serta produk dikemas sesuai desain klien dan dikirimkan ke lokasi yang ditentukan (pengemasan & pengiriman).
Tak jauh berbeda, di Kosmesia, model bisnisnya juga dimulai dari konsultasi terkait permintaan sampel produk kosmetik yang diinginkan. Setelah itu, tim akan membantu membuatkan sampel termasuk formulasinya sesuai dengan permintaan dari customer.
Secara paralel, customer bisa mendaftarkan mereknya ke HKI dengan bantuan tim Kosmesia. Setelah disetujui, produk akan masuk ke tahapan pendaftaran BPOM kurang lebih selama 2 sampai dengan 3 bulan.
Sambil menunggu persetujuan BPOM tersebut, bisa dilakukan proses kemasan mulai dari desain, proofing, hingga produksi kemasan. Setelah tahapan BPOM selesai, proses produksi pun siap dijalankan hingga akhirnya produk siap dikirim ke customer.
Agung mengatakan layanan maklon memiliki beberapa keuntungan, utamanya memudahkan keinginan pelanggan sebagai pebisnis kosmetik dengan dukungan infrastruktur yang lengkap. Dia memaparkan dengan 3 pabrik yang dimiliki Kosmesia saat ini yakni di Cikarang, Surabaya, dan Malang, pihaknya mampu memproduksi lebih dari 24,5 juta pcs per bulan.
Selain itu, Kosmesia juga menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi Internet of Things (IoT). Dengan menerapkan teknologi IoT, perangkat fisik di pabrik dihubungkan ke internet sehingga dapat dioperasikan tanpa perlu campur tangan manusia, karena perasional pabrik bisa dikontrol dari manapun melalui perangkat lunak dari teknologi tersebut, sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan.
Adapun, beberapa keuntungan maklon lainnya termasuk penyediaan tenaga ahli dalam bidang kosmetika, layanan konsultasi untuk brand memulai bisnis dari nol, layanan branding, proses perizinan yang efektif dan murah, layanan perizinan halal, hingga memberikan kelas marketing kepada klien setiap bulan untuk mengembangkan brand dan meningkatkan penjualan.
Begitu pun di MPM Beauty. Dengan menggunakan jasa maklon, klien bisa mendapatkan beberapa keuntungan seperti tidak perlu investasi besar untuk fasilitas produksi (efisiensi biaya), akses ke tim R&D berpengalaman dalam formulasi produk (keahlian profesional), serta bantuan dalam proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal (kepatuhan regulasi).
Termasuk, pengusaha dapat lebih fokus pada strategi pemasaran dan penjualan (fokus pada pemasaran), dan kemampuan untuk mengembangkan produk sesuai tren pasar tanpa harus memikirkan proses produksi (fleksibilitas produk).
Tantangan Bisnis Maklon
Meski potensinya besar, bisnis maklon tak lepas dari sejumlah tantangan. Faza mengatakan beberapa tantangan yang kini dihadapi pihaknya diantaranya ketatnya persaingan yakni banyaknya perusahaan maklon menuntut inovasi dan kualitas tinggi.
Selain itu, saat ini regulasi juga kian ketat yakni harus memenuhi standar BPOM dan sertifikasi halal, yang memerlukan proses detail. Termasuk, kepuasan klien yakni menjaga komunikasi dan memenuhi ekspektasi klien menjadi hal yang sangat penting.
Dalam menghadapi sejumlah tantangan tersebut, MPM Beauty pun melakukan beberapa strategi yakni terus mengembangkan formulasi produk baru sesuai tren pasar dan memiliki tim khusus yang menangani proses registrasi dan sertifikasi. "Kami juga membangun hubungan baik dengan klien melalui komunikasi yang efektif dan transparan," katanya.
Tak ketinggalan, MPM Beauty juga bekerja sama dengan klien untuk memastikan desain kemasan unik dan sulit ditiru. Selain itu, mereka membantu proses registrasi BPOM dan sertifikasi halal, sehingga produk memiliki legalitas yang jelas. "Edukasi kepada konsumen tentang ciri-ciri produk asli juga dilakukan untuk mencegah peredaran produk palsu," imbuh Faza.
Hampir senada, Agung menuturkan tantangan yang dihadapi oleh bisnis maklon saat ini adalah semakin kompetitifnya persaingan di industri. Menurutnya, setiap perusahaan semakin berlomba menampilkan kreasi dan inovasi terbaik.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, papar Agung, Kosmesia cukup rajin mengikuti berbagai pameran kecantikan di dalam maupun luar negeri, termasuk mengirimkan tim ke berbagai kesempatan ekshibisi. Termasuk, terus mengembangkan fasilitas dan SDM yang berkualitas.
"Tantangan lainya tentu adalah adanya pelaku industri maklon kosmetik yang masih menggunakan bahan-bahan berbahaya yang dilarang oleh pemerintah, dalam hal ini BPOM seperti merkuri, hidroquionon, sehingga membuat masyarakat menjadi korban. Untuk itulah Kosmesia terus mengedukasi pelanggan melalui media sosial seputar maklon yang baik," jelasnya.
Sementara itu, untuk mencegah produk tiruan, Kosmesia menerapkan barcode khusus pada setiap produknya. Salah satunya barcode khusus untuk produk MS Glow. Dengan begitu, barcode di setiap kemasan tersebut akan bisa dilacak riwayat produksinya, batch berapa dan informasi lainnya, sehingga sulit untuk ditiru.
Menurut Agung, peluang bisnis maklon ke depan sangat menjanjikan. Optimisme ini didasari oleh kebutuhan kosmetika yang kini menurutnya telah menjadi kebutuhan primer untuk semua kalangan mulai dari perempuan dan laki-laki dari segala usia.
Selain itu, perkembangan industri kecantikan juga terus berkembang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dia menilai potensi pasar dalam negeri cukup besar dengan meningkatnya jumlah populasi usia produktif sebagai pengguna produk kecantikan.
"Tumbuh suburnya produk kosmetik lokal bersertifikasi halal juga dapat terus didorong penetrasinya ke negara yang potensial dengan produk kosmetik halal seperti berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika," katanya.
Dia menambahkan, selain di pasar dalam negeri, Kosmesia juga telah menangkap peluang dengan menjajaki kerja sama distribusi di Nigeria sebagai hub perdagangan di kawasan Afrika Bagian Utara. Termasuk, menjajaki pasar Timur Tengah dengan mengikuti Halal Expo yang baru saja diadakan di Saudi Arabia. "Tentunya peluang ini yang terus dimaksimalkan oleh Kosmesia," katanya.
Sepakat, Faza menuturkan peluang bisnis maklon di Indonesia masih sangat menjanjikan. Pertumbuhan industri kosmetik dan skincare yang pesat, didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan perawatan diri, membuka peluang bagi pengusaha untuk menciptakan merek mereka sendiri tanpa harus berinvestasi besar dalam fasilitas produksi.
Baca juga: Hypereport: Kenali Ciri-ciri Produk Skincare Overclaim & Cara Cek Keasliannya
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.