Waspadai Klaim Berlebihan, Cek Kiat Menghindari Overclaim Skincare yang Meresahkan Konsumen
04 October 2024 |
14:00 WIB
Maraknya klaim berlebihan terkait khasiat produk skincare di Indonesia semakin meresahkan, terutama di platform media sosial. Sejumlah produk kecantikan menawarkan janji-janji yang tak sesuai kenyataan, mulai dari efek instan hingga hasil yang sulit diverifikasi.
Hal ini membuat konsumen, khususnya kaum muda, rentan tertipu dan mengeluarkan biaya tinggi tanpa mendapatkan manfaat yang sesuai. Di tengah gempuran pemasaran yang sering kali tidak transparan, para ahli dan komunitas mulai mengingatkan pentingnya kesadaran dan pengetahuan kritis dalam memilih produk perawatan kulit.
Baca juga: Di Balik Cerahnya Bisnis Skincare Lokal, Harga Terjangkau Saja Tidak Cukup
Presiden Direktur Athena Group David Lee Thompson (DLT) turut menyampaikan keresahanya terkait oknum yang melebih-lebihkan kandungan dalam sebuah produk kecantikan.
“Saya tidak tahan melihat konsumen di Indonesia tertipu oleh produk-produk yang overclaim dan overprice. Banyak dari mereka yang tidak sadar mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk suatu produk, tapi tidak mendapatkan manfaat yang sesuai dengan yang mereka bayar,” ujar David.
Apalagi tren overclaim ini seringkali ditambahkan dengan teknik pemasaran yang tidak etis. Mulai dari memberikan benefit belanja dengan hadiah bernilai fantastis, menggunakan jasa fake order agar produknya terlihat laris, hingga penggunaan buzzer yang membuat konsumen kesulitan mengidentifikasi review asli atau merupakan rekayasa marketing.
David, yang memiliki pengalaman lebih dari 6 tahun di industri kecantikan dan telah mendirikan pabrik kosmetik, menyatakan bahwa ia memahami betul komposisi bahan dalam produk kecantikan. Ia menyoroti bahwa biaya produksi dengan bahan berkualitas sebenarnya tidak setinggi harga jual beberapa produk yang beredar di pasaran saat ini. Hal ini ia tekankan dari sudut pandang produsen, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara kualitas dan harga produk kecantikan.
Menurut David, yang paling penting dalam pembuatan produk kecantikan adalah pemilihan bahan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kulit konsumen Indonesia, serta mengikuti prosedur dan regulasi yang berlaku. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi industri kecantikan saat ini, terutama karena seringnya ditemui klaim berlebihan sebagai strategi pemasaran yang tidak sehat.
“Saya sangat khawatir, jika kasus overclaim ini dinormalisasi konsumen akan sulit percaya terhadap produk-produk beauty," ungkapnya.
Apabila ini berlangsung lama, bukan tidak mungkin jika konsumen ‘kapok’ dan tidak lagi menggunakan produk kecantikan buatan lokal yang berujung pada penurunan minat terhadap industri yang sedang berkembang saat ini.
Untuk itu, David dan timnya berupaya memberikan kiat bagi konsumen Indonesia agar dapat terhindar dari brand-brand kecantikan yang melakukan overclaim dan teknik marketing tidak sehat. Simak informasinya berikut ini:
Mudahnya penjualan produk kecantikan di kanal e-commerce dan social commerce mendorong pertumbuhan brand-brand besar maupun kecil secara masif. Menurut risetnya, sebagian besar brand melakukan strategi marketing overclaim untuk menarik minat pasar. Seringkali brand-brand tersebut tidak melalui prosedur yang tepat, sehingga tidak teruji secara klinis.
Sebagai konsumen, Genhype berhak mendapatkan produk yang transparan dan benar-benar memberikan manfaat sesuai dengan klaimnya.
Saat ini mudah ditemui berbagai produk kecantikan yang kerap kali mematok harga tinggi di pasar, tapi secara rutin memberikan potongan harga di atas 40 persen atau gimmick giveaway seperti emas atau produk-produk premium secara rutin. Hal ini menimbulkan indikasi bahwa tingginya harga produk bukan merupakan biaya produksi produk kecantikan tersebut.
Teliti terhadap rekomendasi orang-orang tertentu, seperti influencer dan brand ambassador. Menurut David, saat ini banyak sekali oknum yang hanya mementingkan benefit komersial yang ditawarkan oleh brand, tanpa memperhatikan kualitas produk sesungguhnya.
David juga mengingatkan para konsumen untuk teliti sebelum membeli. Dia percaya bahwa produk skincare, body care atau kosmetik yang bagus tidak harus mahal.
“Selalu cek review produk dan reputasi brand saat membeli. Ayo kita bangun iklim bisnis kecantikan yang sehat dan berkesinambungan,” tutupnya.
Baca juga: Produk Klaim Kosmetik Diminta Tidak Menyesatkan Konsumen
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Hal ini membuat konsumen, khususnya kaum muda, rentan tertipu dan mengeluarkan biaya tinggi tanpa mendapatkan manfaat yang sesuai. Di tengah gempuran pemasaran yang sering kali tidak transparan, para ahli dan komunitas mulai mengingatkan pentingnya kesadaran dan pengetahuan kritis dalam memilih produk perawatan kulit.
Baca juga: Di Balik Cerahnya Bisnis Skincare Lokal, Harga Terjangkau Saja Tidak Cukup
Presiden Direktur Athena Group David Lee Thompson (DLT) turut menyampaikan keresahanya terkait oknum yang melebih-lebihkan kandungan dalam sebuah produk kecantikan.
“Saya tidak tahan melihat konsumen di Indonesia tertipu oleh produk-produk yang overclaim dan overprice. Banyak dari mereka yang tidak sadar mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk suatu produk, tapi tidak mendapatkan manfaat yang sesuai dengan yang mereka bayar,” ujar David.
Apalagi tren overclaim ini seringkali ditambahkan dengan teknik pemasaran yang tidak etis. Mulai dari memberikan benefit belanja dengan hadiah bernilai fantastis, menggunakan jasa fake order agar produknya terlihat laris, hingga penggunaan buzzer yang membuat konsumen kesulitan mengidentifikasi review asli atau merupakan rekayasa marketing.
David, yang memiliki pengalaman lebih dari 6 tahun di industri kecantikan dan telah mendirikan pabrik kosmetik, menyatakan bahwa ia memahami betul komposisi bahan dalam produk kecantikan. Ia menyoroti bahwa biaya produksi dengan bahan berkualitas sebenarnya tidak setinggi harga jual beberapa produk yang beredar di pasaran saat ini. Hal ini ia tekankan dari sudut pandang produsen, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara kualitas dan harga produk kecantikan.
Menurut David, yang paling penting dalam pembuatan produk kecantikan adalah pemilihan bahan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kulit konsumen Indonesia, serta mengikuti prosedur dan regulasi yang berlaku. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi industri kecantikan saat ini, terutama karena seringnya ditemui klaim berlebihan sebagai strategi pemasaran yang tidak sehat.
“Saya sangat khawatir, jika kasus overclaim ini dinormalisasi konsumen akan sulit percaya terhadap produk-produk beauty," ungkapnya.
Apabila ini berlangsung lama, bukan tidak mungkin jika konsumen ‘kapok’ dan tidak lagi menggunakan produk kecantikan buatan lokal yang berujung pada penurunan minat terhadap industri yang sedang berkembang saat ini.
Untuk itu, David dan timnya berupaya memberikan kiat bagi konsumen Indonesia agar dapat terhindar dari brand-brand kecantikan yang melakukan overclaim dan teknik marketing tidak sehat. Simak informasinya berikut ini:
1. Pastikan Klaim Teruji Secara Klinis
Mudahnya penjualan produk kecantikan di kanal e-commerce dan social commerce mendorong pertumbuhan brand-brand besar maupun kecil secara masif. Menurut risetnya, sebagian besar brand melakukan strategi marketing overclaim untuk menarik minat pasar. Seringkali brand-brand tersebut tidak melalui prosedur yang tepat, sehingga tidak teruji secara klinis.Sebagai konsumen, Genhype berhak mendapatkan produk yang transparan dan benar-benar memberikan manfaat sesuai dengan klaimnya.
2. Hindari Produk dengan Gimmick Berlebihan
Saat ini mudah ditemui berbagai produk kecantikan yang kerap kali mematok harga tinggi di pasar, tapi secara rutin memberikan potongan harga di atas 40 persen atau gimmick giveaway seperti emas atau produk-produk premium secara rutin. Hal ini menimbulkan indikasi bahwa tingginya harga produk bukan merupakan biaya produksi produk kecantikan tersebut.
3. Teliti Konten Review
Teliti terhadap rekomendasi orang-orang tertentu, seperti influencer dan brand ambassador. Menurut David, saat ini banyak sekali oknum yang hanya mementingkan benefit komersial yang ditawarkan oleh brand, tanpa memperhatikan kualitas produk sesungguhnya.David juga mengingatkan para konsumen untuk teliti sebelum membeli. Dia percaya bahwa produk skincare, body care atau kosmetik yang bagus tidak harus mahal.
“Selalu cek review produk dan reputasi brand saat membeli. Ayo kita bangun iklim bisnis kecantikan yang sehat dan berkesinambungan,” tutupnya.
Baca juga: Produk Klaim Kosmetik Diminta Tidak Menyesatkan Konsumen
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.