Review Film My Annoying Brother, Melawan Keterpurukan dengan Support System
29 October 2024 |
16:39 WIB
Ketika karakter Kemal (Angga Yunanda) dan Jaya (Vino G Bastian) berkaraoke bersama menyanyikan lagu "Ruang Baru" milik Barsena Bestandhi, film My Annoying Brother hadir menawarkan kisah drama keluarga yang tidak biasa. Meski dibalut dengan komedi, film ini membawa satu isu penting tentang support system.
Kemal dan Jaya adalah dua karakter yang putus asa dengan berbagai permasalahannya. Kakak beradik ini selalu berusaha memunggungi masa lalu. Keduanya dihinggapi trauma dan ketakutan. Namun, pelan-pelan, mereka berani membalikkan badan dan menghadapi masalah.
Lagu "Ruang Baru" pun seolah jadi jembatan yang apik, saat keduanya mulai memasuki masa depan yang berbeda. Lagu yang sebenarnya cukup melow itu, memberi pembacaan menarik tentang bagaimana masa depan kadang tak selalu dimunculkan ke dalam sesuatu yang heroik dan penuh gemerlap.
Baca juga: Ini Kata Aktris Asal Korea Selatan Park Shin-hye tentang My Annoying Brother Versi Indonesia
Sebagai sebuah film remake, My Annoying Brother memang telah punya fondasi solid. Namun, alih-alih menyajikannya secara apa adanya, Dinna Jasanti selaku sutradara film ini mencoba menawarkan pembawaan berbeda dan lebih melokal.
Naskahnya yang ditangani Deliesza Tamara, Tumpal Tampubolon, dan Sheila Timothy, memberikan sentuhan tangga dramatik yang segar. Keputusan untuk menambah porsi cerita pada karakter Fauzan (Kristo Immanuel) dan Amanda (Caitlin Halderman) juga membuat film ini punya dimensi berbeda dibanding versi aslinya.
Kemunculan sosok Fauzan, dalam versi aslinya hanya muncul sekilas. Namun, di versi Indonesia justru mendapat ruang eksplorasi besar lewat suguhan back story yang menggugah.
Kemudian, kehadiran Amanda di film ini membawa sentuhan romansa yang menggemaskan, khas anak-anak muda. Namun, tak sebatas romansa, Amanda yang juga adalah pelatih dari Kemal jadi gambaran apik bagaimana support system ini bekerja.
Cerita-cerita yang dimunculkan dalam film ini memang cukup gelap. Kemal adalah seorang atlet judo muda yang punya masa depan cerah. Namun, ketika bertanding, Kemal salah jatuh dan membuat kedua bola matanya tak bisa lagi melihat. Dia pun kehilangan harapan.
Lalu, Jaya, kakak satu-satunya yang seharusnya bisa diandalkan, tetapi justru jadi biang masalah. Jaya yang terlibat kasus kriminal harus dipenjara. Namun, dia kemudian bebas, dengan memanfaatkan adiknya yang disabilitas sebagai tabiat alasannya.
Kisah-kisah menarik dan menggelitik pun mulai tersaji setelahnya. Chemistry Vino dan Angga sebagai kakak beradik terbangun dengan baik. Vino yang berperan sebagai kakak menyebalkan dan jahat sukses membangun personanya dengan sangat menjiwai.
Mendengar tingkah dan celotehan Vino di film ini, sekilas mengingatkan kembali pada aksi-aksinya ketika menjadi Ipang di Realita Cinta & Rock n’ Roll (2006) atau Arok di Punk In Love (2009). Meski begitu menyebalkan, sisi kakak dalam dirinya tak begitu saja hilang. Dalam beberapa adegan, sisi manusiawinya pun keluar dan membuat suasana haru muncul.
Seiring film berjalan, perubahan karakternya berjalan mulus, layaknya sebuah proses yang dialami manusia. Vino G. Bastian dan Angga Yunanda tampil dengan love-hate chemistry yang sangat menawan.
Angga sekali lagi membuktikan kemampuannya sebagai aktor muda berbakat. Memainkan karakter dengan disabilitas netra tentu punya tantangan berbeda, tetapi Angga mengeksekusinya dengan baik. Ekspresinya yang datar di hampir sepanjang film menunjukkan rasa frustasi yang dalam. Kendati demikian, pelan-pelan, senyumnya kembali mengembang.
Caitlin Halderman juga menunjukkan akting yang apik. Dia begitu sabar dan telaten memberi support system bagi keluarga ini. Pelan-pelan dengan gaya khasnya sebagai sosok pelatih, karakter yang dimainkan Caitlin memunculkan harapan baru bagi Kemal dan Jaya.
Meski secara latar cerita cukup gelap, film ini benar-benar berhasil tampil dengan suguhan yang ringan. Adegan komedi yang muncul membuat penonton tak akan bosan menyaksikan aksi Kemal dan Jaya.
Pada akhirnya, setiap rasa putus asa selalu punya cara untuk berakhir. Kehadiran support system punya peran besar dalam menangani masa-masa gelap setiap orang. Adegan puncak di film ini bakal membuat air mata penonton keluar. Jadi, siapkan tisu ya.
Baca juga: Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis & Kisah-Kisah Trauma Antar Generasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kemal dan Jaya adalah dua karakter yang putus asa dengan berbagai permasalahannya. Kakak beradik ini selalu berusaha memunggungi masa lalu. Keduanya dihinggapi trauma dan ketakutan. Namun, pelan-pelan, mereka berani membalikkan badan dan menghadapi masalah.
Lagu "Ruang Baru" pun seolah jadi jembatan yang apik, saat keduanya mulai memasuki masa depan yang berbeda. Lagu yang sebenarnya cukup melow itu, memberi pembacaan menarik tentang bagaimana masa depan kadang tak selalu dimunculkan ke dalam sesuatu yang heroik dan penuh gemerlap.
Baca juga: Ini Kata Aktris Asal Korea Selatan Park Shin-hye tentang My Annoying Brother Versi Indonesia
My Annoying Brother versi Indonesia. (Sumber gambar: BASE Entertainment)
Naskahnya yang ditangani Deliesza Tamara, Tumpal Tampubolon, dan Sheila Timothy, memberikan sentuhan tangga dramatik yang segar. Keputusan untuk menambah porsi cerita pada karakter Fauzan (Kristo Immanuel) dan Amanda (Caitlin Halderman) juga membuat film ini punya dimensi berbeda dibanding versi aslinya.
Kemunculan sosok Fauzan, dalam versi aslinya hanya muncul sekilas. Namun, di versi Indonesia justru mendapat ruang eksplorasi besar lewat suguhan back story yang menggugah.
Kemudian, kehadiran Amanda di film ini membawa sentuhan romansa yang menggemaskan, khas anak-anak muda. Namun, tak sebatas romansa, Amanda yang juga adalah pelatih dari Kemal jadi gambaran apik bagaimana support system ini bekerja.
Cerita-cerita yang dimunculkan dalam film ini memang cukup gelap. Kemal adalah seorang atlet judo muda yang punya masa depan cerah. Namun, ketika bertanding, Kemal salah jatuh dan membuat kedua bola matanya tak bisa lagi melihat. Dia pun kehilangan harapan.
Lalu, Jaya, kakak satu-satunya yang seharusnya bisa diandalkan, tetapi justru jadi biang masalah. Jaya yang terlibat kasus kriminal harus dipenjara. Namun, dia kemudian bebas, dengan memanfaatkan adiknya yang disabilitas sebagai tabiat alasannya.
Kisah-kisah menarik dan menggelitik pun mulai tersaji setelahnya. Chemistry Vino dan Angga sebagai kakak beradik terbangun dengan baik. Vino yang berperan sebagai kakak menyebalkan dan jahat sukses membangun personanya dengan sangat menjiwai.
Mendengar tingkah dan celotehan Vino di film ini, sekilas mengingatkan kembali pada aksi-aksinya ketika menjadi Ipang di Realita Cinta & Rock n’ Roll (2006) atau Arok di Punk In Love (2009). Meski begitu menyebalkan, sisi kakak dalam dirinya tak begitu saja hilang. Dalam beberapa adegan, sisi manusiawinya pun keluar dan membuat suasana haru muncul.
Seiring film berjalan, perubahan karakternya berjalan mulus, layaknya sebuah proses yang dialami manusia. Vino G. Bastian dan Angga Yunanda tampil dengan love-hate chemistry yang sangat menawan.
Angga sekali lagi membuktikan kemampuannya sebagai aktor muda berbakat. Memainkan karakter dengan disabilitas netra tentu punya tantangan berbeda, tetapi Angga mengeksekusinya dengan baik. Ekspresinya yang datar di hampir sepanjang film menunjukkan rasa frustasi yang dalam. Kendati demikian, pelan-pelan, senyumnya kembali mengembang.
Caitlin Halderman juga menunjukkan akting yang apik. Dia begitu sabar dan telaten memberi support system bagi keluarga ini. Pelan-pelan dengan gaya khasnya sebagai sosok pelatih, karakter yang dimainkan Caitlin memunculkan harapan baru bagi Kemal dan Jaya.
Meski secara latar cerita cukup gelap, film ini benar-benar berhasil tampil dengan suguhan yang ringan. Adegan komedi yang muncul membuat penonton tak akan bosan menyaksikan aksi Kemal dan Jaya.
Pada akhirnya, setiap rasa putus asa selalu punya cara untuk berakhir. Kehadiran support system punya peran besar dalam menangani masa-masa gelap setiap orang. Adegan puncak di film ini bakal membuat air mata penonton keluar. Jadi, siapkan tisu ya.
Baca juga: Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis & Kisah-Kisah Trauma Antar Generasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.