Hypereport: Komitmen Penyelenggara Maraton Bangun Ekosistem Lari hingga Sport Tourism
29 October 2024 |
18:19 WIB
Bak jamur di musim hujan, ajang lari di Indonesia bermunculan dengan berbagai skala, mulai dari level lokal, nasional, sampai internasional. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengadopsi gaya hidup sehat pascapandemi, turut mendorong perkembangan olahraga lari di Tanah Air.
Hampir setiap pekan, selalu ada ajang lari yang digelar oleh berbagai kalangan baik oleh koporasi, pemerintahan, hingga asosiasi dan perkumpulan. Lebih dahsyat lagi, setiap ajang lari itu hampir semuanya sukses, yang diikuti oleh ribuan hingga belasan ribu peserta.
Secara bisnis, ajang lari pun menjadi ladang yang cukup menguntungkan, setidaknya bagi korporasi, untuk meningkatkan branding hingga promosi dengan cara yang seru dan menyenangkan. Namun, lebih dari sekadar mencari keuntungan, penyelenggara kegiatan ini pun memiliki tujuan yang lebih besar, dari pembinaan atlet sampai membangkitkan ekonomi lewat sport tourism.
Baca juga: Hypereport: Demam Lari Meluas, Tapi Kurangnya Nutrisi dan Cedera Jadi Risiko Tersembunyi
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An mengatakan bahwa penyelenggaraan ajang Borobudur Marathon sejak awal memiliki tujuan untuk membuat agar Kota Magelang, Jawa Tengah bisa ramai dikunjungi wisatawan.
Pihaknya tidak berpikir tentang keuntungan materi yang akan didapat ketika mengadakan ajang Borobudur Marathon pertama kali. “Awal saya berpikir buat Provinsi [Jawa Tengah], buat Magelang saja,” katanya kepada Hypeabis.id.
Kala itu, dia melihat bahwa ajang lari atau maraton memiliki daya tarik kuat untuk mendatangkan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Dengan begitu, ekonomi masyarakat sekitar diharapkan dapat bergerak dan memberikan keuntungan bagi banyak pihak, seperti hotel dan homestay, pusat kuliner dan wisata, pelaku UMKM, hingga tukang parkir.
Bagi Liem, menjadikan ajang Borobudur Marathon, yang kini menjadi salah satu event lari paling bergengsi di Indonesia, bukan tujuan utamanya.
Tidak jauh berbeda dengan penyelenggara Borobudur Marathon, penyelenggara Maybank Marathon juga memiliki tujuan yang lebih besar dari ajang yang dibuatnya sejak 12 tahun lalu.
Digelar sejak 2012, Maybank Marathon kini telah masuk dalam kalender World Athletics. Widya Permana, Project Director Maybank Marathon mengatakan bahwa alasan perusahaan mengadakan ajang lari adalah untuk mendukung gaya hidup sehat masyarakat.
“Dan pada masa itu, di Indonesia sudah beberapa tahun tidak pernah diselenggarakan event lari full marathon internasional dengan jarak 42,195 km,” katanya. Kal itu, sambungnya, para pehobi lari harus ke luar negeri untuk ikut ajang marathon lantaran tidak ada ajang lari jarak jauh di dalam negeri.
Kondisi itu memotivasi Maybank Indonesia untuk menyelenggarakan pengalaman lari maraton di Indonesia, yang setara dengan ajang internasional. Pulau Bali pun menjadi pilihan tempat penyelenggaraan lantaran keberadaan infrastuktur yang mendukung dan rute lari yang menarik.
"Rutenya melalui berbagai tanjakan, pedesaan dan sawah dengan keindahan alam Bali, serta masyarakat setempat yang memberikan dukungan di sepanjang rute maraton," katanya.
Baca juga: Hypereport: Derap Lari Marathon Mesti Dibarengi Race Management yang Baik
Selain itu, Maybank juga ingin turut mendukung kemajuan cabang olahraga lari, serta mendukung terciptanya talenta-talenta muda Indonesia yang kompetitif dalam lari jarak jauh tersebut.
“Dalam penyelenggaraan BII Maybank Bali Marathon 2012 hingga kini menjadi Maybank Marathon, PB PASI senantiasa memberikan masukan, saran, dan dukungan yang diperlukan untuk penyelenggaraan maraton agar sesuai dengan peraturan tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.
Sementara bagi Garmin Indonesia, ajang Garmin Run Indonesia yang diluncurkan sejak 2019 merupakan bentuk komitmen manajemen dalam mendukung pertumbuhan olahraga lari di Indonesia.
Rian Krisna, Marketing Communication Manager Garmin Indonesia mengatakan bahwa ajang tersebut tidak hanya meningkatkan brand awareness. Namun, juga memperkuat hubungan dengan komunitas lari dan membantu memahami kebutuhan pelari Indonesia secara lebih baik. “Serta memberikan pengalaman berlari yang menyenangkan bagi para pelari dari berbagai kalangan,” katanya.
Untuk mewujudkan itu semua, Yayasan Borobudur Marathon, Maybank, maupun Garmin Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan dalam penyelenggaraaannya, yang sampai saat ini terus dibenahi, terutama dalam memastikan keamanan dan keselamatan para peserta lari.
Salah satu yang penting diperhatikan adalah kondisi infrastruktur jalan dan kapasitasnya, di mana belum semuanya rute lari memenuhi standar ideal dalam menampung jumlah peserta lari.
Liem mengatakan bahwa sejumlah jalan yang menjadi rute ajang Borobudur Marathon masih terhitung sempit dan tidak mungkin digunakan dan dilalui oleh lebih dari 10.000 peserta.
Para peserta Borobudur Marathon akan mengalami rasa tidak nyaman jika kapasitas jalan dipaksakan untuk jumlah peserta hingga lebih dari 10.000 orang. Guna mengatasinya, pihaknya pun membagi ajang lari tersebut menjadi 3 hari, untuk sejumlah kategorinya seperti 5k, 10k, half marathon dan full marathon. “Kami mau melebarkan jalan juga enggak bisa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, cuaca juga menjadi salah satu tantangan bagi penyelenggara. Aturan atletik internasional mengharuskan ajang lari dihentikan ketika suhu cuaca telah mencapai panas tertentu.
Baca juga: Hypereport: Deretan Profesi Unik di Event Lari, Ada Rabbit & Pacer
Tidak jauh berbeda, Widya juga menilai bahwa kapasitas rute saat ini belum bisa menampung jumlah peserta yang lebih besar dalam ajang Maybank Marathon. Belum lagi proses sterilisasi rute, untuk menjaga keamanan pelari, juga masih menjadi tantangan tersendiri..
Sebelum menyelenggarakan ajang Maybank Marathon, Widya mengatakan berbagai rangkaian kegiatan pelatihan dan edukasi diadakan dalam acara Road to Maybank Marathon guna membantu persiapan para peserta untuk mencapai garis akhir dengan tetap sehat dan aman.
Rangkaian pelatihan dan edukasi tersebut meliputi program latihan lari, mulai dari sesi pemanasan hingga lari dalam jarak jauh (long run), strength training, running clinic, pengaturan asupan nutrisi dan waktu istirahat. Rangkaian ini juga melibatkan pelatih lari yang berpengalaman di bidang sport recovery & mobility.
Meskipun begitu, mereka mengungkapkan pemerintah dan sejumlah pihak tidak absen dalam memberikan dukungan yang beragam. “Kesuksesan Maybank Marathon tidaklah terlepas dari dukungan berbagai elemen termasuk, PB PASI, Pemerintah Provinsi Bali, Kepolisian Daerah Provinsi Bali, Palang Merah Indonesia Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Gianyar, Kodim 1616 Gianyar, Sponsor, Media dan mitra penyelenggara Maybank Marathon,” ujar Widya.
Sejalan dengan olahraga lari yang semakin menjadi tren gaya hidup masyarakat, dia menilai bahwa ekosistem dan eksistensi ajang lari di dalam negeri terus membaik dari waktu ke waktu. Standar penyelenggaraan event lari dan marathon semakin baik, dilihat dari sisi keamanan, aspek ramah lingkungan, maupun kemeriahan event.
Penyelenggara Maybank Marathon, Borobudur Marathon, dan juga Garmin Run Indonesia mencatatkan peningkatan peserta dari tahun ke tahun.
Widya mengungkapkan bahwa total peserta Maybank Marathon pada 2012 mencapai lebih dari 2.000, kini setelah 12 tahun total pesertanya mencapai lebih dari 13.000. Bahkan, pada Maybank Marathon 2024, jumlah peserta khusus kategori marathon saja mencapai 3.500 pelari.
Sementara Liem mengungkapkan jumlah peserta ajang Borobudur Marathon mencapai 10.000 peserta. Adapun, Rian enggan mengungkapkan jumlah peserta dalam Garmin Run Indonesia. Namun, jumlah pesertanya terus mengalami peningkatan dari penyelenggaraan pertama hingga yang terbaru.
Tingginya minat masyarakat terhadap olahraga lari dipengaruhi berbagai faktor. Widya menilai bahwa olahraga lari terus bertumbuh pesat di Tanah Air lantaran masyarakat pada umumnya telah menjadikan olahraga ini sebagai salah satu bentuk perwujudan dari gaya hidup sehat.
"Jika kita lihat setiap hari di area GBK Jakarta atau saat Car Free Day akhir pekan maupun di kota-kota besar lainnya, banyak yang berlatih lari," ujarnya.
Baca juga: Hypereport: Ragam Motivasi Pegiat Lari, Melatih Fisik hingga Rekreasi
Animo yang tinggi ini membuat event lomba lari, mulai dari lari 5K, 10K, half marathon hingga marathon bertumbuh dan menjadi ajang bersosialisasi bagi para pelari, serta menjadi salah satu pilihan sport tourism yang menarik bagi masyarakat.
Senada, Rian menilai tren lari dan marathon di Indonesia juga terus berkembang secara signifikan, terutama setelah pandemi Covid-19. Menurutnya, banyak orang yang beranggapan bahwa lari bukan sekadar olahraga, tetapi juga bagian dari gaya hidup sehat dan kesempatan untuk bersosialisasi.
Editor: Fajar Sidik
Hampir setiap pekan, selalu ada ajang lari yang digelar oleh berbagai kalangan baik oleh koporasi, pemerintahan, hingga asosiasi dan perkumpulan. Lebih dahsyat lagi, setiap ajang lari itu hampir semuanya sukses, yang diikuti oleh ribuan hingga belasan ribu peserta.
Secara bisnis, ajang lari pun menjadi ladang yang cukup menguntungkan, setidaknya bagi korporasi, untuk meningkatkan branding hingga promosi dengan cara yang seru dan menyenangkan. Namun, lebih dari sekadar mencari keuntungan, penyelenggara kegiatan ini pun memiliki tujuan yang lebih besar, dari pembinaan atlet sampai membangkitkan ekonomi lewat sport tourism.
Baca juga: Hypereport: Demam Lari Meluas, Tapi Kurangnya Nutrisi dan Cedera Jadi Risiko Tersembunyi
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An mengatakan bahwa penyelenggaraan ajang Borobudur Marathon sejak awal memiliki tujuan untuk membuat agar Kota Magelang, Jawa Tengah bisa ramai dikunjungi wisatawan.
Pihaknya tidak berpikir tentang keuntungan materi yang akan didapat ketika mengadakan ajang Borobudur Marathon pertama kali. “Awal saya berpikir buat Provinsi [Jawa Tengah], buat Magelang saja,” katanya kepada Hypeabis.id.
Kala itu, dia melihat bahwa ajang lari atau maraton memiliki daya tarik kuat untuk mendatangkan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Dengan begitu, ekonomi masyarakat sekitar diharapkan dapat bergerak dan memberikan keuntungan bagi banyak pihak, seperti hotel dan homestay, pusat kuliner dan wisata, pelaku UMKM, hingga tukang parkir.
Bagi Liem, menjadikan ajang Borobudur Marathon, yang kini menjadi salah satu event lari paling bergengsi di Indonesia, bukan tujuan utamanya.
Tidak jauh berbeda dengan penyelenggara Borobudur Marathon, penyelenggara Maybank Marathon juga memiliki tujuan yang lebih besar dari ajang yang dibuatnya sejak 12 tahun lalu.
Digelar sejak 2012, Maybank Marathon kini telah masuk dalam kalender World Athletics. Widya Permana, Project Director Maybank Marathon mengatakan bahwa alasan perusahaan mengadakan ajang lari adalah untuk mendukung gaya hidup sehat masyarakat.
“Dan pada masa itu, di Indonesia sudah beberapa tahun tidak pernah diselenggarakan event lari full marathon internasional dengan jarak 42,195 km,” katanya. Kal itu, sambungnya, para pehobi lari harus ke luar negeri untuk ikut ajang marathon lantaran tidak ada ajang lari jarak jauh di dalam negeri.
Kondisi itu memotivasi Maybank Indonesia untuk menyelenggarakan pengalaman lari maraton di Indonesia, yang setara dengan ajang internasional. Pulau Bali pun menjadi pilihan tempat penyelenggaraan lantaran keberadaan infrastuktur yang mendukung dan rute lari yang menarik.
"Rutenya melalui berbagai tanjakan, pedesaan dan sawah dengan keindahan alam Bali, serta masyarakat setempat yang memberikan dukungan di sepanjang rute maraton," katanya.
Baca juga: Hypereport: Derap Lari Marathon Mesti Dibarengi Race Management yang Baik
Selain itu, Maybank juga ingin turut mendukung kemajuan cabang olahraga lari, serta mendukung terciptanya talenta-talenta muda Indonesia yang kompetitif dalam lari jarak jauh tersebut.
“Dalam penyelenggaraan BII Maybank Bali Marathon 2012 hingga kini menjadi Maybank Marathon, PB PASI senantiasa memberikan masukan, saran, dan dukungan yang diperlukan untuk penyelenggaraan maraton agar sesuai dengan peraturan tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.
Sementara bagi Garmin Indonesia, ajang Garmin Run Indonesia yang diluncurkan sejak 2019 merupakan bentuk komitmen manajemen dalam mendukung pertumbuhan olahraga lari di Indonesia.
Merawat Komunitas
Rian Krisna, Marketing Communication Manager Garmin Indonesia mengatakan bahwa ajang tersebut tidak hanya meningkatkan brand awareness. Namun, juga memperkuat hubungan dengan komunitas lari dan membantu memahami kebutuhan pelari Indonesia secara lebih baik. “Serta memberikan pengalaman berlari yang menyenangkan bagi para pelari dari berbagai kalangan,” katanya.Untuk mewujudkan itu semua, Yayasan Borobudur Marathon, Maybank, maupun Garmin Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan dalam penyelenggaraaannya, yang sampai saat ini terus dibenahi, terutama dalam memastikan keamanan dan keselamatan para peserta lari.
Salah satu yang penting diperhatikan adalah kondisi infrastruktur jalan dan kapasitasnya, di mana belum semuanya rute lari memenuhi standar ideal dalam menampung jumlah peserta lari.
Liem mengatakan bahwa sejumlah jalan yang menjadi rute ajang Borobudur Marathon masih terhitung sempit dan tidak mungkin digunakan dan dilalui oleh lebih dari 10.000 peserta.
Para peserta Borobudur Marathon akan mengalami rasa tidak nyaman jika kapasitas jalan dipaksakan untuk jumlah peserta hingga lebih dari 10.000 orang. Guna mengatasinya, pihaknya pun membagi ajang lari tersebut menjadi 3 hari, untuk sejumlah kategorinya seperti 5k, 10k, half marathon dan full marathon. “Kami mau melebarkan jalan juga enggak bisa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, cuaca juga menjadi salah satu tantangan bagi penyelenggara. Aturan atletik internasional mengharuskan ajang lari dihentikan ketika suhu cuaca telah mencapai panas tertentu.
Baca juga: Hypereport: Deretan Profesi Unik di Event Lari, Ada Rabbit & Pacer
Tidak jauh berbeda, Widya juga menilai bahwa kapasitas rute saat ini belum bisa menampung jumlah peserta yang lebih besar dalam ajang Maybank Marathon. Belum lagi proses sterilisasi rute, untuk menjaga keamanan pelari, juga masih menjadi tantangan tersendiri..
Sebelum menyelenggarakan ajang Maybank Marathon, Widya mengatakan berbagai rangkaian kegiatan pelatihan dan edukasi diadakan dalam acara Road to Maybank Marathon guna membantu persiapan para peserta untuk mencapai garis akhir dengan tetap sehat dan aman.
Rangkaian pelatihan dan edukasi tersebut meliputi program latihan lari, mulai dari sesi pemanasan hingga lari dalam jarak jauh (long run), strength training, running clinic, pengaturan asupan nutrisi dan waktu istirahat. Rangkaian ini juga melibatkan pelatih lari yang berpengalaman di bidang sport recovery & mobility.
Meskipun begitu, mereka mengungkapkan pemerintah dan sejumlah pihak tidak absen dalam memberikan dukungan yang beragam. “Kesuksesan Maybank Marathon tidaklah terlepas dari dukungan berbagai elemen termasuk, PB PASI, Pemerintah Provinsi Bali, Kepolisian Daerah Provinsi Bali, Palang Merah Indonesia Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Gianyar, Kodim 1616 Gianyar, Sponsor, Media dan mitra penyelenggara Maybank Marathon,” ujar Widya.
Sejalan dengan olahraga lari yang semakin menjadi tren gaya hidup masyarakat, dia menilai bahwa ekosistem dan eksistensi ajang lari di dalam negeri terus membaik dari waktu ke waktu. Standar penyelenggaraan event lari dan marathon semakin baik, dilihat dari sisi keamanan, aspek ramah lingkungan, maupun kemeriahan event.
Penyelenggara Maybank Marathon, Borobudur Marathon, dan juga Garmin Run Indonesia mencatatkan peningkatan peserta dari tahun ke tahun.
Widya mengungkapkan bahwa total peserta Maybank Marathon pada 2012 mencapai lebih dari 2.000, kini setelah 12 tahun total pesertanya mencapai lebih dari 13.000. Bahkan, pada Maybank Marathon 2024, jumlah peserta khusus kategori marathon saja mencapai 3.500 pelari.
Sementara Liem mengungkapkan jumlah peserta ajang Borobudur Marathon mencapai 10.000 peserta. Adapun, Rian enggan mengungkapkan jumlah peserta dalam Garmin Run Indonesia. Namun, jumlah pesertanya terus mengalami peningkatan dari penyelenggaraan pertama hingga yang terbaru.
Tingginya minat masyarakat terhadap olahraga lari dipengaruhi berbagai faktor. Widya menilai bahwa olahraga lari terus bertumbuh pesat di Tanah Air lantaran masyarakat pada umumnya telah menjadikan olahraga ini sebagai salah satu bentuk perwujudan dari gaya hidup sehat.
"Jika kita lihat setiap hari di area GBK Jakarta atau saat Car Free Day akhir pekan maupun di kota-kota besar lainnya, banyak yang berlatih lari," ujarnya.
Baca juga: Hypereport: Ragam Motivasi Pegiat Lari, Melatih Fisik hingga Rekreasi
Animo yang tinggi ini membuat event lomba lari, mulai dari lari 5K, 10K, half marathon hingga marathon bertumbuh dan menjadi ajang bersosialisasi bagi para pelari, serta menjadi salah satu pilihan sport tourism yang menarik bagi masyarakat.
Senada, Rian menilai tren lari dan marathon di Indonesia juga terus berkembang secara signifikan, terutama setelah pandemi Covid-19. Menurutnya, banyak orang yang beranggapan bahwa lari bukan sekadar olahraga, tetapi juga bagian dari gaya hidup sehat dan kesempatan untuk bersosialisasi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.