Kasus Autoimun Meningkat DIpicu Gaya Hidup dan Lingkungan, Waspadai Hal Ini!
23 October 2024 |
20:09 WIB
Penyakit autoimun kini menjadi perhatian serius di seluruh dunia. Melansir Global Autoimmune Institute, autoimunitas kerap dikaitkan dengan negara-negara maju di Barat dengan beberapa penelitian menunjukkan tingkat kejadian yang lebih tinggi di kawasan industri seperti Eropa Utara dan Amerika Utara.
Menurut penelitian itu, penyakit autoimun secara kumulatif mempengaruhi 5 persen hingga 10 persen populasi dunia industri. Secara spesifik, laporan yang dipublikasi di National Library of Medicine (2020) mengungkap penyakit autoimun menduduki peringkat ke-3 sebagai penyakit mematikan di Amerika Serikat dan menyerang 15,9 persen penduduknya.
Baca juga: Mengenal IgA Nephropathy, Penyakit Autoimun Ginjal yang Diderita Abdee Slank
Penelitian lain menunjukkan bahwa prevalensi penyakit autoimun di negara berkembang lebih rendah, tetapi terus meningkat. Meskipun data terperinci mengenai prevalensi di Indonesia masih belum tersedia, banyak ahli berpendapat bahwa angka ini mungkin tidak jauh berbeda dengan kondisi di negara-negara Amerika dan Eropa.
Dokter Penyakit Dalam di Siloam Hospitals Lippo Village Stevent Sumantri mengatakan, Indonesia juga perlu mewaspadai peningkatan kasus autoimun yang tersembunyi. Dia menekankan bahwa autoimun yang dapat mempengaruhi hingga 10 persen populasi sering kali menyerang individu pada usia produktif antara 18-60 tahun.
"Penyakit ini dapat mengakibatkan kelelahan kronis, gangguan konsentrasi, dan disabilitas yang berdampak langsung pada produktivitas pengidapnya," jelasnya. Kesadaran dan diagnosis dini sangat penting untuk mendukung dan menghasilkan generasi yang sehat dan produktif.
Menurut Stevent, peningkatan kasus autoimun dihubungkan dengan perubahan gaya hidup dan lingkungan. Misalnya, apa yang manusia makan dan hirup dapat memicu reaksi autoimun dalam tubuh. Hal ini mencakup kondisi seperti kebocoran usus yang dapat memperburuk gejala. Penyakit ini beragam dan dapat mempengaruhi saraf, sendi, serta otot, mengganggu fungsi gerak pengidapnya.
Memang, diperlukan moderasi yang tepat dalam hal konsumsi dan pola hidup untuk mencegah kemungkinan autoimun yang kian parah. Ahli Gizi & Wakil Ketua Umum Marisza Cordoba Foundation (MCF) Rita Ramayulis menekankan pentingnya pola makan sehat yang anti-inflamasi untuk memastikan tubuh tidak mengalami peradangan dan menyulut autoimun dalam jangka panjang.
Menurutnya, masyarakat perlu menerapkan pola hidup sehat dan memanfaatkan bahan makanan yang bergizi untuk mencegah penyakit autoimun ini.
Sebagai bagian dari upaya edukasi, MCF bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut meluncurkan buku digital bertajuk ‘Keluarga Sehat TNI AL’. Buku ini bertujuan memberikan informasi tentang Lima Dasar Hidup Sehat (LDHS) dan pola makan sehat yang bebas gluten untuk mencegah dan menanggulangi penyakit autoimun. Peluncuran buku ini disertai seminar kesehatan bertajuk 'Autoimun: Tantangan Baru di Era Kesehatan Modern.'
Baca juga: Dialami Erika Carlina, Apa Kaitan Penyakit Autoimun dengan Kesehatan Mental?
Agenda ini fokus menyoroti pentingnya moderasi makanan di kalangan TNI sebagai punggawa dan garda terdepan pertahanan bangsa. Kepala Dinas Kesehatan Angkatan Laut Dwi Adang Iskandar menginformasikan bahwa sosialisasi tentang autoimun di lingkungan TNI AL dihadiri oleh sekitar 400 peserta, termasuk perwira, prajurit, dan pegawai negeri sipil.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari perhatian khusus TNI AL terhadap meningkatnya kasus autoimun," ujarnya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran tentang autoimun semakin meningkat, sehingga masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan kesehatan yang ada.
Editor: Fajar Sidik
Menurut penelitian itu, penyakit autoimun secara kumulatif mempengaruhi 5 persen hingga 10 persen populasi dunia industri. Secara spesifik, laporan yang dipublikasi di National Library of Medicine (2020) mengungkap penyakit autoimun menduduki peringkat ke-3 sebagai penyakit mematikan di Amerika Serikat dan menyerang 15,9 persen penduduknya.
Baca juga: Mengenal IgA Nephropathy, Penyakit Autoimun Ginjal yang Diderita Abdee Slank
Penelitian lain menunjukkan bahwa prevalensi penyakit autoimun di negara berkembang lebih rendah, tetapi terus meningkat. Meskipun data terperinci mengenai prevalensi di Indonesia masih belum tersedia, banyak ahli berpendapat bahwa angka ini mungkin tidak jauh berbeda dengan kondisi di negara-negara Amerika dan Eropa.
Dokter Penyakit Dalam di Siloam Hospitals Lippo Village Stevent Sumantri mengatakan, Indonesia juga perlu mewaspadai peningkatan kasus autoimun yang tersembunyi. Dia menekankan bahwa autoimun yang dapat mempengaruhi hingga 10 persen populasi sering kali menyerang individu pada usia produktif antara 18-60 tahun.
"Penyakit ini dapat mengakibatkan kelelahan kronis, gangguan konsentrasi, dan disabilitas yang berdampak langsung pada produktivitas pengidapnya," jelasnya. Kesadaran dan diagnosis dini sangat penting untuk mendukung dan menghasilkan generasi yang sehat dan produktif.
Menurut Stevent, peningkatan kasus autoimun dihubungkan dengan perubahan gaya hidup dan lingkungan. Misalnya, apa yang manusia makan dan hirup dapat memicu reaksi autoimun dalam tubuh. Hal ini mencakup kondisi seperti kebocoran usus yang dapat memperburuk gejala. Penyakit ini beragam dan dapat mempengaruhi saraf, sendi, serta otot, mengganggu fungsi gerak pengidapnya.
Memang, diperlukan moderasi yang tepat dalam hal konsumsi dan pola hidup untuk mencegah kemungkinan autoimun yang kian parah. Ahli Gizi & Wakil Ketua Umum Marisza Cordoba Foundation (MCF) Rita Ramayulis menekankan pentingnya pola makan sehat yang anti-inflamasi untuk memastikan tubuh tidak mengalami peradangan dan menyulut autoimun dalam jangka panjang.
Menurutnya, masyarakat perlu menerapkan pola hidup sehat dan memanfaatkan bahan makanan yang bergizi untuk mencegah penyakit autoimun ini.
Sebagai bagian dari upaya edukasi, MCF bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut meluncurkan buku digital bertajuk ‘Keluarga Sehat TNI AL’. Buku ini bertujuan memberikan informasi tentang Lima Dasar Hidup Sehat (LDHS) dan pola makan sehat yang bebas gluten untuk mencegah dan menanggulangi penyakit autoimun. Peluncuran buku ini disertai seminar kesehatan bertajuk 'Autoimun: Tantangan Baru di Era Kesehatan Modern.'
Baca juga: Dialami Erika Carlina, Apa Kaitan Penyakit Autoimun dengan Kesehatan Mental?
Agenda ini fokus menyoroti pentingnya moderasi makanan di kalangan TNI sebagai punggawa dan garda terdepan pertahanan bangsa. Kepala Dinas Kesehatan Angkatan Laut Dwi Adang Iskandar menginformasikan bahwa sosialisasi tentang autoimun di lingkungan TNI AL dihadiri oleh sekitar 400 peserta, termasuk perwira, prajurit, dan pegawai negeri sipil.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari perhatian khusus TNI AL terhadap meningkatnya kasus autoimun," ujarnya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran tentang autoimun semakin meningkat, sehingga masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan kesehatan yang ada.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.