Ilustrasi orang kena autoimun (sumber gambar : unsplash /shane)

Apa Itu Autoimun dan Bagaimana Cara Menanganinya?

25 July 2022   |   11:09 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Autoimun masih menjadi momok bagi sebahagian besar masyarakat di Tanah Air. Bahkan, kasus penderita autoimun terus meningkat belakangan ini didukung oleh data The Lupus Foundation of America yang memperkirakan ada 16.000 kasus baru penyakit autoimun lupus setiap tahunnya di seluruh dunia. 

Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun saat ini masih rendah karena gejalanya yang bervariasi dan menyerupai beragam penyakit lainnya. Selain itu, tidak ada informasi akurat yang beredar bagaimana sebenarnya penanganan penyakit yang dijuluki juga dengan penyakit seribu wajah ini.
 

Apa Itu Autoimun?

Autoimun sendiri merupakan penyakit ketidakseimbangan sel kekebalan tubuh yang dapat menyerang sel dan organ tubuh sendiri karena tidak dapat membedakan antara sel asing dan sel tubuh sendiri. 

Sistem kekebalan tubuh salah mengira bagian tubuh sendiri, seperti persendian atau kulit, sebagai benda asing dan melepaskan protein yang disebut autoantibodies untuk menyerang sel-sel sehat.

Baca juga: Kenali 3 Penyakit Autoimun Kulit yang Sering Muncul selama Pandemi

Saat ini ada lebih dari 150 jenis penyakit autoimun yang diketahui, dapat ditandai dengan munculnya gejala-gejala umum seperti kelelahan, otot pegal, bengkak dan kemerahan, demam ringan, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, rambut rontok, serta ruam kulit.

Penyakit autoimun dapat menyebabkan timbulnya penyakit lainnya, atau bahkan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik dan tepat. 
 

Cara penyembuhan autoimun

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Imunologi, Iris Rengganis menyebutkan bahwa tidak ada perawatan yang bisa menyembuhkan penyakit autoimun. Dokter dan obat-obatan hanya dapat mengontrol respons imun yang terlalu aktif dan menurunkan peradangan atau setidaknya mengurangi rasa sakit dan peradangan.

Meski demikian, masih ada cara untuk meringankan dan menyembuhkannya secara perlahan, yaitu dengan melakukan diet gluten.

"Pengalaman saya, kita banyak berkomunikasi dengan ahli-ahli autoimun lainnya, mencoba supaya diet gluten free", ungkapnya dalam webinar yang dilaksanakan Samasta Intergrated Center dan Biotek Farmasi Indonesia.
 

Prof. Iris Rengganis (sumber gambar : Samasta Integrated Center)

Prof. Iris Rengganis (sumber gambar : Samasta Integrated Center)



Dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) ini mengatakan diet gluten diperlukan karena ditengarai ada satu protein di tepung terigu atau tepung gandum, yang seringkali metriger terjadinya kebocoran usus untuk orang-orang yang autoimun. 

“Dengan diet gluten untuk sementara waktu, bisa lebih efektif [mengendalikan autoimun] hingga mereka bisa terlepas dari obat-obatan yang selama ini dikonsumsi,” tambahnya.


Selain itu, pasien autoimun juga harus menjalani hidup dengan baik dan nyaman jika terdiagnosis sejak awal serta mendapatkan perawatan yang tepat secara konsisten. Mereka juga perlu diberikan support atau dorongan positif dari lingkungannya sehingga ada semangat lebih untuk sembuh. Hal ini karena berkaitan dengan keadaan psikis dari orang yang menderita penyakit tersebut. 

Penanganan untuk penyakit autoimun selama ini dilakukan dengan immunosuppressant, yakni menekan imun dan sejenisnya. 

Penekanan terhadap sistem imun sendiri sebenarnya tidak boleh dilakukan dalam waktu panjang lebih dari 5 hari karena mengakibatkan efek yang fatal pada jangka pendek, menengah dan panjang bagi si penderita. 

Baca juga: Mengenal Autoimun & Berbagai Gejalanya

Untuk itu dibutuhkan penanganan Viradef, terobosan dari Biotechnology Processed Material, Originator dari Biotek Farmasi Indonesia yang memiliki efek antivirus, antioksidan kuat, anti radang serta meningkatkan energi seluler/ATP (Adenosin Tri Phosphate).

Selain itu, Regimun yang memiliki efek kapasitas antioksidan yang kuat, anti radang sehingga dapat membantu mengatasi gejala pada penderita autoimun dan membantu meregulasi badai sitokin.
 

Penyitas Autoimun

Di sisi lain, Qory Sandioriva, Puteri Indonesia 2009 dan Duta Autoimmune Indonesia merupakan salah satu penderita autoimun yang sudah dia alami sejak usia 16 tahun. 
“Saya yang dulunya sering beraktivitas olahraga di luar rumah, tiba-tiba mengalami sakit kepala hebat, sering pingsan dan badan terasa mudah kelelahan bahkan sesak nafas. Saat itu, dokter mendiagnosa dia menderita darah rendah. Namun, laboratorium menunjukkan hasil yang normal,” kisahnya.

Bahkan, saat dinobatkan sebagai Puteri Indonesia di usia 17 tahun, kondisinya memburuk dengan gejala seperti kulit terasa perih, ngilu sendi dan tulang, otot dan saraf kaku hingga mengalami koma selama 3-4 hari. Berat badannya pun turun drastis sebanyak 10 kilogram. 

Dokter bahkan beberapa kali salah mendiagnosis mulai dari Thypus, Demam Berdarah, hingga akhirnya salah satu dokter menyatakan bahwa dirinya terkena Systemic Lupus Erythematosus tahap awal atau Early Lupus.

Kala itu, Qory merasakan bagaimana tiga organ yang masih dalam tahap penyembuhan, bertambah menjadi tujuh organ, dan penyakit autoimun tersebut kembali muncul akibat terpapar Covid-19 pada pertengahan 2021 lalu.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Mixue Ice Cream & Tea yang Lagi Viral, Apakah Sudah Halal?

BERIKUTNYA

Rayakan Ulang Tahun ke-53, Jennifer Lopez Luncurkan Bisnis Kecantikan JLo Body

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: