Atlet Ismail Doda saat beraksi di atas udara dalam olahraga terjun payung (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Menilik Tren Olahraga Terjun Payung di Indonesia, Banyak Peminat?

23 October 2024   |   07:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Memacu adrenalin dari atas ketinggian bukanlah olahraga yang bisa dilakukan semua orang. Dibutuhkan mental yang kuat sebelum seseorang memutuskan menggeluti terjun payung alias skydiving. Mahalnya biaya juga membuat olahraga ini hanya bisa dinikmati kalangan tertentu.

Ismail Doda, merupakan salah satu yang mendapat privilese tersebut. Prajurit penerjun dari Brigade Infanteri (Brigif) 17 Kostrad itu, belum lama ini bahkan berhasil menyabet Medali Emas pada Cabang Olahraga Terjun Payung PON XXI 2024 di Aceh Sumut.

Masuk dalam kategori olahraga ekstrem, skydiving memang memiliki tingkat kesulitan berbeda dibanding olahraga luar ruang lainnya. Ketepatan membaca arah angin, kondisi cuaca, hingga pengalaman jam terbang, tak ayal membuat olahraga ini jarang digeluti masyarakat sipil.

"Sebenarnya terjun payung ini asyik. Tapi dari segi biaya untuk olahraga ini bisa dibilang mahal, karena dari peralatan payung hingga penyewaan pesawat cukup banyak menguras kantong," katanya saat dihubungi Hypeabis.id via telepon. 

Baca juga: Mengintip Tren MTB Downhill, Olahraga Ekstrem Pemacu Adrenalin di Atas Sepeda Gunung 
 

Terpisah, pelatih skydiving Naila Novaranti, mengatakan selain mahalnya biaya, olahraga ini juga memiliki tantangan tersendiri baik dari segi regulasi hingga bentangan ekosistem di wilayah infrastruktur. Sebab, saat ini belum banyak perusahaan penerbangan yang mendapatkan izin untuk mengangkut para penerjun.

Padahal, menurut atlet yang telah malang melintang di dalam dan luar negeri itu, Indonesia memiliki potensi besar dari olahraga ekstrem ini. Termasuk melahirkan atlet-atlet berprestasi hingga mendatangkan devisa negara dengan berbagai perhelatan kompetisi terjun payung yang secara rutin dihelat di Tanah Air.

"Bagi atlet yang sudah pro, di luar negeri itu untuk terjun payung berkisar US$20 untuk sekali terjun. Sedangkan di Indonesia untuk satu kali terjun bisa dibanderol Rp1,6 juta. Ini ada perbedaan yang signifikan," katanya. 
 

Indoor Skydiving Jadi Alternatif 

Mahalnya olahraga terjun payung tak ayal memang membuat olahraga ini kurang diminati publik. Namun, bagi pemula yang ingin menjajalnya, ada alternatif lain bernama indoor skydiving, di mana pegiat dapat terlebih dulu belajar teknik-teknik dasar sambil merasakan sensasi mengambang di udara.

Indoor skydiving merupakan aktivitas yang meniru pengalaman jatuh bebas dengan menggunakan tiupan udara vertikal dalam sebuah terowongan angin. Kegiatan ini biasanya dilakukan di fasilitas khusus yang dirancang untuk menciptakan aliran udara yang cukup kuat agar seseorang dapat melayang di udara.

Menurut Doda, wahana ini dapat ditemukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. "Untuk memulai teknik dasar-dasar terbang agar lebih stabil di udara bisa dilakukan lewat wahana ini karena lebih ekonomis. Bahkan, indoor skydiving sekarang juga mulai dilombakan juga sebagai cabang sport," katanya. 

Sebagai perbandingan, untuk biaya pesawat sekali terbang beserta perlengkapan berkisar di atas Rp7-8 juta per jam. Namun, di dalam indoor skydiving, meskipun pegiat tidak mengenakan parasut, serta hanya mengandalkan perlengkapan keamanan saja, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp400.000-Rp500.000 per menit.

"Dengan biaya sebesar itu, pegiat yang ingin menguasai teknik-teknik dasar melayangnya bisa untuk 10-15 kali terjun. Untuk efisiensi kerjasama dalam membuat formasi juga bisa lebih sangkil dilakukan di indoor," imbuhnya. 
 

Teknik Dasar yang Perlu Dipelajari 

Sementara itu, Naila menuturkan, hal pertama yang perlu dilakukan pemula sebelum menggeluti olahraga ini adalah mengasah mental dan tingkat kepercayaan diri. Berangkat dari sinilah pegiat nantinya dapat fokus menentukan target yang ingin dituju, apakah sebatas klangenan atau menjadi atlet nasional, sebab pendekatannya akan berbeda.

"Jadi kalau memang ingin merasakan sensasi terbang, itu sudah bisa dilakukan di indoor skydiving. Selain lebih ramah kantong, kegiatan ini juga bisa dilakukan bareng keluarga. Barulah nanti kalau ingin eksplore lebih lanjut bisa melakukannya di outdoor alias terjun langsung dari pesawat," katanya.

Dari segi teknik, Naila menjelaskan, pegiat yang ingin melakukan aktivitas ini bisa belajar beberapa teknik dasar posisi tubuh. Salah satunya adalah memposisikan badan dalam posisi horizontal, dengan lengan dan kaki terbuka lebar untuk menciptakan aerodinamika yang baik. Posisi ini mirip dengan pose badan bayi saat belajar telungkup.

Selain itu, pemula juga bisa belajar posisi untuk landing atau mendarat dari atas udara, hingga berkomunikasi dengan penerun lain agar tidak bertabrakan. "Jadi kalau sudah bisa terbang saat di indoor kita bakal memiliki orientasi yang lebih baik saat di outdoor, karena badan kita jadi terbiasa dan rileks," imbuhnya.

Baca juga: Populer Sebagai Olahraga Ekstrem, Begini Sejarah Skateboard Masuk ke Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Tip Menjalakan UMKM dari CEO & Founder Kainnesia, Perhatikan Hal-hal Ini

BERIKUTNYA

Fakta-fakta Snapdragon 8 Elite, Chipset Ponsel Flagship Siap Rilis Akhir Oktober 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: