Hypereport: Seni Watersport, Bermain dengan Ombak hingga Menyelami Dasar Laut
20 August 2023 |
11:38 WIB
Topografi wilayah Indonesia yang unik menjadi surga bagi para pegiat olahraga ekstrem atau extreme sports. Nusantara memiliki banyak perairan untuk dieksplorasi oleh para pegiat olahraga yang gemar menguji nyali salah satunya olahraga air (watersport). Mulai dari menyelami dasar laut yang dalam dengan diving atau bermain dengan gulungan ombak sambil mengendarai jetski semuanya memacu adrenalin.
Para pegiat olahraga ekstrem ini, selain atlet profesional, ada juga para instruktur yang mengabdikan dirinya untuk mengedukasi para pemula yang ingin menggeluti bidang tersebut.
Salah satunya Marcia May Stephanie, seorang instruktur diving sekaligus manager di iDIVE Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
“Diving bisa diklasifikasikan sebagai olahraga ekstrem dengan risiko menengah tinggi, tapi kalau dilakukan dengan teori dan teknik yang tepat, aktivitas ini terbilang aman,” jelasnya.
Baca juga:
- Hypereport: Dari Kolong Jalan Layang Pasar Rebo hingga Pentas Papan Seluncur Dunia
- Hypereport: Menguji Nyali di Pegunungan, Berjalan di Atas Tali & Menuruni Bukit Kecepatan Tinggi
Marcia sendiri telah menggeluti diving sejak 2017. Awalnya dia jatuh cinta dengan olahraga ini saat melakukan snorkeling di Sulawesi. Sebagai informasi snorkeling adalah menyelam di permukaan laut yang dangkal dengan bantuan selang seperti huruf J. Berbeda dengan diving yang menyelam di kedalaman dengan tabung oksigen.
Saat itu juga salah satu temannya menunjukkan foto pemandangan di dasar laut yang cantik dengan beragam kekayaan baharinya. Seketika potret tersebut langsung membuatnya takjub sekaligus penasaran, sehingga ingin membuatnya menyaksikan langsung.
“Akhirnya saya memutuskan untuk belajar diving, waktu itu sempat kursus selama beberapa hari di Jakarta, diajari teori dan praktik dan langsung bisa,” kata Marcia.
Menurutnya, teori dan teknik diving dasar bisa dikuasai dalam waktu minimal 2-3 hari saja. Namun, dia sendiri membutuhkan waktu agak lama karena ada salah satu teknik yang sulit dikuasainya, yakni masker-clearing. Teknik masker-clearing adalah cara yang dilakukan untuk membersihkan masker saat berembun atau terendam air.
“Enggak mungkin kita naik ke permukaan hanya untuk membersihkan masker lalu turun lagi ke dasar, tentunya ini bahaya karena di laut ada tekanan,” jelas Marcia.
Dia menegaskan bahwa bahaya sekali apabila penyelam tiba-tiba naik ke permukaan saat sedang diving. Makin dalam menyelam maka tekanan yang akan diterima lebih besar.
“Ibarat balon yang dilepas ke langit lalu pecah, begitulah kondisi paru-paru kita saat tiba-tiba naik ke permukaan laut, risikonya paru-paru bisa mengalami over lung expansion injury,” ujar Marcia.
Diving sendiri adalah aktivitas yang harus dilakukan dengan persiapan matang, lantaran sewaktu-waktu bisa terjadi risiko yang membahayakan penyelam seperti kaki kram, telinga berdengung, kehabisan oksigen, dan lainnya.
Marcia menekankan pentingnya menguasai teknik emergency saat diving. Misalnya kalau kaki kram harus paham teknik meluruskan kaki supaya otot tidak kaku, lalu saat telinga berdengung dan sakit coba naik sedikit-sedikit tapi tidak perlu sampai permukaan. Saat kehabisan oksigen kita bisa pinjam octopus atau breathing regulator cadangan ke teman, karena setiap penyelam wajib membawa dua.
Selain itu menyelam juga wajib berpasangan tidak boleh sendiri, supaya tidak terjadi hal-hal yang membahayakan diri sendiri. Sekalipun dia penyelam profesional, tetap saja harus didampingi apabila dia baru mencoba menyelam di area perairan tertentu. Karena dia tidak tahu medannya seperti apa, mulai dari arus, arah angin, dan cuacanya.
Setiap harinya Marcia sendiri menghabiskan waktunya di kapal selam dan dasar laut, mendampingi para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman menyelam di Taman Nasional Komodo. Pagi-pagi sekali, kapal selam berangkat dari Labuan pada 7:15 dan kembali sekitar pukul 16:30.
Marcia juga berperan sebagai instruktur selam untuk orang-orang yang tertarik mempelajari olahraga scuba diving pada tahap profesional. Mereka bisa mengikuti kursus dengan sertifikasi ditawarkan, seperti Kursus Perairan Terbuka, Kursus Petualang Tingkat Lanjut, Kursus React Right, dan Kursus Stres & Penyelamatan.
“Untuk sertifikasi diving tahap beginner, maksimal menyelam di kedalaman 18 m, ada 24 teknik mengacu pada PADI (Professional Association of Diving Instructors) yang wajib dikuasai,” katanya.
Bermain dengan Ombak
Selain diving, ada juga jet ski, sebagai salah satu olahraga air ekstrem yang memacu adrenalin. Jet ski adalah aktivitas mengendarai sepeda motor air dengan teknik atau manuver tertentu untuk bisa menguasai ombak.
Selain membutuhkan kendaraan jet ski yang berkualitas, pengendaranya juga harus bisa melatih keseimbangan dan kecepatan. Bagi pemula, tidak mudah untuk bisa langsung mengendarai jet ski, setidaknya butuh sekitar 3-4 kali percobaan. Itupun hanya sekadar bisa menaikinya, belum menguasai trik-trik menghadapi ombak.
Salah satu atlet jet ski asal Indonesia yakni, Aero Sutan Aswar yang lama ini menyabet medali emas Sea Games Kamboja 2023 memaparkan bahwa jet ski sendiri merupakan salah satu olahraga ekstrem yang menantangnya untuk keluar dari zona nyaman. “Dulu awal-awal naik jet ski bisa sampai 120 km per jam sekarang sudah sampai 180 km per jam,” katanya.
Aero sendiri menekuni olahraga ini sejak kecil. Dia tumbuh di keluarga olahragawan, ayahnya Saiful Sutan Aswar, merupakan Ketua Umum Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA). Selain itu, adik laki-lakinya yang bernama Aqsa Sutan Aswar juga merupakan atlet jetski berprestasi.
“Ketika kita tahu bahayanya dan safe zone-nya ada di limit itu, baru gue bisa break the limit dan menciptakan zona nyaman yang baru,” kata Aero.
Sama seperti olahraga ekstrem lainnya yang mengandalkan kecepatan, jet ski juga memiliki sejumlah risiko mulai dari kecelakan tunggal atau kecelakaan yang melibatkan pemain lainnya. Kecelakaan yang kemungkinan bisa terjadi mulai dari tabrakan, jatuh, tergulung, dan membentur ombak. Bahkan jet ski bisa hancur lebur dan pengendaranya terlempar.
Sebagai atlet jet ski, Aero juga menghadapi sejumlah tantangan mulai dari penguasaan teknik sampai teknologi mesin jet ski yang cepat berubah seiring perkembangan zaman. Terlebih adanya regenerasi dalam bidang ini melahirkan banyak atlet-atlet baru yang berbakat sehingga persaingan makin ketat.
“Yang bahaya adalah ketika kita berada di comfort zone itu susah sekali keluar, misalnya saat kita sedang di puncak kejayaan jadi juara dunia, maka tantangan laziness (kemalasan) itu harus dihadapi,” ujar Aero.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: W.S. Rendra dan Penggambaran Era Orde Baru Lewat Bengkel Teater
Aero sendiri saat ini sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Jet Ski di Amerika Serikat pada Oktober 2023 mendatang. Dia bahkan sudah mempersiapkannya sebelum berlangsungnya Sea Games 2023.
Editor: Fajar Sidik
Para pegiat olahraga ekstrem ini, selain atlet profesional, ada juga para instruktur yang mengabdikan dirinya untuk mengedukasi para pemula yang ingin menggeluti bidang tersebut.
Salah satunya Marcia May Stephanie, seorang instruktur diving sekaligus manager di iDIVE Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
“Diving bisa diklasifikasikan sebagai olahraga ekstrem dengan risiko menengah tinggi, tapi kalau dilakukan dengan teori dan teknik yang tepat, aktivitas ini terbilang aman,” jelasnya.
Baca juga:
- Hypereport: Dari Kolong Jalan Layang Pasar Rebo hingga Pentas Papan Seluncur Dunia
- Hypereport: Menguji Nyali di Pegunungan, Berjalan di Atas Tali & Menuruni Bukit Kecepatan Tinggi
Marcia sendiri telah menggeluti diving sejak 2017. Awalnya dia jatuh cinta dengan olahraga ini saat melakukan snorkeling di Sulawesi. Sebagai informasi snorkeling adalah menyelam di permukaan laut yang dangkal dengan bantuan selang seperti huruf J. Berbeda dengan diving yang menyelam di kedalaman dengan tabung oksigen.
Saat itu juga salah satu temannya menunjukkan foto pemandangan di dasar laut yang cantik dengan beragam kekayaan baharinya. Seketika potret tersebut langsung membuatnya takjub sekaligus penasaran, sehingga ingin membuatnya menyaksikan langsung.
“Akhirnya saya memutuskan untuk belajar diving, waktu itu sempat kursus selama beberapa hari di Jakarta, diajari teori dan praktik dan langsung bisa,” kata Marcia.
Menurutnya, teori dan teknik diving dasar bisa dikuasai dalam waktu minimal 2-3 hari saja. Namun, dia sendiri membutuhkan waktu agak lama karena ada salah satu teknik yang sulit dikuasainya, yakni masker-clearing. Teknik masker-clearing adalah cara yang dilakukan untuk membersihkan masker saat berembun atau terendam air.
“Enggak mungkin kita naik ke permukaan hanya untuk membersihkan masker lalu turun lagi ke dasar, tentunya ini bahaya karena di laut ada tekanan,” jelas Marcia.
Dia menegaskan bahwa bahaya sekali apabila penyelam tiba-tiba naik ke permukaan saat sedang diving. Makin dalam menyelam maka tekanan yang akan diterima lebih besar.
“Ibarat balon yang dilepas ke langit lalu pecah, begitulah kondisi paru-paru kita saat tiba-tiba naik ke permukaan laut, risikonya paru-paru bisa mengalami over lung expansion injury,” ujar Marcia.
Diving sendiri adalah aktivitas yang harus dilakukan dengan persiapan matang, lantaran sewaktu-waktu bisa terjadi risiko yang membahayakan penyelam seperti kaki kram, telinga berdengung, kehabisan oksigen, dan lainnya.
Marcia menekankan pentingnya menguasai teknik emergency saat diving. Misalnya kalau kaki kram harus paham teknik meluruskan kaki supaya otot tidak kaku, lalu saat telinga berdengung dan sakit coba naik sedikit-sedikit tapi tidak perlu sampai permukaan. Saat kehabisan oksigen kita bisa pinjam octopus atau breathing regulator cadangan ke teman, karena setiap penyelam wajib membawa dua.
Selain itu menyelam juga wajib berpasangan tidak boleh sendiri, supaya tidak terjadi hal-hal yang membahayakan diri sendiri. Sekalipun dia penyelam profesional, tetap saja harus didampingi apabila dia baru mencoba menyelam di area perairan tertentu. Karena dia tidak tahu medannya seperti apa, mulai dari arus, arah angin, dan cuacanya.
Setiap harinya Marcia sendiri menghabiskan waktunya di kapal selam dan dasar laut, mendampingi para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman menyelam di Taman Nasional Komodo. Pagi-pagi sekali, kapal selam berangkat dari Labuan pada 7:15 dan kembali sekitar pukul 16:30.
Marcia juga berperan sebagai instruktur selam untuk orang-orang yang tertarik mempelajari olahraga scuba diving pada tahap profesional. Mereka bisa mengikuti kursus dengan sertifikasi ditawarkan, seperti Kursus Perairan Terbuka, Kursus Petualang Tingkat Lanjut, Kursus React Right, dan Kursus Stres & Penyelamatan.
“Untuk sertifikasi diving tahap beginner, maksimal menyelam di kedalaman 18 m, ada 24 teknik mengacu pada PADI (Professional Association of Diving Instructors) yang wajib dikuasai,” katanya.
Bermain dengan Ombak
Selain diving, ada juga jet ski, sebagai salah satu olahraga air ekstrem yang memacu adrenalin. Jet ski adalah aktivitas mengendarai sepeda motor air dengan teknik atau manuver tertentu untuk bisa menguasai ombak.
Selain membutuhkan kendaraan jet ski yang berkualitas, pengendaranya juga harus bisa melatih keseimbangan dan kecepatan. Bagi pemula, tidak mudah untuk bisa langsung mengendarai jet ski, setidaknya butuh sekitar 3-4 kali percobaan. Itupun hanya sekadar bisa menaikinya, belum menguasai trik-trik menghadapi ombak.
Salah satu atlet jet ski asal Indonesia yakni, Aero Sutan Aswar yang lama ini menyabet medali emas Sea Games Kamboja 2023 memaparkan bahwa jet ski sendiri merupakan salah satu olahraga ekstrem yang menantangnya untuk keluar dari zona nyaman. “Dulu awal-awal naik jet ski bisa sampai 120 km per jam sekarang sudah sampai 180 km per jam,” katanya.
Aero sendiri menekuni olahraga ini sejak kecil. Dia tumbuh di keluarga olahragawan, ayahnya Saiful Sutan Aswar, merupakan Ketua Umum Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA). Selain itu, adik laki-lakinya yang bernama Aqsa Sutan Aswar juga merupakan atlet jetski berprestasi.
“Ketika kita tahu bahayanya dan safe zone-nya ada di limit itu, baru gue bisa break the limit dan menciptakan zona nyaman yang baru,” kata Aero.
Sama seperti olahraga ekstrem lainnya yang mengandalkan kecepatan, jet ski juga memiliki sejumlah risiko mulai dari kecelakan tunggal atau kecelakaan yang melibatkan pemain lainnya. Kecelakaan yang kemungkinan bisa terjadi mulai dari tabrakan, jatuh, tergulung, dan membentur ombak. Bahkan jet ski bisa hancur lebur dan pengendaranya terlempar.
“Setiap olahraga ekstrem ada risikonya. Tapi sebisa mungkin kita meminimalisirnya, seperti dengan memperhatikan prakiraan cuaca,” ujarnya.
Sebagai atlet jet ski, Aero juga menghadapi sejumlah tantangan mulai dari penguasaan teknik sampai teknologi mesin jet ski yang cepat berubah seiring perkembangan zaman. Terlebih adanya regenerasi dalam bidang ini melahirkan banyak atlet-atlet baru yang berbakat sehingga persaingan makin ketat.
“Yang bahaya adalah ketika kita berada di comfort zone itu susah sekali keluar, misalnya saat kita sedang di puncak kejayaan jadi juara dunia, maka tantangan laziness (kemalasan) itu harus dihadapi,” ujar Aero.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: W.S. Rendra dan Penggambaran Era Orde Baru Lewat Bengkel Teater
Aero sendiri saat ini sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Jet Ski di Amerika Serikat pada Oktober 2023 mendatang. Dia bahkan sudah mempersiapkannya sebelum berlangsungnya Sea Games 2023.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.