Hypereport: Menguji Nyali di Pegunungan, Berjalan di Atas Tali & Menuruni Bukit Kecepatan Tinggi
19 August 2023 |
19:32 WIB
Berjalan di atas seutas tali yang membentang di antara dua jurang tinggi mungkin terlihat mengerikan bagi banyak orang. Kegiatan yang disebut dengan nama slackline ini sekilas memang tampak berbahaya dan tergolong ekstrem. Namun, tidak demikian dengan para anggota komunitas Pushing Panda.
Bagi mereka, slackline adalah sebuah hobi yang menantang adrenalin sekaligus menyenangkan. Slackline kini menjadi salah satu olahraga ekstrem yang semakin populer di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun, tak dapat dimungkiri, aktivitas ekstrem yang satu ini memang masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia.
Dalam praktiknya, slackline merupakan olahraga yang menitikberatkan pada teknik keseimbangan berjalan di atas seutas tali. Tali yang digunakan biasanya tali webbing atau tali berbentuk pita yang dikencangkan antara dua titik jangkar di berbagai macam ketinggian.
Variasi ketinggian itu ditentukan dari kemampuan seseorang dalam menjaga keseimbangannya. Tidak hanya dilakukan di atas permukaan tanah, tetapi sudah banyak pegiat slackline yang juga melakukan aksinya di atas pohon yang tinggi, danau, sungai, atau bahkan di tebing yang terjal untuk merasakan sensasi yang berbeda-beda.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport: Dari Kolong Jalan Layang Pasar Rebo hingga Pentas Papan Seluncur Dunia
Salah satu komunitas yang terbilang menjadi pionir dalam memperkenalkan olahraga ekstrem slackline di Indonesia yakni Komunitas Pushing Panda. Berdiri sejak tahun 2011, Pushing Panda adalah sebuah komunitas para pegiat olahraga ekstrem slackline yang berbasis di Bandung.
Meski terkenal sebagai kelompok yang menggeluti slackline, Pushing Panda sejatinya menekuni beberapa olahraga ekstrem lainnya seperti rope jump, highline, dan climbing. Komunitas ini terbentuk dan beranggotakan sekelompok orang yang memang memiliki kecintaan terhadap olahraga ekstrem di luar ruangan (outdoor activity).
Vinni Anggo selaku Manager Komunitas Pushing Panda mengatakan sampai saat ini, anggota Pushing Panda telah berjumlah sebanyak lebih dari 80 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Berawal dari Pushing Panda, papar Vinni, olahraga slackline kini semakin populer di Tanah Air.
Hal itu dikarenakan setelah para anggota bergabung dengan Pushing Panda, mereka lantas membuat komunitas slackline sendiri di daerah asalnya masing-masing. "Slackline terbilang olahraga [ekstrem] baru dan kami ingin mensosialisasikan bahwa ada jenis olahraga baru ini," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.
Kendati tergolong olahraga ekstrem, slackline kini mulai diminati oleh banyak orang. Vinni menuturkan bahwa komunitas olahraga itu kini telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Purwokerto dan Sulawesi.
"Karena slackline sekarang sudah jadi salah satu tren olahraga ekstrem dunia yang bisa dipertontonkan. Mungkin [mereka] awal tertariknya dari situ," katanya.
Vinni menjelaskan slackline terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan ketinggiannya mulai dari basicline, trickline, longline, rodeoline, dan yang tertinggi yakni highline. Basicline biasanya diperuntukkan bagi pegiat pemula yang umumnya berjalan di atas tali selebar 5 cm yang membentang di antara tiang atau pohon.
Sementara trickline adalah kategori yang menitikberatkan pada trik gerakan dan koreografi di atas tali sesuai kreativitas dan kemampuan seseorang. Biasanya ini dilakukan di atas ketinggian 60-100 cm di atas tanah dengan alas matras sebagai pengaman. Begitu pun dengan kategori longline dan rodeoline yang tidak terlalu berbeda dengan trickline.
Adapun, highline adalah jenis dari slackline yang paling ekstrem dengan eksposur yang sangat tinggi, yang menantang seseorang menjaga keseimbangannya di ketinggian. Highline biasanya dilakukan di antara formasi batuan atau tebing, bangunan tinggi, ngarai, dan sejenisnya.
Highline ketinggian 10 meter keatas menggunakan beberapa alat pengaman seperti harness yang terhubung dengan leash yang terkoneksi juga ke tali webbing utama dan tali backup highline yang terpasang di anchor point. Dengan begitu, jika seorang highliner terjatuh mereka akan tetap aman.
Namun, sebelum suatu tebing digunakan untuk highline, biasanya akan dicek terlebih dahulu apakah ada tambatan atau pengaman tali yang kuat seperti bebatuan atau pepohonan. Jika tidak ada, biasanya akan dibuat tambatan secara manual.
Highline memang menjadi semacam goal bagi para pegiat slackline. Vinni mengatakan sebelum bisa melakukan highline, seseorang harus menjalani latihan adaptasi penglihatan dan ketinggian terlebih dahulu dengan kategori slackline seperti basicline, trickline atau longline. Nantinya, ketika sudah dirasa mampu, barulah bisa mencoba highline dengan tetap didampingi oleh pegiat yang lebih berpengalaman.
"Berdasarkan pengalaman, ada yang 2 bulan sudah bisa ke highline tapi mungkin karena background-nya pemanjat jadi sudah adaptasi ketinggian dan keseimbangannya juga sudah terbentuk. Sepertinya kalau dari pemula banget itu jarang," ucapnya.
Beragam tebing dengan berbagai ketinggian telah dijajal oleh komunitas Pushing Panda. Salah satu yang tertinggi yakni mereka melakukan highline di Nusa Penida, Bali, dengan panjang tali 300 meter dan ketinggian 200 meter.
Vinni menuturkan ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari slackline seperti melatih keseimbangan, melatih fokus, hingga membantu program pengobatan fisioterapi. "Mulai ada penelitian slackline juga bisa membantu perkembangan tulang belakang dan perbaikan telapak kaki pada anak," katanya.
Dia menambahkan sebelum menggeluti olahraga slackline, seseorang juga perlu memastikan keamanan dan ketahanan peralatan serta membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang olahraga tersebut. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk bergabung dengan komunitas agar bisa lebih memahami dan terlatih dengan slackline.
Slackline bukan satu-satunya olahraga ekstrem yang dilakukan di kawasan pegunungan. Ada sejumlah olahraga lain yang juga kini digeluti banyak orang seperti mendaki gunung, panjat tebing, dan yang tak kalah populer, downhill. Menggunakan sepeda gunung atau mountain bike (MTB), downhill tergolong sebagai salah satu jenis olahraga ekstrem.
Hal tersebut karena para pesepeda ini harus melewati medan yang curam dan ekstrem, seperti menanjak jalanan bukit atau gunung. Trek yang sulit dengan berbagai rintangan di dalamnya serta suguhan pemandangan alam pegunungan yang khas, menjadi daya tarik tersendiri bagi olahraga ekstrem satu ini.
Founder Galunggung Bike Park Ari Permana mengatakan kegiatan sepeda downhill saat ini masih cukup diminati oleh masyarakat, meskipun masih terbatas dari kalangan yang memang memiliki hobi untuk olahraga ekstrem ini.
Dia menuturkan bahwa kebanyakan pesepeda yang datang ke Galunggung Bike Park berasal dari luar Tasikmalaya, seperti daerah Jabodetabek hingga dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Nepal. "Karena kendala di downhill itu unit. Sepedanya kan [harganya] lumayan," ujarnya.
Ari mengatakan sebelum melakukan downhill, setiap pesepeda harus memahami standar operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan sepeda dan perlengkapan safety riding yang digunakan.
Dia menjelaskan untuk sepeda yang digunakan harus memenuhi beberapa kategori seperti memiliki frame sepeda yang lebih kuat dan berat, terdiri dari dual crown fork (suspensi ganda), serta diameter ban berkisar 26-27,5 inchi.
Selain itu, handlebar atau stang pada sepeda downhill juga lebih lebar yakni lebih dari 800 mm. Sedangkan untuk pesepeda harus menggunakan helm, sarung tangan, hingga sepatu khusus.
Baca juga: Hypereport: Menyusuri Jejak Generasi Baru Kalcer Skena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Bagi mereka, slackline adalah sebuah hobi yang menantang adrenalin sekaligus menyenangkan. Slackline kini menjadi salah satu olahraga ekstrem yang semakin populer di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun, tak dapat dimungkiri, aktivitas ekstrem yang satu ini memang masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia.
Dalam praktiknya, slackline merupakan olahraga yang menitikberatkan pada teknik keseimbangan berjalan di atas seutas tali. Tali yang digunakan biasanya tali webbing atau tali berbentuk pita yang dikencangkan antara dua titik jangkar di berbagai macam ketinggian.
Variasi ketinggian itu ditentukan dari kemampuan seseorang dalam menjaga keseimbangannya. Tidak hanya dilakukan di atas permukaan tanah, tetapi sudah banyak pegiat slackline yang juga melakukan aksinya di atas pohon yang tinggi, danau, sungai, atau bahkan di tebing yang terjal untuk merasakan sensasi yang berbeda-beda.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport: Dari Kolong Jalan Layang Pasar Rebo hingga Pentas Papan Seluncur Dunia
Salah satu komunitas yang terbilang menjadi pionir dalam memperkenalkan olahraga ekstrem slackline di Indonesia yakni Komunitas Pushing Panda. Berdiri sejak tahun 2011, Pushing Panda adalah sebuah komunitas para pegiat olahraga ekstrem slackline yang berbasis di Bandung.
Meski terkenal sebagai kelompok yang menggeluti slackline, Pushing Panda sejatinya menekuni beberapa olahraga ekstrem lainnya seperti rope jump, highline, dan climbing. Komunitas ini terbentuk dan beranggotakan sekelompok orang yang memang memiliki kecintaan terhadap olahraga ekstrem di luar ruangan (outdoor activity).
Vinni Anggo selaku Manager Komunitas Pushing Panda mengatakan sampai saat ini, anggota Pushing Panda telah berjumlah sebanyak lebih dari 80 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Berawal dari Pushing Panda, papar Vinni, olahraga slackline kini semakin populer di Tanah Air.
Hal itu dikarenakan setelah para anggota bergabung dengan Pushing Panda, mereka lantas membuat komunitas slackline sendiri di daerah asalnya masing-masing. "Slackline terbilang olahraga [ekstrem] baru dan kami ingin mensosialisasikan bahwa ada jenis olahraga baru ini," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.
Kendati tergolong olahraga ekstrem, slackline kini mulai diminati oleh banyak orang. Vinni menuturkan bahwa komunitas olahraga itu kini telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Purwokerto dan Sulawesi.
"Karena slackline sekarang sudah jadi salah satu tren olahraga ekstrem dunia yang bisa dipertontonkan. Mungkin [mereka] awal tertariknya dari situ," katanya.
(Sumber gambar: Komunitas Pushing Panda)
Sementara trickline adalah kategori yang menitikberatkan pada trik gerakan dan koreografi di atas tali sesuai kreativitas dan kemampuan seseorang. Biasanya ini dilakukan di atas ketinggian 60-100 cm di atas tanah dengan alas matras sebagai pengaman. Begitu pun dengan kategori longline dan rodeoline yang tidak terlalu berbeda dengan trickline.
Adapun, highline adalah jenis dari slackline yang paling ekstrem dengan eksposur yang sangat tinggi, yang menantang seseorang menjaga keseimbangannya di ketinggian. Highline biasanya dilakukan di antara formasi batuan atau tebing, bangunan tinggi, ngarai, dan sejenisnya.
Highline ketinggian 10 meter keatas menggunakan beberapa alat pengaman seperti harness yang terhubung dengan leash yang terkoneksi juga ke tali webbing utama dan tali backup highline yang terpasang di anchor point. Dengan begitu, jika seorang highliner terjatuh mereka akan tetap aman.
Namun, sebelum suatu tebing digunakan untuk highline, biasanya akan dicek terlebih dahulu apakah ada tambatan atau pengaman tali yang kuat seperti bebatuan atau pepohonan. Jika tidak ada, biasanya akan dibuat tambatan secara manual.
Highline memang menjadi semacam goal bagi para pegiat slackline. Vinni mengatakan sebelum bisa melakukan highline, seseorang harus menjalani latihan adaptasi penglihatan dan ketinggian terlebih dahulu dengan kategori slackline seperti basicline, trickline atau longline. Nantinya, ketika sudah dirasa mampu, barulah bisa mencoba highline dengan tetap didampingi oleh pegiat yang lebih berpengalaman.
"Berdasarkan pengalaman, ada yang 2 bulan sudah bisa ke highline tapi mungkin karena background-nya pemanjat jadi sudah adaptasi ketinggian dan keseimbangannya juga sudah terbentuk. Sepertinya kalau dari pemula banget itu jarang," ucapnya.
Beragam tebing dengan berbagai ketinggian telah dijajal oleh komunitas Pushing Panda. Salah satu yang tertinggi yakni mereka melakukan highline di Nusa Penida, Bali, dengan panjang tali 300 meter dan ketinggian 200 meter.
Vinni menuturkan ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari slackline seperti melatih keseimbangan, melatih fokus, hingga membantu program pengobatan fisioterapi. "Mulai ada penelitian slackline juga bisa membantu perkembangan tulang belakang dan perbaikan telapak kaki pada anak," katanya.
Dia menambahkan sebelum menggeluti olahraga slackline, seseorang juga perlu memastikan keamanan dan ketahanan peralatan serta membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang olahraga tersebut. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk bergabung dengan komunitas agar bisa lebih memahami dan terlatih dengan slackline.
Downhill
(Sumber gambar: Unsplash/Andhika Soreng)
Hal tersebut karena para pesepeda ini harus melewati medan yang curam dan ekstrem, seperti menanjak jalanan bukit atau gunung. Trek yang sulit dengan berbagai rintangan di dalamnya serta suguhan pemandangan alam pegunungan yang khas, menjadi daya tarik tersendiri bagi olahraga ekstrem satu ini.
Founder Galunggung Bike Park Ari Permana mengatakan kegiatan sepeda downhill saat ini masih cukup diminati oleh masyarakat, meskipun masih terbatas dari kalangan yang memang memiliki hobi untuk olahraga ekstrem ini.
Dia menuturkan bahwa kebanyakan pesepeda yang datang ke Galunggung Bike Park berasal dari luar Tasikmalaya, seperti daerah Jabodetabek hingga dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Nepal. "Karena kendala di downhill itu unit. Sepedanya kan [harganya] lumayan," ujarnya.
Ari mengatakan sebelum melakukan downhill, setiap pesepeda harus memahami standar operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan sepeda dan perlengkapan safety riding yang digunakan.
Dia menjelaskan untuk sepeda yang digunakan harus memenuhi beberapa kategori seperti memiliki frame sepeda yang lebih kuat dan berat, terdiri dari dual crown fork (suspensi ganda), serta diameter ban berkisar 26-27,5 inchi.
Selain itu, handlebar atau stang pada sepeda downhill juga lebih lebar yakni lebih dari 800 mm. Sedangkan untuk pesepeda harus menggunakan helm, sarung tangan, hingga sepatu khusus.
Baca juga: Hypereport: Menyusuri Jejak Generasi Baru Kalcer Skena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.