tren sepeda gunung masih memiliki peminat meski grafiknya sempat mengalami penurunan saat pandemi.(sumber gambar: Unsplash/Andrei-j-castanha)

Mengintip Tren MTB Downhill, Olahraga Ekstrem Pemacu Adrenalin di Atas Sepeda Gunung 

10 October 2024   |   10:40 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Tren sepeda gunung, atau mountain bike downhill (MTB Downhill) di Indonesia terus berkembang seiring meningkatnya minat terhadap olahraga ekstrem dan aktivitas luar ruangan. Terutama dalam memacu adrenalin dan menguji mental para pegiat di dalamnya.

Downhill bukanlah olahraga biasa karena pengendara harus berpacu kecepatan melalui medan yang terjal. Kendati begitu, pehobi dari olahraga ini juga tak pernah surut, lewat komunitas dan klub sepeda yang fokus pada downhill di berbagai daerah di Tanah Air.

Yavento Ditra Pranata adalah salah satunya. lelaki yang akrab disapa Ditra itu telah lebih dari satu dekade menggeluti olahraga downhill. Berbagai kejuaraan serta sejumlah prestasi juga telah diraihnya berkat kegigihan dan ketekunannya di dunia sepeda balap.

Baca juga:  Kemirikebo Downhill Track, Wisata Trek Bersepeda Ekstrem di Lereng Gunung

Pada 2015, Ditra telah menjuarai Enduro Race Jogja dan Asean Cup Jogja. Dua tahun sebelumnya, dia juga sempat berkompetisi di Singapore Redbull Darknight, dan berhasil masuk posisi kedua untuk ajang balap sepeda yang dilakukan pada malam hari di atas gunung itu.

Lahir dari keluarga pembalap sepeda, tak ayal membuat Ditra sudah menyukai dunia sepeda sejak kecil. Ayahnya merupakan seorang mantan pembalap BMX, yang akhirnya membuatnya mengikuti jejak sang ayah. Namun, Ditra, ternyata lebih menyukai sepeda gunung di kemudian hari.

"Pada 2006, waktu itu saya mencoba MTB. Dari sini saya ketagihan, karena ada suspensinya. Kalau BMX kan tidak ada suspensi, jadi keras. Lalu saya ikut kejuaraan di Kudus, dan menang. Dari sinilah saya terus menggeluti olahraga ini, sampai sekarang," katanya.

Setali tiga uang, apa yang dialami oleh Ditra juga dirasakan oleh Khoiful Mukhib. Mantan atlet balap sepeda yang berhasil merebut Medali Emas di Asian Games 2018 itu, juga menggeluti downhill dari iseng bermain BMX Cross. Namun, akhirnya lebih menggandrungi sepeda gunung.

Lelaki asal Jepara, Jawa Tengah itu melihat, tren sepeda gunung memang mulai semarak pasca pandemi Covid-19. Banyaknya lokasi alam yang cocok untuk downhill, seperti bukit dan pegunungan di Indonesia, juga menjadi salah satu faktor pemicu tren olahraga ini tak pernah benar mati.

"Saat ini juga sudah banyak event-event downhill yang diselenggarakan. Dari mulai Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PBISI), 76 Indonesian Downhill, dan yang lain. Para raiders muda juga banyak yang ikut kompetisi, karena untuk masa depannya cukup menjanjikan," katanya.

Terus Berkembang 

Terpisah, pelatih downhill Gregorius Bima Bathara mengatakan, tren sepeda gunung masih memiliki peminat meski grafiknya sempat mengalami penurunan saat pandemi. Kendati begitu, tren ini kembali naik saat banyak diselenggarakan event-event Enduro di Tanah Air.

Event Enduro dalam dunia sepeda gunung, merupakan kompetisi yang menggabungkan elemen downhill dengan cross-country. Enduro berfokus pada kecepatan di jalur menurun (downhill), tetapi juga menguji ketahanan fisik pengendara saat harus mengayuh di jalur datar atau menanjak.

"Atletnya sebenarnya ada dan terus beregenerasi, hanya saja mereka tidak terlalu fokus dengan downhill, karena selain eventnya sedikit, belakangan juga tumbuh event enduro yang menggabungkan dua hal tadi," imbuhnya.

Bima menjelaskan, bagi pemula yang ingin menggeluti hobi ini, peran mental sangat penting dilatih untuk mengasah kepekaan tubuh dan refleks terhadap medan yang ekstrem. Keberanian juga menjadi kunci utama pehobi, karen skill dan teknik bisa dilatih seiring berjalannya waktu.

Oleh karena itu, para pemula juga harus sering-sering berlatih degan di lintasan yang didesain menurun tajam dengan berbagai rintangan alami dan buatan. Misalnya di area pegunungan, bukit, atau hutan dengan fokus utama pada kecepatan menurun serta keterampilan teknis pengendara.

"Kalau dari prospek masa depan, negara seharusnya lebih banyak mendukung klub atau komunitas yang mau menampung dan memberikan fasilitas untuk para atlet. Bangun juga trek dengan standar internasional, karena sejauh ini, trek di Indonesia selalu dibuat aman karena adanya para master-master," katanya.

Baca juga: 3 Rekomendasi Olahraga untuk Cegah Penuaan dan Tingkatkan Kesehatan Mental

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Soroti Pentingnya Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat

BERIKUTNYA

Konser 2NE1 di Jakarta Jadi Dua Hari, Tiket Dijual Mulai 11 Oktober

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: