Astronaut hewan (Sumber gambar: NASA)

Hewan-hewan Ini Sudah Pernah ke Luar Angkasa, Apa Misinya?

20 October 2024   |   21:30 WIB
Image
Muhammad Diva Farel Ramadhan Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Sebelum manusia berani meninggalkan atmosfer Bumi, sekelompok kecil hewan telah membuka jalan dalam eksplorasi pengetahuan umat manusia. Hewan-hewan ini menjadi 'astronaut' pertama yang memungkinkan para ilmuwan memahami dampak perjalanan luar angkasa terhadap makhluk hidup. 

Dari lalat buah hingga primata, hewan ini dikirim dalam misi yang membangun fondasi eksplorasi luar angkasa manusia. Namun, kisah-kisah tentang para pelopor luar angkasa ini sering kali kurang dihargai, meskipun peran mereka sangat penting dalam salah satu pencapaian terbesar umat manusia.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah hewan-hewan yang berhasil dikirim ke luar Bumi.

Baca juga: Polaris Dawn, Misi Antariksa untuk Periksa Kesehatan Manusia di Luar Angkasa
 

1. Lalat Buah

Makhluk hidup pertama yang meninggalkan atmosfer Bumi bukanlah mamalia melainkan lalat buah. Dikirim dengan roket V-2 yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 1947. Serangga kecil ini dipilih karena kesederhanaan biologisnya, yang membuat mereka menjadi kandidat ideal untuk mempelajari dampak paparan radiasi di luar angkasa. 

Terbang hingga ketinggian 68 mil, lalat buah tersebut kembali ke Bumi dengan selamat, menandai misi ruang angkasa pertama yang berhasil melibatkan makhluk hidup. 
 

2. Kera 

Astronot primata pertama, Albert, seekor kera rhesus, menempuh jarak lebih dari 63 kilometer dengan roket V-2 pada 11 Juni 1948. Namun, Albert meninggal karena mati lemas selama penerbangan. Kemudian Albert II menggantikan Albert dan berhasil selamat dari penerbangan V-2, tetapi meninggal pada 14 Juni 1949 akibat benturan setelah parasut gagal berfungsi.

Penerbangan Albert II mencapai ketinggian 134 kilometer, melewati garis Kármán yang menandai batas awal ruang angkasa. Dia menjadi monyet dan primata pertama yang mencapai luar angkasa.

Pengorbanan Albert II membantu para peneliti mengumpulkan data penting tentang tantangan fisiologis perjalanan luar angkasa, termasuk tekanan ekstrem saat peluncuran dan kembali. Ini menjadi awal dari era letola hewan memainkan peran vital dalam ilmu pengetahuan luar angkasa. 
 

3. Anjing

Salah satu 'astronaut' hewan yang paling terkenal adalah Laika, seekor anjing liar dari jalanan Moskow. DIa menjadi hewan pertama yang mengorbit Bumi pada 1957. Laika berada di atas Sputnik 2, sebuah pesawat luar angkasa Soviet, dalam misi yang tidak hanya merupakan pernyataan politik penting selama Perang Dingin. tetapi juga prestasi ilmiah yang besar.

Namun, misi Laika adalah perjalanan satu arah. Pada saat itu, belum ada teknologi yang memungkinkan dia kembali dengan selamat ke Bumi, dan dia meninggal beberapa jam setelah peluncuran. 

Meskipun pengorbanannya memicu perdebatan etis di seluruh dunia, misi Laika membuktikan bahwa makhluk hidup bisa bertahan melalui peluncuran dan tahap awal perjalanan luar angkasa. Hal ini menjadi tonggak penting untuk penerbangan luar angkasa manusia. 

Hampir 50 tahun setelah penerbangan bersejarah Laika, tepatnya pada 2008, sebuah monumen untuk anjing astronaut tersebut didirikan di luar Star City, fasilitas militer Rusia tempat Laika dilatih sebelum misinya. Monumen itu berbentuk roket yang mengarah ke atas dan menyatu menjadi tangan, seolah-olah meluncurkan Laika ke luar angkasa.
 

4. Kura-Kura, Katak, dan Laba-laba 

Seiring misi luar angkasa yang makin kompleks, begitu pula beragam spesies yang dikirim ke orbit. Pada 1968, Uni Soviet mengirim dua kura-kura, cacing, dan lalat dalam misi Zond 5 untuk mengorbit Bulan. Hewan-hewan ini menjadi makhluk Bumi pertama yang mengelilingi Bulan dan kembali dalam keadaan hidup. 

Misi lainnya melibatkan berbagai jenis hewan, termasuk katak, ikan, dan bahkan laba-laba. Pada 1973, dua ekor laba-laba kebun Eropa, Anita dan Arabella, dikirim ke stasiun luar angkasa Skylab untuk menguji bagaimana gravitasi nol memengaruhi kemampuan mereka membuat jaring. 

Eksperimen yang diusulkan oleh Judy Miles tersebut, menunjukkan bahwa laba-laba tetap berhasil membangun jaring yang terlihat normal, tapi serat sutranya lebih halus dibandingkan di Bumi, dengan ketebalan yang bervariasi. Hal ini berbeda dari sutra laba-laba di Bumi yang memiliki ketebalan seragam. 

Baca juga: NASA Gelar Kompetisi Daur Ulang Sampah Luar Angkasa, Siapkan Hadiah Sebesar US$3 Juta

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Ucapan & Harapan Para Selebritas untuk Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming

BERIKUTNYA

Begini Cara Ernest Prakasa Hindari Bias dalam Proses Kreatif Film Cinta Tak Seindah Drama Korea

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: