Jajaran produser dan sutradara film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis Eksplorasi Tema Support Group Dalam Kesehatan Mental

11 October 2024   |   06:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Rumah produksi Sinemaku Pictures kembali mengeksplorasi tema kesehatan mental dalam film terbarunya bertajuk Bolehkah Sekali Saja Kumenangis. Dalam film yang diproduksi Reka Wijaya tersebut, cerita filmnya akan berkutat pada fenomena support group yang belakangan mulai bermunculan.

Support group adalah wadah bagi mereka yang ingin saling bercerita dengan aman dan nyaman. Sekelompok orang yang berkumpul ini secara teratur akan saling memberikan dukungan, berbagi pengalaman, maupun inspirasi.

Baca juga: Cek Sinopsis Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Tayang 18 Oktober 2024 di Bioskop

Dalam beberapa film terakhirnya, rumah produksi yang didirikan oleh Uma Shahab dan Prilly Latuconsina ini memang kerap mengangkat isu kesehatan mental. Hal tersebu misalnya dapat terlihat di film Kukira Kau Rumah dan Ketika Berhenti di Sini.

Produser Umay Shahab mengatakan tema kesehatan mental memang masih menjadi bahan eksplorasi rumah produksinya. Menurutnya, isu-isu mengenai kesehatan mental memang tidak ada habisnya.

Setelah sebelumnya Sinemaku Pictures berfokus pada bipolar, kali ini Umay ingin menyentuh sesuatu yang lain, yakni support group. Menurut Umay, support group di Indonesia memang belum terlalu masif, tetapi ada dan setelah dikulik rupanya punya peran sangat penting.
 

Bagi Umay, fenomena support group ini cukup menarik. Secara cerita, sifatnya juga lentur dan bisa dikaitkan dengan berbagai hal. Ketika sedang diskusi, rekannya, Prilly Latuconsina kemudian mencoba memberi ide tambahan.

“Dari isu support group ini, Prilly kemudian datang dengan ide eksplorasi tentang orang tua yang toxic dan abusive,” ujar Umay dalam konferensi pers.

Umay mengatakan dalam membuat sebuah film, Sinemaku Pictures selalu berusaha mengangkat cerita yang dekat dengan anak-anak muda. Isu support group dinilainya sedang hangat di kalangan anak muda.

Menurutnya, dengan mengangkat isu yang sesuai dengan usianya, pola penceritaan yang dibawa di film juga akan lebih dalam. Sebab, sebagai sineas, ada keterhubungan antara pembuat film dan filmnya itu sendiri.

Sementara itu, produsek eksekutif Prilly Latuconsina mengatakan kesehatan mental masih menjadi tema eksplorasinya karena beberapa alasan. Salah satunya adalah karena isu ini masih kerap dianggap sebagai sesuatu yang tabu.

Mungkin, kata Prilly, generasi yang lebih muda sudah lebih aware dengan masalah kesehatan mental. Namun, bagi generasi yang lebih tua, hal-hal seperti ini mungkin belum terlalu diperhatikan.

Dengan pandangan seperti ini, film barunya kemudian mencoba menjadi  jembatatan atas gap itu. Di film ini, ada karakter anak dan orang tua yang berada di persimpangan soal kesehatan mental dan kepatuhan dengan orang tua.

“Aku selalu mikir, film itu adalah medium yang kuat banget untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat,” ungkapnya.

Prilly ingin film ini menjadi pemantik obrolan-obrolan mengenai isu kesehatan mental. Sebab, dirinya ingin ke depan isu-isu seperti ini tidak lagi dianggap tabu, terutama bagi korban. Dengan demikian, mereka bisa lebih tahu kondisi yang terjadi padanya dan cara untuk keluar dari masalah.

Perempuan berumur 27 tahun ini menyadari isu kesehatan mental bukanlah hal yang remeh. Dia pun tak ingin isu penting ini hanya sebagai komodifikasi semata.
 

Untuk itulah, sebelum membuat film ini, dirinya juga membuka ruang asistensi dengan Komnas Perempuan dan stakeholder lain untuk sama-sama mengatasi kekerasan berbasis gender. Bersama mereka, Prilly mencoba membedah naskah dan mencari jalan keluar yang tepat bagi karakter di dalamnya untuk keluar dari masalahnya.

Menurutnya, proses menuju jalan keluar terkait kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting. Dia tak ingin filmnya justru mengarahkan ke hal yang justru seharusnya tak dilakukan.

“Kita sama-sama punya konsen agar film ini tidak menggambarkan penyelesaian yang harusnya tidak dilakukan oleh mereka. Karena isu penyintas ini kan berhubungan dengan kekerasan berbasis gender juga,” imbuhnya.

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis bercerita tentang kehidupan perempuan bernama Tari. Setelah kakaknya pergi meninggalkan rumah, Tari berjuang sendirian untuk menyelamatkan ibunya dari ayahnya yang abusive.

Di sisi lain, Tari juga menyimpan banyak trauma sejak dia kecil. Suatu hari, dia menemukan support group, sebuah komunitas untuk saling berbagi kisah. Namun, dia juga menyadari, keluar dari masalah tak semudah membalikkan sebelah tangan.

Dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Dikta Wicaksono, film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 17 Oktober 2024.

Baca juga: First Look Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis Dirilis, Prilly Latuconsina Tampil Beda

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

 

SEBELUMNYA

Penulis Korea Selatan Han Kang Sabet Hadiah Nobel Sastra 2024

BERIKUTNYA

Seoulcon APAN Star Awards Siap Digelar Desember 2024, Catat Tanggal & Lokasinya!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: