Languishing, Hidup Terasa Hampa Hingga "Mentok"
16 June 2021 |
13:27 WIB
Pandemi virus corona membuat perubahan signifikan pada semua aspek kehidupan. Kesehatan mental banyak orang pun terganggu.
Tak sedikit yang mengalami depresi atas perubahan rutinitas ditambah lagi ketidakjelasan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Depresi ditandai dengan kesedihan mendalam, rasa putus asa, pesimis dalam kehidupan, hingga munculnya pemikiran untuk mengakhiri hidup. Kondisi ini bisa mengarah kepada gangguan mental.
Di sisi lain, tak sedikit orang merasa hidupnya hampa dan stagnan. Mereka tidak depresi tetapi emosinya pun tidak positif atau bahagia.
Kata Psikolog Klinis Gisella Tani Pratiwi, kondisi ini disebut sebagai languishing. Istilah yang mendeskripsikan perasaan atau dinamika kita ketika merasa hampa, stagnan, monoton, 'mentok' dalam menjalani hidup.
"Hampa itu artinya kita tidak terlalu merasa happy dan tidak terlalu ada energi. Tidak merasa sedih banget, tapi hampa saja, kita ngambang. Kemudian monoton," ujarnya dalam diskusi virtual "Fenomena Languishing & Kiat Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi" yang digelar Bisnis Indonesia, Rabu (16/6/2021).
Bisa saja dikaitkan dengan jenuh. Namun, untuk jenuh khususnya dalam pekerjaan, menurut dia, sejauh ini bukan gangguan kesehatan mental, lebih kepada respon emosi kita pada situasi pandemi ini.
"Sedikit akan dampak ke fisik karena apa yang terjadi secara psikologis akan berpengaruh ke fisik," tutur Gisella.
Sementara itu, mereka yang mengalami langushing tetap bisa bekerja atau melakukan tugas serta memenuhi targetnya, tetapi selalu saja merasa tidak optimal.
Kata Gisella, ada ahli yang meneliti bahwa mereka yang mengalami langushing dan tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa mengalami gangguan kesehatan mental yang lebih serius, termasuk salah satunya depresi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Tak sedikit yang mengalami depresi atas perubahan rutinitas ditambah lagi ketidakjelasan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Depresi ditandai dengan kesedihan mendalam, rasa putus asa, pesimis dalam kehidupan, hingga munculnya pemikiran untuk mengakhiri hidup. Kondisi ini bisa mengarah kepada gangguan mental.
Di sisi lain, tak sedikit orang merasa hidupnya hampa dan stagnan. Mereka tidak depresi tetapi emosinya pun tidak positif atau bahagia.
Kata Psikolog Klinis Gisella Tani Pratiwi, kondisi ini disebut sebagai languishing. Istilah yang mendeskripsikan perasaan atau dinamika kita ketika merasa hampa, stagnan, monoton, 'mentok' dalam menjalani hidup.
"Hampa itu artinya kita tidak terlalu merasa happy dan tidak terlalu ada energi. Tidak merasa sedih banget, tapi hampa saja, kita ngambang. Kemudian monoton," ujarnya dalam diskusi virtual "Fenomena Languishing & Kiat Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi" yang digelar Bisnis Indonesia, Rabu (16/6/2021).
Bisa saja dikaitkan dengan jenuh. Namun, untuk jenuh khususnya dalam pekerjaan, menurut dia, sejauh ini bukan gangguan kesehatan mental, lebih kepada respon emosi kita pada situasi pandemi ini.
"Sedikit akan dampak ke fisik karena apa yang terjadi secara psikologis akan berpengaruh ke fisik," tutur Gisella.
Sementara itu, mereka yang mengalami langushing tetap bisa bekerja atau melakukan tugas serta memenuhi targetnya, tetapi selalu saja merasa tidak optimal.
Kata Gisella, ada ahli yang meneliti bahwa mereka yang mengalami langushing dan tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa mengalami gangguan kesehatan mental yang lebih serius, termasuk salah satunya depresi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.