Ilustrasi kanker prostat (Sumber gambar: Mitchell Hollander/Unsplash)

Kenali Gejala dan Faktor Risiko Kanker Prostat di Kalangan Pria

13 October 2024   |   14:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Meski bulan kesadaran kesehatan pria akan jatuh pada November, kepedulian terhadap salah satu penyakit berbahaya di kelompok ini, yakni kanker prostat sudah diperingati sejak sekarang. Kanker prostat mendapat sorotan dalam masalah kesehatan pria karena angkanya yang terus meningkat.

Data Globocan (2020) menyebutkan sebanyak 13.563 pasien kanker didera kanker prostat. Angka itu menyumbang 7,4 persen dari keseluruhan kasus kanker pada pria. 

Berdasarkan laporan European Association of Urology (EAU) 24, negara-negara Asia Tenggara mengalami lonjakan insidensi kanker prostat dari 8,3 pada 2008 ke 11,2 pada 2012. Angka kematiannya juga naik dari 5,1 pada 2008 menuju 6,7 pada 2012. Jika diakumulasi, angka kejadian dan kematian akibat kanker prostat meningkat sampai 1,5-3 kali dalam 10 tahun terakhir.
 
Apabila dilihat dari skala global, kanker prostat menjadi salah satu penyakit yang menduduki peringkat kedua dalam angka kejadian kanker di kalangan pria di seluruh dunia. 

Baca juga: Waspadai Kanker Prostat dan Dampaknya Bagi Fungsi Seksual Pria

Dokter Spesialis Bedah Urologi RS Lavalette Kurnia Pentan Seputra  menjelaskan, sekitar 1,4 juta pria terdiagnosis kanker prostat, dengan 375.000  kematian pada 2020. “Angka-angka tersebut menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan kanker prostat, terutama di kalangan pria,” katanya.
 
Kurnia menjelaskan, angka kanker prostat yang berkembang signifikan dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang kian menurun, seiring juga rendahnya kesadaran akan bahaya kanker ini. Padahal, kanker dapat diatasi dengan satu langkah lebih awal untuk melakukan deteksi dini.
 
Kanker prostat sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Letak kanker yang berada di daerah perifer prostat membuatnya tidak langsung menimbulkan gangguan pada saluran urin. Hal ini mengakibatkan banyak pasien datang untuk mendapatkan perawatan ketika kanker sudah berada dalam stadium lanjut, yang berdampak pada rendahnya angka harapan hidup. 
 
Karena tak ada gejala yang dirasa spesifik saat awal kemunculannya, Kurnia merekomendasikan agar pria berusia 45-50 tahun melakukan pemeriksaan rutin, utamanya bagi mereka yang memiliki faktor risiko, seperti riwayat keluarga atau gaya hidup tidak sehat.

"Pemeriksaan seperti Digital Rectal Examination (DRE) dan kadar PSA (Prostate-Specific Antigen) dapat dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan kanker prostat," jelasnya.
 
Kurnia juga menekankan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko kanker prostat. Misalnya, dengan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan serta menghindari kebiasaan merokok dapat membantu menurunkan risiko kanker prostat.
 

Terapi Sistemik pada Kanker Prostat

Ilustrasi pengobatan kanker (Sumber gambar: National Cancer Institute/Unsplash)

Ilustrasi pengobatan kanker (Sumber gambar: National Cancer Institute/Unsplash)

Angka kejadian kanker prostat yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam 10 tahun terakhir menandai risiko terkena kanker ini makin tinggi juga. Seiring bertambahnya usia, Dokter Spesialis Urologi National Hospital Surabaya Lukman Hakim mengatakan risiko ini akan mendatangi semua pria yang menua.
 
Setelah usia 45 tahun, pria perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker prostat. Ini menekankan bahwa pemeriksaan dan skrining harus diupayakan sejak dini, utamanya bagi mereka kelompok usia yang sudah berisiko.
 
Sayangnya, data menunjukkan bahwa banyak pasien kanker prostat di Indonesia datang dengan keluhan sudah dalam stadium lanjut. “Kanker prostat sering kali terdeteksi pada stadium lanjut dengan sekitar 60 persen kasus ditemukan dalam kondisi stadium 4 saat pemeriksaan awal,” jelas Lukman. 
 
Dalam penanganannya, terapi sistemik menjadi pilihan utama untuk kanker prostat stadium lanjut. Terapi ini mencakup berbagai jenis pengobatan seperti injeksi hormon, kemoterapi, dan imunoterapi. Tujuan dari terapi sistemik adalah untuk membunuh sel kanker secara langsung atau meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan sel kanker.
 
Implementasi terapi sistemik bervariasi tergantung pada kondisi pasien dan stadium kanker yang diderita. Oleh karena itu, kata Lukman, diskusi dengan dokter spesialis urologi diperlukan untuk menentukan terapi yang paling tepat.

"Terapi yang tidak optimal akan memperpendek masa remisi dan mempercepat kekambuhan kanker. Oleh karena itu, penting untuk melakukan terapi secara optimal dan sesuai dengan rekomendasi dokter,” jelasnya.
 
Peningkatan kesadaran dan tindakan proaktif dari masyarakat diharapkan dapat menekan angka kejadian dan kematian akibat kanker prostat di Indonesia. Lukman berharap, pria berusia mulai dari 45 tahun, utamanya yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga untuk segera memeriksakan diri melalui skrining kanker prostat. 

Baca juga: Intip 3 Inovasi Teknologi Medis Terbaru, Dari Restorasi Gigi Sampai Atasi Prostat

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Menikmati Kuliner Laut Berlatar Keindahan Mangrove di Desa Budeng Bali

BERIKUTNYA

10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: