Ilustrasi dokter (dok: Unsplash/Online Marketing)

Diagnosis Kanker Prostat yang Banyak Mengancam Pria

09 September 2021   |   11:30 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Kanker prostat bagi sebagian orang mungkin belum begitu familiar. Padahal, kanker prostat merupakan salah satu kanker yang paling banyak dialami oleh pria di dunia. Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan kelima jenis kanker yang paling banyak diderita oleh pria, menurut data Global Burden of Cancer 2020. 

Belum diketahui secara jelas apa yang menjadi penyebab dari kanker prostat. Namun yang jelas, terbentuknya kanker prostat dimulai ketika sel-sel di prostat mengalami perubahan dalam DNA mereka. DNA sel berisi instruksi yang memberi tahu sel apa yang harus dilakukan. Perubahan tersebut memberi tahu sel untuk tumbuh dan membelah lebih cepat daripada sel normal.

Sel abrnomal itu pun terus hidup, ketika sel lain mati. Sel abnormal yang terakumulasi membentuk tumor yang dapat tumbuh untuk menyerang jaringan di sekitarnya. Pada akhirnya, beberapa sel abnormal dapat menyebar atau bermetastatis ke bagian tubuh lainnya.

Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti nyeri tulang, fraktur patologis, ataupun penekanan sumsum tulang.

Penegakkan diagnosis kanker prostat hanya dapat dilakukan dengan operasi atau biopsi prostat. Indikasi biopsi prostat adalah ditemukan kelainan pada saat pemeriksaan colok dubur atau pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging/MRI).

Namun, saat ini masih berkembang mitos bahwa dengan dilakukan biopsi prostat akan menyebabkan terjadi risiko penyebaran kanker prostat. Setelah ditentukan diagnosis kanker prostat melalui pemeriksaan patologi anatomi dengan mikroskop, langkah selanjutnya adalah menentukan apakah terdapat penyebaran di tempat lain.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi (USG), CT scan, MRI, sidik tulang (bone scan), dan positron emission tomography (PET) scan khusus atau PSMA pet scan.

Pada tahap awal, kanker prostat sangat mungkin tidak menimbulkan tanda atau gejala. Kanker prostat stadium lanjut dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti kesulitan buang air kecil, kekuatan menurun dalam aliran pancanan urin, darah dalam urin, darah di air mani, sakit tulang, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, dan disfungsi ereksi.

Kepala Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) mengungkapkan bahwa sebagian pasien kanker prostat di Indonesia didiagnosis saat sudah pada stadium lanjut. Kebanyakan dari mereka datang atau terdiagnosis pada usia 60-79 tahun.

Padahal pasien kanker prostat yang terdiagnosis dan ditangani lebih awal memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90 persen. Angka ini akan menurun sampai menjadi 50 persen apabila ditemuam pada stadium lanjut. 

"Di Indonesia saat ini terdapat cukup banyak angka kejadian kasus kanker prostat yang ditemukan dalam stadium lanjut. Tercatat menurut beberapa publikasi terakhir menunjukkan bahwa kebanyakan pasien yang datang pada saat stadium 4," paparnya dalam satu diskusi virtual, belum lama ini.

Pasien yang didiagnosis mengidap kanker prostat harus menjalani beberapa terapi tergantung pada stadium apa kanker ini terdiagnosis. Pada kanker prostat stadium rendah dapat dilakukan pemantauan ketat, operasi, dan radioterapi.

Adapun, untuk kanker prostat stadium lanjut yang terlokalisasi akan dilakukan radioterapi pada pasien. Sedangkan untuk kasus prostat yang sudah menyebar dilakukan terapi hormonal dan juga kemoterapi.

Untuk menurunkan risiko kanker prostat, kalian dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti dengan melakukan diet sehat tinggi serat atau konsumsi buah dan sayuran. Tentunya tak lupa gaya hidup aktif dengan berolahraga.



Editor: Roni Yunianto

 

SEBELUMNYA

Begini Kostum Baru Jason Momoa di Sekuel 'Aquaman'

BERIKUTNYA

5 Alasan Pentingnya Riset Pasar Sebelum Memulai Bisnis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: