Menikmati Kuliner Laut Berlatar Keindahan Mangrove di Desa Budeng Bali
09 October 2024 |
07:00 WIB
Tidak hanya dikenal dengan sejuta budaya dan keindahan alamnya, kuliner Bali juga menarik banyak wisatawan lokal dan mancanegara untuk mencicipinya. Di antara beragam kuliner kontemporer, Bali masih menyimpan nadi kuliner lokal berbasis ekowisata dengan konsep berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan keberadaan Warung Mangrove yang menjadi wajah kuliner Desa Budeng, Kabupaten Jembrana, Bali.
Di sana, terdapat sebuah warung sederhana dengan cita rasa kuliner yang luar biasa. Menariknya, Warung Mangrove ini menawarkan pengalaman kuliner yang tak hanya memanjakan lidah tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan. Warung Mangrove didirikan pada 2021 sebagai contoh integrasi antara ekowisata, pelestarian mangrove, dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui hasil tangkapan laut.
Warung Mangrove menyajikan berbagai jenis kuliner olahan laut yang diambil langsung dari hasil tangkapan masyarakat lokal. Menu-menu yang ditawarkan meliputi ikan segar, udang, kepiting bakau, dan keran yang semuanya diperoleh dari kawasan mangrove di sekitar desa.
Baca juga: Mencicipi Kekayaan Kuliner Nusantara di Flavors of Indonesia dari Iga Sapi hingga Selat Solo
Para pengunjung dapat menikmati hidangan khas seperti olahan udang segar yang dimasak dengan bumbu khas Bali, ikan bakar yang diolesi rempah dengan aroma smoky, hingga olahan kepiting saus dengan cita rasa manis dan pedas. Olahan laut lainnya seperti aneka kerang yang dimasak dengan bumbu khas dan bercita rasa gurih pun dapat dinikmati sesuai selera.
Ketua KTH Wana Mertha Desa Budeng Jembrana, Bali I Putu Madiasa mengatakan, setiap hidangan dibuat tidak hanya mengedepankan rasa, tetapi juga memanfaatkan hasil tangkapan lokal yang dikelola dengan prinsip keberlanjutan.
“Warung Mangrove menawarkan suasana makan yang unik dengan pemandangan hutan mangrove dan menyajikan beragam menu yang berasal dari hasil tangkapan masyarakat yang kemudian dimasak oleh kelompok perempuan Desa Budeng,” jelas Putu Madiasa.
Putu Madiasa menjelaskan, Warung Mangrove merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kawasan mangrove sebagai lokasi ekowisata yang kami lakukan adalah berbasis kuliner. Sebagaimana diketahui, kawasan mangrove Budeng kaya akan biota seperti ikan, udang, kepiting bakau, kerang, dan lainnya.
Masyarakat desa Budeng dan sekitarnya datang menangkap dan mengumpulkannya untuk dijual dan dikonsumsi. Hasil tangkapan ini juga memenuhi kebutuhan Warung Mangrove dalam melengkapi menu-menu yang mereka tawarkan.
Pemanfaatan dan pelestarian mangrove secara kolaboratif meluaskan manfaat tak hanya di desa Budeng, tetapi juga ke desa sekitarnya. Karena mangrove menjadi rumah bagi biota seperti udang, kepiting, dan lainnya, maka masyarakat lokal dan wisatawan bisa mencicipi hasil tangkapan dengan konsep berkelanjutan ini.
Warung Mangrove menawarkan suasana makan yang unik dengan pemandangan hutan mangrove. Suasana di Warung Mangrove memberikan pemandangan menenangkan dengan latar belakang hutan mangrove yang rimbun. Pengunjung tidak hanya dapat menikmati hidangan seafood, tetapi juga menikmati keindahan alam sekitar yang mempesona.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Kuliner di Kota Kupang
Dengan suasana yang sejuk dan alami, Warung Mangrove menawarkan pengalaman makan yang unik dan memuaskan. Di tengah keindahan hutan mangrove ini, pengunjung dapat merasakan rasa otentik dari laut sambil turut mendukung konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain menyajikan makanan, Warung Mangrove di desa Budeng memainkan peran penting bagi keberlanjutan pelestarian mangrove di desa Budeng. Di Warung Mangrove ini, KTH memasarkan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) miliknya, seperti Teh Donju, Keripik Mangrove, dan Pil Mangrove.
Berbagai produk ini masih berskala rumah tangga dan diproduksi oleh bersama masyarakat sekitar dengan memanfaatkan daun dan buah mangrove. Pengunjung bisa melipir dan mencicipi aneka olahan makanan dari masyarakat lokal Bali dengan harga mulai dari Rp50.000 saja.
Editor: Fajar Sidik
Di sana, terdapat sebuah warung sederhana dengan cita rasa kuliner yang luar biasa. Menariknya, Warung Mangrove ini menawarkan pengalaman kuliner yang tak hanya memanjakan lidah tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan. Warung Mangrove didirikan pada 2021 sebagai contoh integrasi antara ekowisata, pelestarian mangrove, dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui hasil tangkapan laut.
Warung Mangrove menyajikan berbagai jenis kuliner olahan laut yang diambil langsung dari hasil tangkapan masyarakat lokal. Menu-menu yang ditawarkan meliputi ikan segar, udang, kepiting bakau, dan keran yang semuanya diperoleh dari kawasan mangrove di sekitar desa.
Baca juga: Mencicipi Kekayaan Kuliner Nusantara di Flavors of Indonesia dari Iga Sapi hingga Selat Solo
Para pengunjung dapat menikmati hidangan khas seperti olahan udang segar yang dimasak dengan bumbu khas Bali, ikan bakar yang diolesi rempah dengan aroma smoky, hingga olahan kepiting saus dengan cita rasa manis dan pedas. Olahan laut lainnya seperti aneka kerang yang dimasak dengan bumbu khas dan bercita rasa gurih pun dapat dinikmati sesuai selera.
Ketua KTH Wana Mertha Desa Budeng Jembrana, Bali I Putu Madiasa mengatakan, setiap hidangan dibuat tidak hanya mengedepankan rasa, tetapi juga memanfaatkan hasil tangkapan lokal yang dikelola dengan prinsip keberlanjutan.
“Warung Mangrove menawarkan suasana makan yang unik dengan pemandangan hutan mangrove dan menyajikan beragam menu yang berasal dari hasil tangkapan masyarakat yang kemudian dimasak oleh kelompok perempuan Desa Budeng,” jelas Putu Madiasa.
Putu Madiasa menjelaskan, Warung Mangrove merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kawasan mangrove sebagai lokasi ekowisata yang kami lakukan adalah berbasis kuliner. Sebagaimana diketahui, kawasan mangrove Budeng kaya akan biota seperti ikan, udang, kepiting bakau, kerang, dan lainnya.
Aneka menu di Warung Mangrove, Desa Budeng, Bali (Sumber gambar: Instagram.com/warungmangrove)
Masyarakat desa Budeng dan sekitarnya datang menangkap dan mengumpulkannya untuk dijual dan dikonsumsi. Hasil tangkapan ini juga memenuhi kebutuhan Warung Mangrove dalam melengkapi menu-menu yang mereka tawarkan.
Pemanfaatan dan pelestarian mangrove secara kolaboratif meluaskan manfaat tak hanya di desa Budeng, tetapi juga ke desa sekitarnya. Karena mangrove menjadi rumah bagi biota seperti udang, kepiting, dan lainnya, maka masyarakat lokal dan wisatawan bisa mencicipi hasil tangkapan dengan konsep berkelanjutan ini.
Warung Mangrove menawarkan suasana makan yang unik dengan pemandangan hutan mangrove. Suasana di Warung Mangrove memberikan pemandangan menenangkan dengan latar belakang hutan mangrove yang rimbun. Pengunjung tidak hanya dapat menikmati hidangan seafood, tetapi juga menikmati keindahan alam sekitar yang mempesona.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Kuliner di Kota Kupang
Dengan suasana yang sejuk dan alami, Warung Mangrove menawarkan pengalaman makan yang unik dan memuaskan. Di tengah keindahan hutan mangrove ini, pengunjung dapat merasakan rasa otentik dari laut sambil turut mendukung konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain menyajikan makanan, Warung Mangrove di desa Budeng memainkan peran penting bagi keberlanjutan pelestarian mangrove di desa Budeng. Di Warung Mangrove ini, KTH memasarkan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) miliknya, seperti Teh Donju, Keripik Mangrove, dan Pil Mangrove.
Berbagai produk ini masih berskala rumah tangga dan diproduksi oleh bersama masyarakat sekitar dengan memanfaatkan daun dan buah mangrove. Pengunjung bisa melipir dan mencicipi aneka olahan makanan dari masyarakat lokal Bali dengan harga mulai dari Rp50.000 saja.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.