Indonesia Dominasi Pasar E-commerce Asean, Dipacu Influencer & Live Commerce
07 October 2024 |
16:10 WIB
Indonesia sedang mengalami ledakan transaksi e-commerce yang menjadikannya salah satu pasar terbesar dan paling dinamis di Asia Tenggara. Dengan dominasi hampir 42 persen dari total pasar regional, transformasi ini didorong oleh inovasi digital, kian populernya belanja online, dan kekuatan influencer.
Konsumen Indonesia semakin mengandalkan live commerce dan platform sosial untuk berbelanja, menciptakan ekosistem digital yang terus berkembang dan menawarkan peluang besar bagi merek lokal maupun global. Fenomena ini menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam peta e-commerce global.
Baca juga: Kelas Menengah Diprediksi Tetap Dorong Transaksi Harbolnas E-commerce
Impact.com, platform manajemen kemitraan global, bekerja sama dengan Cube Asia, penyedia intelijen pasar e-commerce di Asia Tenggara, merilis laporan terbaru yang mengungkap transformasi lanskap dagang elektronik di kawasan ini.
Berjudul E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia, laporan tersebut menyoroti peran penting pemasaran influencer dalam menghadapi perubahan dinamis, termasuk munculnya platform inovatif dan pergeseran ekspektasi konsumen.
Dengan fokus khusus pada pasar Indonesia, laporan ini menunjukkan bagaimana strategi pemasaran yang adaptif menjadi kunci untuk tetap relevan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Laporan ini mengungkap bahwa Indonesia, sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, menguasai 42 persen dari total pasar, jauh melampaui Thailand yang hanya mencapai 16?n Filipina sebesar 12 persen.
Berdasarkan survei terhadap lebih dari 400 orang dewasa Indonesia (berusia 18 tahun ke atas), terungkap bahwa Instagram dan YouTube adalah platform yang paling populer, masing-masing dengan tingkat penggunaan 87 persen, disusul oleh TikTok di angka 77 persen.
Mega influencer (70 persen), selebritas (69 persen), dan makro influencer (62 persen) terbukti memiliki pengaruh besar, di mana responden mengakui bahwa mereka berperan signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Berbeda dengan rata-rata di Asia Tenggara, pengaruh rekomendasi influencer lebih kuat di Indonesia, di mana 88 persen konsumen membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer, dibandingkan dengan 82 persen di tingkat regional.
Influencer memiliki dampak paling besar pada pembelian produk kecantikan (64 persen) dan fesyen (70 persen), menegaskan peran penting mereka dalam kedua kategori ini.
Lanskap e-commerce di Asia Tenggara berkembang pesat, tidak hanya dari sisi pertumbuhan tetapi juga dalam hal kebutuhan akan strategi yang lebih cerdas dan berbeda. Saluran periklanan tradisional semakin kehilangan daya tariknya karena konsumen kini lebih menginginkan konten yang autentik dan relevan.
Menurut Antoine Gross, General Manager Asia Tenggara dan India di Impact.com, pemasaran influencer bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan.
“Laporan terbaru kami menunjukkan fakta yang jelas: influencer tidak hanya mendorong konversi produk fisik, tetapi juga di sektor-sektor yang berkembang pesat seperti perjalanan online dan layanan berlangganan,” ujar Gross.
Berdasarkan berbagai survei konsumen dan wawancara dengan pemasar serta pembuat merek ternama, laporan terbaru mereka menunjukkan bahwa pengaruh influencer kini mengubah cara merek berinteraksi dengan audiens di Malaysia dan wilayah lainnya. Merek yang tidak beradaptasi dengan tren ini berisiko tertinggal dalam persaingan.
Berikut adalah poin-poin penting yang dapat diperhatikan oleh brand yang ingin mengembangkan atau meningkatkan strategi influencer mereka:
Di Indonesia, kategori Media & Hiburan memiliki jumlah pelanggan terbanyak, dengan selisih signifikan sebesar 75 persen. Influencer memainkan peran kunci dalam mendorong adopsi di kategori ini, serta sangat efektif di kategori Berita & Sastra (90 persen) dan Hewan Peliharaan (87 persen).
Livestreaming komersial telah mencapai adopsi massal di Indonesia, dengan TikTok memimpin penggunaan sebesar 77 persen. Shopee mengikuti di belakangnya, hanya terpaut 3 poin persentase dengan tingkat penggunaan 74 persen.
Bagi masyarakat Indonesia, hiburan dan tren baru adalah aspek penting, tapi penawaran menarik (83 persen) dan ulasan produk (65 persen) tetap menjadi alasan utama dalam mengonsumsi konten live commerce.
Aktivitas & Atraksi menjadi kategori perjalanan paling populer dengan adopsi sebesar 66 persen di Indonesia. Sementara itu, Akomodasi dan Penerbangan tertinggal dengan tingkat adopsi masing-masing sebesar 41 persen dan 38 persen.
Baca juga: Makin Menjamur, Perlukah Etika Profesi Influencer?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Konsumen Indonesia semakin mengandalkan live commerce dan platform sosial untuk berbelanja, menciptakan ekosistem digital yang terus berkembang dan menawarkan peluang besar bagi merek lokal maupun global. Fenomena ini menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam peta e-commerce global.
Baca juga: Kelas Menengah Diprediksi Tetap Dorong Transaksi Harbolnas E-commerce
Impact.com, platform manajemen kemitraan global, bekerja sama dengan Cube Asia, penyedia intelijen pasar e-commerce di Asia Tenggara, merilis laporan terbaru yang mengungkap transformasi lanskap dagang elektronik di kawasan ini.
Berjudul E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia, laporan tersebut menyoroti peran penting pemasaran influencer dalam menghadapi perubahan dinamis, termasuk munculnya platform inovatif dan pergeseran ekspektasi konsumen.
Dengan fokus khusus pada pasar Indonesia, laporan ini menunjukkan bagaimana strategi pemasaran yang adaptif menjadi kunci untuk tetap relevan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Laporan ini mengungkap bahwa Indonesia, sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, menguasai 42 persen dari total pasar, jauh melampaui Thailand yang hanya mencapai 16?n Filipina sebesar 12 persen.
Berdasarkan survei terhadap lebih dari 400 orang dewasa Indonesia (berusia 18 tahun ke atas), terungkap bahwa Instagram dan YouTube adalah platform yang paling populer, masing-masing dengan tingkat penggunaan 87 persen, disusul oleh TikTok di angka 77 persen.
Mega influencer (70 persen), selebritas (69 persen), dan makro influencer (62 persen) terbukti memiliki pengaruh besar, di mana responden mengakui bahwa mereka berperan signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Berbeda dengan rata-rata di Asia Tenggara, pengaruh rekomendasi influencer lebih kuat di Indonesia, di mana 88 persen konsumen membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer, dibandingkan dengan 82 persen di tingkat regional.
Influencer memiliki dampak paling besar pada pembelian produk kecantikan (64 persen) dan fesyen (70 persen), menegaskan peran penting mereka dalam kedua kategori ini.
Lanskap e-commerce di Asia Tenggara berkembang pesat, tidak hanya dari sisi pertumbuhan tetapi juga dalam hal kebutuhan akan strategi yang lebih cerdas dan berbeda. Saluran periklanan tradisional semakin kehilangan daya tariknya karena konsumen kini lebih menginginkan konten yang autentik dan relevan.
Menurut Antoine Gross, General Manager Asia Tenggara dan India di Impact.com, pemasaran influencer bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan.
“Laporan terbaru kami menunjukkan fakta yang jelas: influencer tidak hanya mendorong konversi produk fisik, tetapi juga di sektor-sektor yang berkembang pesat seperti perjalanan online dan layanan berlangganan,” ujar Gross.
Berdasarkan berbagai survei konsumen dan wawancara dengan pemasar serta pembuat merek ternama, laporan terbaru mereka menunjukkan bahwa pengaruh influencer kini mengubah cara merek berinteraksi dengan audiens di Malaysia dan wilayah lainnya. Merek yang tidak beradaptasi dengan tren ini berisiko tertinggal dalam persaingan.
Berikut adalah poin-poin penting yang dapat diperhatikan oleh brand yang ingin mengembangkan atau meningkatkan strategi influencer mereka:
1. Media & Hiburan Mendominasi Adopsi Langganan Online
Di Indonesia, kategori Media & Hiburan memiliki jumlah pelanggan terbanyak, dengan selisih signifikan sebesar 75 persen. Influencer memainkan peran kunci dalam mendorong adopsi di kategori ini, serta sangat efektif di kategori Berita & Sastra (90 persen) dan Hewan Peliharaan (87 persen).
2. Livestreaming Tetap Merajai Indonesia
Livestreaming komersial telah mencapai adopsi massal di Indonesia, dengan TikTok memimpin penggunaan sebesar 77 persen. Shopee mengikuti di belakangnya, hanya terpaut 3 poin persentase dengan tingkat penggunaan 74 persen.
3. Motivasi Masyarakat Indonesia Mengonsumsi Konten Live Commerce
Bagi masyarakat Indonesia, hiburan dan tren baru adalah aspek penting, tapi penawaran menarik (83 persen) dan ulasan produk (65 persen) tetap menjadi alasan utama dalam mengonsumsi konten live commerce.
4. Kategori Perjalanan Terpopuler di Indonesia
Aktivitas & Atraksi menjadi kategori perjalanan paling populer dengan adopsi sebesar 66 persen di Indonesia. Sementara itu, Akomodasi dan Penerbangan tertinggal dengan tingkat adopsi masing-masing sebesar 41 persen dan 38 persen.Baca juga: Makin Menjamur, Perlukah Etika Profesi Influencer?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.