Mengenal Nila sebagai Pewarna Alami Batik di Pameran Museum Batik Indonesia
02 October 2024 |
18:36 WIB
Museum Batik Indonesia menggelar sejumlah kegiatan menarik dalam rangka merayakan Hari Batik Nasional. Mengangkat tema Batik Budaya Berkelanjutan, acara ini digelar pada Rabu (2/10/2024) di Museum Batik Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
Salah satu kegiatan menarik di perayaan Hari Batik Nasional 2024, yakni pameran temporer bertajuk Nila, Warisan Alam untuk Indonesia yang akan dibuka sampai Desember 2024 mendatang di Museum Batik Indonesia.
Pameran tersebut memperkenalkan tanaman nila atau Indigofera yang merupakan tumbuhan penghasil warna biru alami yang kerap digunakan dalam pembuatan batik atau tenun ikat tradisional di seluruh nusantara. Tumbuhan ini berbentuk semak-semak, biasanya warna biru nila diperoleh dari rendaman daunnya.
Baca juga: Keseruan Perayaan Hari Batik Nasional 2024 di Museum Batik Indonesia TMII
Ada beberapa jenis tanaman nila yang bisa digunakan sebagai pewarna batik. Pertama adalah indigofera, yakni merupakan genus tanaman perdu yang populer digunakan sebagai bahan pewarna tekstil di berbagai belahan dunia.
Dikenal juga sebagai indigo, tarum, tom. atau nila, popularitas tanaman ini di Indonesia berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda sebagai pelengkap komoditas dagang mereka. Spesies yang paling dikenal adalah Indigofera tinctoria, yang diduga kuat berasal dari India dan masuk ke Indonesia pada masa tanam paksa, yakni sekitar paruh awal abad ke-19.
Beberapa varian Indigofera yang pernah dibudidayakan untuk pewarnaan tekstil di Indonesia, mencakup Indigofera arrecta (Tom Katemas), Indigofera suffruticosa (Tom Cantik/Tom Genjah), Indigofera suffruticosa, ssp. guatemalensis (Tom Presi), Indigofera galegoides (Tom Wanang/Tomtoman), dan Indigofera tinctoria (Tom Jawa/Tom Alus).
Selain itu, ada juga strobilanthes cusia, tanaman ini merupakan alternatif penghasil warna biru yang cukup populer, umumnya banyak digunakan di Asia Timur. Terkadang disebut juga sebagai Chinese rain bell karena bunganya yang melunglai ke bawah.
Saat ini strobilanthes juga dibudidayakan di Indonesia, di Jawa Tengah ditanam berdampingan dengan tanaman lain di area lereng Gunung Sindoro dan Prau. Ekstraknya yang berguna sebagai pewarna tekstil menjadi salah satu produk andalan daerah tersebut.
Tanaman penghasil warna biru alami lainnya, yakni Marsdenia tinctoria yang juga dikenal sebagai akar tarum atau tarum areuy. Ini merupakan jenis tanaman merambat yang dapat diekstraksi menjadi pewarna biru. Literatur barat pada abad kesembilan belas menyebut tanaman ini sebagai broad-leafed indigo (Indigo berdaun lebar).
Selain tiga jenis tanaman di atas, masih terdapat jenis tanaman lainnya yang juga dikenal di berbagai belahan dunia sebagai penghasil pewarna biru untuk kain, di antaranya dari genus Isatis, Persicaria, dan Polygonum, tapi penggunaannya tidak umum di Indonesia.
Melalui Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009, 2 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, sebuah perayaan yang semakin memupuk semangat pemeliharaan dan pelestarian budaya batik sebagai warisan leluhur yang berharga.
“Peringatan Hari Batik Nasional merupakan momentum penting dalam menjaga keberlanjutan batik sebagai budaya Indonesia yang berharga," kata Ahmad Mahendra, Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency di TMII, Rabu (2/10/2024).
Sebagai upaya untuk mewujudkan konsep Reimajinasi museum khususnya pilar reprogramming, lebih lanjut dia mengajak seluruh masyarakat untuk merayakan Hari Batik Nasional dengan lebih mengenal sejarah dan perkembangan batik di Museum Batik Indonesia yang merupakan pusat edukasi dan eksplorasi batik di Indonesia.
Museum Batik Indonesia sendiri merupakan museum yang menyimpan sejarah panjang dan warisan budaya batik. Isinya mencakup koleksi beragam batik dari seluruh penjuru Indonesia, termasuk batik kuno dan kontemporer.
Melalui pameran yang edukatif dan interaktif, Museum Batik Indonesia menjadi wahana pendidikan dan apresiasi seni yang berperan penting dalam menjaga warisan budaya bangsa serta mempromosikan keindahan dan kreativitas seni batik kepada masyarakat lokal maupun internasional.
Pengelolaan Museum Batik Indonesia saat ini bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB) yang merupakan lembaga di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia.
Baca juga: 12 Fakta Menarik Tentang Batik yang Jarang Diketahui
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Salah satu kegiatan menarik di perayaan Hari Batik Nasional 2024, yakni pameran temporer bertajuk Nila, Warisan Alam untuk Indonesia yang akan dibuka sampai Desember 2024 mendatang di Museum Batik Indonesia.
Pameran tersebut memperkenalkan tanaman nila atau Indigofera yang merupakan tumbuhan penghasil warna biru alami yang kerap digunakan dalam pembuatan batik atau tenun ikat tradisional di seluruh nusantara. Tumbuhan ini berbentuk semak-semak, biasanya warna biru nila diperoleh dari rendaman daunnya.
Baca juga: Keseruan Perayaan Hari Batik Nasional 2024 di Museum Batik Indonesia TMII
Ada beberapa jenis tanaman nila yang bisa digunakan sebagai pewarna batik. Pertama adalah indigofera, yakni merupakan genus tanaman perdu yang populer digunakan sebagai bahan pewarna tekstil di berbagai belahan dunia.
Dikenal juga sebagai indigo, tarum, tom. atau nila, popularitas tanaman ini di Indonesia berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda sebagai pelengkap komoditas dagang mereka. Spesies yang paling dikenal adalah Indigofera tinctoria, yang diduga kuat berasal dari India dan masuk ke Indonesia pada masa tanam paksa, yakni sekitar paruh awal abad ke-19.
Beberapa varian Indigofera yang pernah dibudidayakan untuk pewarnaan tekstil di Indonesia, mencakup Indigofera arrecta (Tom Katemas), Indigofera suffruticosa (Tom Cantik/Tom Genjah), Indigofera suffruticosa, ssp. guatemalensis (Tom Presi), Indigofera galegoides (Tom Wanang/Tomtoman), dan Indigofera tinctoria (Tom Jawa/Tom Alus).
Saat ini strobilanthes juga dibudidayakan di Indonesia, di Jawa Tengah ditanam berdampingan dengan tanaman lain di area lereng Gunung Sindoro dan Prau. Ekstraknya yang berguna sebagai pewarna tekstil menjadi salah satu produk andalan daerah tersebut.
Tanaman penghasil warna biru alami lainnya, yakni Marsdenia tinctoria yang juga dikenal sebagai akar tarum atau tarum areuy. Ini merupakan jenis tanaman merambat yang dapat diekstraksi menjadi pewarna biru. Literatur barat pada abad kesembilan belas menyebut tanaman ini sebagai broad-leafed indigo (Indigo berdaun lebar).
Selain tiga jenis tanaman di atas, masih terdapat jenis tanaman lainnya yang juga dikenal di berbagai belahan dunia sebagai penghasil pewarna biru untuk kain, di antaranya dari genus Isatis, Persicaria, dan Polygonum, tapi penggunaannya tidak umum di Indonesia.
Perayaan Hari Batik Nasional di Museum Batik Indonesia
Batik telah menjadi simbol penting bagi identitas bangsa Indonesia sejak resmi tercatat oleh UNESCO pada tahun 2009 dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity,Melalui Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009, 2 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, sebuah perayaan yang semakin memupuk semangat pemeliharaan dan pelestarian budaya batik sebagai warisan leluhur yang berharga.
“Peringatan Hari Batik Nasional merupakan momentum penting dalam menjaga keberlanjutan batik sebagai budaya Indonesia yang berharga," kata Ahmad Mahendra, Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency di TMII, Rabu (2/10/2024).
Sebagai upaya untuk mewujudkan konsep Reimajinasi museum khususnya pilar reprogramming, lebih lanjut dia mengajak seluruh masyarakat untuk merayakan Hari Batik Nasional dengan lebih mengenal sejarah dan perkembangan batik di Museum Batik Indonesia yang merupakan pusat edukasi dan eksplorasi batik di Indonesia.
Museum Batik Indonesia sendiri merupakan museum yang menyimpan sejarah panjang dan warisan budaya batik. Isinya mencakup koleksi beragam batik dari seluruh penjuru Indonesia, termasuk batik kuno dan kontemporer.
Melalui pameran yang edukatif dan interaktif, Museum Batik Indonesia menjadi wahana pendidikan dan apresiasi seni yang berperan penting dalam menjaga warisan budaya bangsa serta mempromosikan keindahan dan kreativitas seni batik kepada masyarakat lokal maupun internasional.
Pengelolaan Museum Batik Indonesia saat ini bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB) yang merupakan lembaga di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia.
Baca juga: 12 Fakta Menarik Tentang Batik yang Jarang Diketahui
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.