Perajin mencanting kain di salah satu pusat produksi batik di Depok, Jawa Barat, Jumat (23/8/2024). (Sumber foto: JIBI/Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

12 Fakta Menarik Tentang Batik yang Jarang Diketahui

02 October 2024   |   18:15 WIB

Sejak 2 Oktober 2009, batik telah diakui dunia sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, sebuah pengakuan yang memantapkan posisinya sebagai simbol kebanggaan Indonesia. Namun, seberapa dalam sebenarnya pemahaman kita tentang kain batik yang tak lekang oleh waktu ini?

Dari perbedaan mendasar antara kain batik asli dan kain bermotif batik, hingga fakta-fakta unik yang jarang diketahui banyak orang, artikel ini mengajak Genhype menelusuri 12 fakta menarik yang akan membuka wawasan dan semakin menumbuhkan rasa cinta terhadap batik—warisan budaya yang mendunia.

Seberapa dalam pengetahuan kita terhadap batik? Dirangkum dari buku Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir, berikut 12 fakta menarik tentang batik yang jarang diketahui.

Baca juga: Tak Hanya Baju, 5 Produk Fashion dari Batik Bikin Penampilan Tambah Kece


1. Beda Kain Batik dan Kain Bermotif

Masyarakat Indonesia perlu memahami perbedaan antara kain batik dan kain bermotif batik. Kain batik dibuat secara manual dengan menggunakan lilin atau malam untuk menghalangi warna, melalui proses pengerjaan yang memakan waktu, memiliki pewarna di kedua sisi kain, dan beraroma lilin. Sementara itu, kain bermotif batik diproduksi secara massal di pabrik dengan pewarnaan hanya di satu sisi. Hal ini menyebabkan kain batik biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan kain bermotif batik.


2. Pakaian Bangsawan

Penggunaan kain batik awalnya hanya untuk para bangsawan keraton dan kerajaan. Setiap motif yang dipakai memiliki makna filosofis tersendiri bagi penggunanya. Misalnya batik motif parang yang biasa dikenakan oleh raja-raja dan bangsawan kerajaan Mataram. Motif ini melambangkan kekuatan, keberanian, dan kewibawaan serta simbol perjuangan.

Ada pula motif batik kawung yang biasanya dipakai raja-raja dan bangsawan kerajaan Pajajaran. Motif kawung melambangkan kesucian, kesederhanaan, dan keseimbangan hidup serta simbol persatuan.
 

3. Tradisi dalam Proses Membatik

Membatik adalah cerminan budaya yang luhur. Setiap motif yang dibuat oleh pembatik memiliki maksud tertentu yang ingin disampaikan. Membatik juga merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Tak heran pembatik zaman dulu melakukan ritual khusus, di antaranya berpuasa dan menyiapkan sesajen.


4. Canting dan Malam Kuno

Alat terpenting dalam membuat batik tulis adalah canting dan lilin. Namun, tahukah Genhype bahwa canting ditemukan pada abad 17. Sebelumnya, pembatik menggunakan tangkai bambu untuk pengganti canting, dan bubur ketan sebagai pengganti lilin/malam.


5. Batik Motif Parang Dilarang di Keraton Yogyakarta

Motif batik Parang, terutama Parang Rusak, dilarang digunakan secara sembarangan di Keraton Yogyakarta karena memiliki makna dan status yang sangat istimewa. Motif ini secara tradisional hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu dalam lingkungan keraton, seperti sultan dan anggota keluarga kerajaan.

Larangan ini berkaitan dengan simbolisme motif Parang, yang melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keberanian, serta tekad untuk mengatasi segala tantangan. Penggunaannya dibatasi sebagai bentuk penghormatan terhadap kedudukan raja dan simbol kekuasaan, sehingga orang di luar lingkaran kerajaan tidak diperbolehkan memakainya dalam konteks tertentu.

Ada juga yang berpendapat diciptakan oleh Panembahan Senopati yang terinspirasi dari gelombang Pantai Selatan yang sangat kuat. Motif ini juga tidak dipakai dalam acara pernikahan adat Jawa, karena dipercaya membawa kesialan.


6. Cara Membedakan Batik Pedalaman dan Batik Pesisir
Batik pedalaman dan batik pesisir memiliki ciri khas yang berbeda, baik dari segi motif, warna, maupun proses pembuatannya. Jika warnanya cerah dan mencolok, itu tandanya batik berasal dari daerah pesisir (Pekalongan, Lasem, Cirebon, dan sekitarnya). Sedangkan warna-warna earth tone pada koleksi batik merupakan ciri khas batik pedalaman (Solo dan Yogyakarta).


7. Warna Terbatas dari Lasem

Zaman dulu, terdapat warna merah khas yang hanya bisa diproduksi di kota Lasem, disebut abang getih pithik (merah darah ayam). Tapi tenang, warna ini bukan berasal dari darah ayam betulan, melainkan dari akar tumbuhan mengkudu yang uniknya tidak bisa ditiru di tempat lain.


8. Batik Tiga Negeri

Pada akhir abad 19, terdapat batik yang pewarnaannya dikerjakan di 3 kota berbeda; warna merah di Lasem, biru di Pekalongan atau Batang, warna soga di Solo. Sungguh mahakarya yang luar biasa, ya!


9. Cerita dunia dalam batik lawasan

Jika Genhype pernah melihat batik dengan motif nyeleneh di pasaran, tren untuk mengadopsi budaya pop ke kain ternyata sudah berlangsung cukup lama. Kisah dongeng klasik seperti Little Mermaid, Cinderella, dan Little Red Riding Hood pernah masuk dalam motif batik lawasan (kuno). Tren ini terjadi sekitar 1800-1900 di Indonesia. 

Museum Batik Pekalongan memiliki koleksi kain batik bermotif dongeng Cinderella yang sangat langka dan sulit ditemukan. Untuk menjaga keutuhan kain, batik ini umumnya hanya dipamerkan secara virtual, namun sesekali dipamerkan fisik di ruang pamer III. Batik Cinderella terpengaruh budaya Eropa dengan motif yang diambil dari majalah atau kartu pos pada zamannya.
 

10. Pagar Tinggi Rumah Pembatik

Penjiplakan motif batik ternyata bukan fenomena baru. Sejak zaman dahulu, para pembatik di Solo dan Yogyakarta sudah mengambil langkah serius untuk melindungi karya mereka. Rumah-rumah pembatik kala itu bahkan dibentengi dengan pagar tembok tinggi untuk menjaga kerahasiaan proses pembuatan batik.

Tidak hanya itu, para pembatik juga menyematkan watermark khusus pada setiap kain batik hasil ciptaan mereka, sebuah tanda pengenal unik untuk memastikan keaslian dan melindungi karya seni mereka dari peniruan.


11. Investasi Kain Batik

Batik bukan sekadar kain, tetapi karya seni yang menyimpan sejarah berharga. Nilai sebuah kain batik semakin tinggi seiring usianya yang bertambah, apalagi jika proses pembuatannya rumit dan penuh detail. Kain batik yang dirawat dengan baik bisa bertahan hingga ratusan tahun, menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

Namun, ketika usianya mencapai lebih dari 300 tahun, kain ini biasanya mulai rapuh, seakan menunjukkan bahwa meski abadi dalam makna, seni batik tetap rentan terhadap perjalanan waktu.


12. Amerika Pengimpor Batik Terbesar

Sejak 2018 hingga 2023, Amerika Serikat selalu menjadi pembeli utama batik Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai US$18,79 juta pada 2022, naik 2,88?ri tahun sebelumnya. Meskipun demikian, volume ekspor batik ke AS menurun 15,73%, menjadi sekitar 638.500 kilogram.

Pada 2023, untuk periode Januari-Agustus, nilai ekspor ke AS mencapai US$10,03 juta dengan volume 347.320 kilogram. Malaysia menempati posisi kedua pada 2022, tapi pada 2023 digeser oleh Jerman. Singapura dan China juga masuk dalam lima besar dengan nilai ekspor signifikan.

Setelah mengetahui 12 fakta di atas, rasanya jadi makin bangga dengan warisan budaya Indonesia yang mendunia ini, ya!

Baca juga: Keseruan Perayaan Hari Batik Nasional 2024 di Museum Batik Indonesia TMII

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Cek 5 Karya Seni Unik di Jakarta Biennale 2024, Ada Pohon Cerita & Telusur Warna Purba

BERIKUTNYA

Football Manager 25 Bakal Rilis November 2024, Cek Spesifikasinya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: