Pesona Batik Duren dari Lubuklinggau Sampai ke Milan
13 October 2021 |
19:22 WIB
Batik Duren dari Kota Lubuklinggau memang baru seumur jagung. Wastra tradisional dari Sumatra Selatan ini diciptakan pada 2013 dengan tujuan sebagai ciri dan identitas kawasan tersebut. Tak disangka, pesona kain batik itu kini justru sudah sampai hingga ke kota fesyen dunia, Milan, Italia.
Dari tangan terampil para pengrajin di Lubuklinggau, kain batik ini kemudian dikreasikan oleh perancang Indonesia, Jenny Yohana Kansil, melalui label fesyennya, JYK, menjadi koleksi yang terinpirasi gaya punk era 1970-an.
10 look dari koleksi spring/summer 2022 yang mengangkat tema Revolutionary Hope ini debut di Milan Fashion Week pada 21 September 2021 di Palazzo Visconti, Modrone, Milan, Italia.
"Milan sangat terbuka dengan budaya Indonesia, termasuk batik. Kami yakin dapat lebih optimal mempromosikan Indonesian heritage di pasar global melalui kota ini, termasuk keindahan batik Indonesia,” papar Jenny melalui konferensi pers daring, Rabu (13/10).
Tema Revolusioner Hope dimaknai sebagai suatu harapan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam hidup.
Koleksi ini adalah ekspresi bangkit dari pandemi global COVID-19 dengan melakukan perubahan yang signifikan dan membuat harapan baru; sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua makhluk hidup.
Melalui koleksi ini, harapan diwakili oleh motif lingkaran atau bentuk bulat dan juga dalam teknik pola. Bentuk lingkaran berarti perlindungan yang utuh. Jika kita memiliki harapan, kita akan memiliki pikiran yang positif dan hati yang bahagia.
Terinspirasi oleh filosofi batik motif durian, koleksi perdana JYK ini mengekspos keunikan kreasi motif buah durian dan bunganya yang menjadi hak paten dari Batik Lubuklinggau, batik tulis modern yang dibuat oleh Ketua Dekranasda Lubuklinggau, Yetty Oktarina Prana.
(Baca juga: Mejeng di Billboard Times Square New York, Brand Fesyen Batik Ini Siap Go Global)
Rina mengungkapkan, durian berbentuk bulat dengan kulit yang keras dan runcing menyerupai duri, namun di balik itu memiliki isi yang lembut dan manis.
Bentuk durian itulah yang sejalan dengan inspirasi Punk dan filosofi bahwa koleksi ini mewakili harapan pandemi akan berakhir semanis durian yang matang.
Sejak menciptakan Batik Durian Lubuklinggau pada tahun 2013, Rina secara berkelanjutan melakukan pengembangan motif dan warna batiknya, termasuk mempromosikan ke tingkat nasional dan internasional.
"Batik memang bukan budaya tradisional Sumatra Selatan. Ketika akan memperkenalkan ciri khas Lubuklinggau, selain durian yang terkenal, kami juga coba dengan kain tenun dan songket, kebetulan batik ini lebih cepat diterima dan mengalami pertumbuhan pesat," tutur Rina.
Selain motifnya yang unik, batik durian menarik perhatian pemuka mode di Italia berkat proses produksi serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan.
Untuk pewarna misalnya, pengrajin batik Lubuklinggau menggunakan jengkol dan pinang untuk menghasilkan warna cokelat yang cantik pada kain.
Usai Batik Durian Lubuklinggau ikut serta dalam Fashion Week di Milan dan mendapatkan apresiasi yang begitu positif, Rina menyakini Batik Durian Lubuklinggau telah siap menuju babak berikutnya untuk menebus pasar mancanegara.
Diplomasi batik ini juga merupakan bagian dari kampanye Ayo Nyelong ke Lubuklinggau 23.3.23 yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan sektor pariwisata setempat pasca pandemi.
"Bahkan kami telah mendaftarkan Batik Durian Lubuklinggau ke HAKI dengan maksud agar Batik Durian Lubuklinggau dapat bebas berkembang, bisa dibuat oleh siapa saja, dijual oleh siapa saja sebagai hasil kerajinan dari Kota Lubuklinggau,” papar Rina.
Editor: Avicenna
Dari tangan terampil para pengrajin di Lubuklinggau, kain batik ini kemudian dikreasikan oleh perancang Indonesia, Jenny Yohana Kansil, melalui label fesyennya, JYK, menjadi koleksi yang terinpirasi gaya punk era 1970-an.
10 look dari koleksi spring/summer 2022 yang mengangkat tema Revolutionary Hope ini debut di Milan Fashion Week pada 21 September 2021 di Palazzo Visconti, Modrone, Milan, Italia.
"Milan sangat terbuka dengan budaya Indonesia, termasuk batik. Kami yakin dapat lebih optimal mempromosikan Indonesian heritage di pasar global melalui kota ini, termasuk keindahan batik Indonesia,” papar Jenny melalui konferensi pers daring, Rabu (13/10).
Tema Revolusioner Hope dimaknai sebagai suatu harapan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam hidup.
Koleksi ini adalah ekspresi bangkit dari pandemi global COVID-19 dengan melakukan perubahan yang signifikan dan membuat harapan baru; sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua makhluk hidup.
Koleksi kolaborasi JYK dan pengrajin batik Lubuklinggau. (Dok. JYK, Indonesian Fashion Chamber)
Melalui koleksi ini, harapan diwakili oleh motif lingkaran atau bentuk bulat dan juga dalam teknik pola. Bentuk lingkaran berarti perlindungan yang utuh. Jika kita memiliki harapan, kita akan memiliki pikiran yang positif dan hati yang bahagia.
Terinspirasi oleh filosofi batik motif durian, koleksi perdana JYK ini mengekspos keunikan kreasi motif buah durian dan bunganya yang menjadi hak paten dari Batik Lubuklinggau, batik tulis modern yang dibuat oleh Ketua Dekranasda Lubuklinggau, Yetty Oktarina Prana.
(Baca juga: Mejeng di Billboard Times Square New York, Brand Fesyen Batik Ini Siap Go Global)
Rina mengungkapkan, durian berbentuk bulat dengan kulit yang keras dan runcing menyerupai duri, namun di balik itu memiliki isi yang lembut dan manis.
Bentuk durian itulah yang sejalan dengan inspirasi Punk dan filosofi bahwa koleksi ini mewakili harapan pandemi akan berakhir semanis durian yang matang.
Koleksi kolaborasi JYK dan pengrajin batik Lubuklinggau. (Dok. JYK, Indonesian Fashion Chamber)
"Batik memang bukan budaya tradisional Sumatra Selatan. Ketika akan memperkenalkan ciri khas Lubuklinggau, selain durian yang terkenal, kami juga coba dengan kain tenun dan songket, kebetulan batik ini lebih cepat diterima dan mengalami pertumbuhan pesat," tutur Rina.
Selain motifnya yang unik, batik durian menarik perhatian pemuka mode di Italia berkat proses produksi serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan.
Untuk pewarna misalnya, pengrajin batik Lubuklinggau menggunakan jengkol dan pinang untuk menghasilkan warna cokelat yang cantik pada kain.
Koleksi kolaborasi JYK dan pengrajin batik Lubuklinggau. (Dok. JYK, Indonesian Fashion Chamber)
Diplomasi batik ini juga merupakan bagian dari kampanye Ayo Nyelong ke Lubuklinggau 23.3.23 yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan sektor pariwisata setempat pasca pandemi.
"Bahkan kami telah mendaftarkan Batik Durian Lubuklinggau ke HAKI dengan maksud agar Batik Durian Lubuklinggau dapat bebas berkembang, bisa dibuat oleh siapa saja, dijual oleh siapa saja sebagai hasil kerajinan dari Kota Lubuklinggau,” papar Rina.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.