Batik Indigo (dok. Instagram Galeri Batik Jawa Indigo)

Mengembalikan Kejayaan Batik Indigo, Si Biru Nila yang Dilirik Eropa

02 October 2021   |   19:41 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Wastra Nusantara khususnya batik memiliki ragam warna, corak, motif, dan penuh simbolik. Salah satu yang menembus pasar dunia adalah batik indigo. Batik berwarna biru nila yang didapat dari proses fermentasi daun pohon indigofera tinctoria yang meresap ke dalam kain ini punya ketahanan warna yang kuat. 

Bukan sembarang warna, biru nila nyatanya dipakai untuk mewarnai pakaian para raja, kaisar, atau pangeran sekitar abad 2.500 SM untuk menunjukkan kekuasaan, kepemimpinan, kesetiaan, dan kebijaksanaannya.

Salah satu yang melestarikan batik berwarna unik ini adalah Nita Kenzo, pendiri Galeri Batik Jawa Indigo. Menurutnya warna ini istimewa karena terlihat teduh dan ramah lingkungan, limbahnya tidak mencemari air maupun tanah. Alasan lain, Nita ingin agar pewarna indigo yang sempat menjadi komoditi kongsi dagang perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) dari pulau Jawa untuk dipasarkan ke Eropa ini tetap eksis. 

“Dengan fokus pada karya batik indigo, harapannya dapat mengembalikan kejayaan indigo Indonesia dan dapat membawa batik Indonesia yang ramah lingkungan dikenal luas di pasar dunia,” tegas Nita.

Sementara itu, Nita menilai batik memiliki keindahan dan makna dari setiap corak dan motifnya. Karenanya, saat mengubah kain batik menjadi produk fesyen modern, kain ini tidak asal dipotong. Dengan mengenali ragam hias dan makna di balik selembar kain, desain fesyennya pun perlu disesuaikan, namun dapat dilakukan kombinasi atau padu padan dari beberapa motif kain batik tradisional untuk penyelesaian detailnya.
 
Nita Kenzo/Ozip
Begitu pula yang dilakukan Nita dalam memproduksi kain batik indigo miliknya. Dia pun sangat mementingkan kualitas dengan menggunakan sutra dan katun sebagai bahan dasar kain. Teknik membatiknya sangat diperhatikan, entah itu batik tulis, cap, maupun kombinasi. Harmonisasi pewarnaan, kualitas desain busana, dan teknik jahitan juga tidak dilupakan sebagai penentu kualitas.

Alhasil, peminat produk fesyen batik seperti kain, selendang, shawl, ready to wear wanita dan pria, aksesoris batik serta produk lifestyle juga interior miliknya pun sudah menembus pasar global. “Khusus untuk selera internasional, perlu disesuaikan dengan tren untuk 4 musim, summer, autumn, winter, spring,” tambahnya. 

Nita pun bisa memberi lapangan pekerja bagi para perempuan pembatik tulis yang tinggal di perdesaan. Mayoritas adalah pembatik di Imogiri, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan pembatik dari Jawa Tengah. “Omzet tergantung jumlah item atau ragam batik yang terjual. Karya batik indigo kami rata-rata berharga mulai dari Rp200 ribu hingga Rp3 juta,” imbuhnya.

Kendati demikian diakuinya pandemi cukup mempengaruhi produksi hingga penjualan batik indigo. Nita menuturkan pihaknya kesulitan mendapat bahan baku seperti selendang sutera ATBM dan kain katun yang berkualitas. Alhasil keberlangsungan proses produksi yang melibatkan para pembatik terhenti sebagian dan kurang seimbangnya serapan pasar.

Selama pandemi, event atau pameran secara berkala baik di dalam dan di luar negeri juga berhenti. Ditutupnya pusat perbelanjaan dalam jangka waktu tertentu turut memberi kontribusi penurunan penjualan.

Memang, dalam penjualan batik maupun produk batik, khususnya menggunakan warna alami, pembeli biasanya merasa lebih mantap dengan memilih dan melihat langsung. Namun dengan adanya pandemi, Nita memaksimalkan pemasaran secara online atau digital.

Adapun Galeri Batik Jawa Indigo juga memanfaatkan limbah guntingan kain batik indigo atau perca, untuk membuat berbagai karya lain selain fashion. “Kami menyebutnya eco friendly and zero waste product. Never ending pieces of natural indigo batik,” tutur Nita. 

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Hometown Cha-Cha-Cha Masuk 10 Besar Tontonan Populer di Netflix

BERIKUTNYA

Etnicowear, Brand Fesyen Etnik Hasil Keresahan Kaum Milenial

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: