Penyakit Jantung (Sumber Foto: Freepik)

Kematian Akibat Penyakit Jantung Diprediksi Meningkat pada 2030, Kenali Gejala dan Pencegahannya

25 September 2024   |   18:05 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Gaya hidup tidak sehat berperan besar pada peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia. Kebiasaan merokok, pola makan yang tidak seimbang, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, dan kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit jantung koroner (PJK).

Empat perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yaitu merokok, kurang aktivitas fisik, minim konsumsi buah dan sayur, serta konsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan.

“Bisa dilihat penyakit jantung saat ini mulai banyak pada usia-usia muda. Kenapa terjadi pergeseran usia pada penyakit jantung? Karena adanya perubahan gaya hidup yang tidak sehat,” ujar Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.

Baca juga: Penyakit Jantung Mulai Didominasi Kalangan Muda, Ini Pentingnya Deteksi Dini

Berdasarkan data Riskesdas, menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi dari 25,8 persen (2013) menjadi 34,1 persen (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap 1,5 persen (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2 persen (2013) menjadi 0,38 persen (2018).

Berdasarkan Global Status Report on NCD 2019 (IHME), sebanyak 17,8 juta kematian, atau 1 dari 3 kematian di dunia setiap tahunnya, disebabkan oleh penyakit jantung. Dilaporkan juga, 50 persen penderita PJK berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death yang mengancam nyawa

“Kalau dari hasil IHME survei yang kita lihat bahwa penyakit jantung iskemik pada 2019 itu menempati urutan nomor satu dan pada 2021, pasca-COVID-19 pun masih menempati urutan nomor satu, hanya dari jumlah kematian terjadi penurunan sedikit, tapi perbedaannya tidak terlalu besar,” papar Nadia.

Lebih lanjut dia memaparkan, secara global, penyakit jantung iskemik tetap menjadi penyebab utama kematian. Sementara di Indonesia, penyakit stroke menjadi penyebab kematian terbesar. Berdasarkan total kematian, terjadi penurunan jumlah kematian akibat stroke dari 21,8 persen pada 2019 menjadi 18,49 persen pada 2021, diikuti oleh penyakit jantung iskemik.

“Jadi, di Indonesia itu sebaliknya yang menjadi penyebab utama kematian justru adalah stroke dan bisa saja penyebabnya karena mungkin layanan kesehatan deteksinya belum betul-betul merata sehingga tidak terdeteksi dan masih menjadi salah satu isu,” lanjut Nadia.

Pada 2023, terjadi peningkatan jumlah pembiayaan untuk penyakit katastropik yang mencapai Rp34,8 triliun, di mana penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke menjadi penyakit dengan pembiayaan terbesar, yakni Rp22,8 triliun, dalam program JKN.
 

Gejala dan Pencegahan Penyakit Jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di dunia selama 20 tahun terakhir. Kematian akibat penyakit jantung secara global mencapai hingga 18,6 juta setiap tahunnya. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 20,5 juta pada 2020 dan 24,2 juta pada 2030.

President of Indonesian Heart Association, Radityo Prakoso,menjelaskan bahwa penyakit jantung iskemik berkontribusi terhadap persentase kematian tertinggi di antara berbagai penyakit jantung. Selain itu, penyakit jantung tidak hanya ditemukan pada usia tua, tetapi juga pada usia muda.

“Gaya hidup tidak sehat menjadi penyebab paling umum dari penyakit jantung koroner di usia muda,” kata Radityo.

Lebih lanjut, dia menyebutkan beberapa gejala yang mengarah pada penyakit jantung, yaitu rasa tidak nyaman di area dada (nyeri, sesak, tertekan, terbakar), mual dan muntah, keringat dingin, pusing atau pingsan, nyeri yang menjalar ke lengan, rahang, tenggorokan, atau punggung, kaki bengkak, mudah lelah, berdebar-debar, detak jantung tidak teratur, serta batuk yang tidak kunjung sembuh dengan sputum berwarna pink muda atau putih berbusa.

“Kendati demikian, gejala tersebut dapat bervariasi antara individu. Segera periksakan diri ke dokter apabila ada dugaan kuat penyakit jantung terutama jika memiliki risiko tinggi,” lanjutnya.

Radityo memaparkan, 80 persen penyakit jantung dapat dicegah melalui pencegahan primer, yaitu promosi kesehatan dan proteksi spesifik, seperti berhenti merokok, makan makanan sehat, rutin beraktivitas fisik, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, tidur yang cukup, dan menjaga berat badan tetap ideal.

Sementara itu, pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini dan tata laksana awal segera, seperti evaluasi tekanan darah, evaluasi kadar kolesterol, indeks massa tubuh (IMT), dan kadar gula darah secara rutin atau berkala.

Senada dengan pernyataan sebelumnya, Rita Ramayulis, perwakilan dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia menekankan pentingnya menjaga asupan makanan sehat dengan mengatur konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL). Konsumsi gula sebaiknya dibatasi hingga 50 gram per hari, garam 2.000 mg per hari, dan lemak 67 gram per hari.

“Kecukupan konsumsi gula dalam pembagian bahan makanan sehari menurut gizi seimbang untuk laki-laki usia 19-29 tahun dengan 2725 kkal,” katanya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga telah merumuskan beberapa strategi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit jantung koroner dengan pendekatan PATUH dan CERDIK.

PATUH: Periksa kesehatan secara rutin dan mengikuti anjuran dokter; Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur; Tetap diet dengan gizi seimbang; Upayakan aktivitas fisik dengan aman; Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.

CERDIK: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres.

Baca juga: Waspada, Obesitas Sentral Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Sucker Punch Umumkan Game Ghost of Yotei, Sekuel dari Ghost of Tsushima

BERIKUTNYA

Profil Mantan Dirjen UNESCO Amadou Mahtar M'Bow, Meninggal Dunia Usia 103 Tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: