Ilustrasi penyakit jantung (Sumber gambar: Towfiqu barbhuiya/Unsplash)

Waspada, Obesitas Sentral Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung

10 August 2024   |   15:33 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia masih berjibaku melawan penyakit tidak menular. Bagaimana tidak, tren penyakit degeneratif yang kian melonjak dalam beberapa dekade terakhir terlihat mengkhawatirkan. Penyakit jantung masih jadi jenis penyakit paling mematikan di dunia.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Sementara itu, laporan dari Kementerian Kesehatan Ri dalam Survei Kesehatan Indonesia 2023 menyebutkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia berada pada angka 0,85% pada 2023. 

Prevalensi penyakit jantung juga mulai terlihat mendera mereka yang berada pada usia produktif. Mengenali faktor risiko penyakit jantung merupakan langkah awal memupuk kesadaran akan pentingnya mengentas penyakit ini.

Baca Juga: Penyakit Jantung Mulai Didominasi Kalangan Muda, Ini Pentingnya Deteksi Dini

Dalam seminar kesehatan jantung “Mana Bahaya, Pasang Ring atau Bypass”, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular dari Rumah Sakit Jantung Jakarta, Todung D.A. Silalahi, mengatakan bahwa penyakit jantung memiliki beberapa faktor risiko. Salah satunya adalah obesitas. Obesitas merupakan kondisi saat berat badan di atas normal dikarenakan adanya penumpukan lemak berlebih.


Cara Mengenali Obesitas Sentral

Namun dalam kasus penyakit jantung, Todung mengatakan obesitas sentral bisa menjadi faktor utama yang paling dikenali. Dalam paparannya, Todung menjelaskan obesitas sentral dapat dikenali dengan kondisi penumpukan lemak di perut yang menyebabkan perut buncit.

Menurutnya, biasanya keadaan ini banyak ditemukan pada laki-laki. “Ada hubungannya memang antara obesitas, namanya obesitas sentral. Gemuk yang perutnya memang terlihat buncit sekali,” kata Todung di RS Jantung Jakarta padas Sabtu (10/8/2024).

Obesitas sentral dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, serta perubahan hormonal, terutama peningkatan kadar kortisol yang berkaitan dengan stres. Melansir American Heart Association (AHA), obesitas sentral terjadi saat lemak terakumulasi di area perut dan membuat penampakannya membesar. Obesitas ini terbilang khusus, sebab obesitas lain biasanya memperlihatkan penumpukan lemak yang lebih merata di seluruh area tubuh.

Todung mengatakan, indikasi obesitas sentral ini meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. "Oleh karenanya, faktor genetik dan kebiasaan hidup sehat sangat berperan penting dalam kesehatan jantung," tegasnya.

Untuk mencegah penyakit jantung, individu perlu menerapkan pola makan sehat dengan asupan buah, sayur, dan makanan berserat. Jenis makanan ini diperlukan untuk menekan lemak visceral yang berdampak negatif pada metabolisme tubuh seperti resistensi insulin, meningkatkan kadar kolesterol, hingga inflamasi. Untuk itu, makanan dengan lemak jenuh dan gula berlebih yang memiliki kalori tinggi juga perlu dihindari.

Tiap individu juga disarankan melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga setidaknya 150 menit per minggu. Jenis olahraga aerobik dan latihan kekuatan efektif dalam mengurangi lemak visceral yang dapat memicu penyakit jantung koroner.

Terakhir, tak lupa perlunya manajemen stres seperti mendalami teknik-teknik relaksasi dan meditasi yang berperan dalam pengelolaan stres. Stres berkaitan dengan hormon kortisol yang memiliki hubungan dengan penumpukan lemak visceral penyebab penyakit jantung.

Baca Juga: Lebih Canggih, 2 Penyakit Jantung Ini Bisa Dideteksi Stetoskop Berteknologi AI

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Ariel Tatum Jadi Ronggeng di Teater Sang Kembang Bale, Digelar 10 & 11 Agustus 2024 di Bandung

BERIKUTNYA

7 Lokasi Car Free Day di Jakarta Minggu 11 Agustus 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: