Profil Mantan Dirjen UNESCO Amadou Mahtar M'Bow, Meninggal Dunia Usia 103 Tahun
25 September 2024 |
19:46 WIB
Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) periode 1974-1987, Amadou Mahtar M’Bow, meninggal dunia pada usia 103 tahun. Pria pertama dari Afrika yang memimpin organisasi itu dikenal sebagai arsitek kesetaraan manusia.
Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, mengatakan bahwa Amadou Mahtar M’Bow adalah seorang yang sangat humanis dan juga intelektual serba bisa. Dia meninggalkan kesan yang abadi terhadap organisasi lantaran membela solidaritas dan martabat yang setara antara masyarakat dan budaya.
“Sepanjang gerakan kemerdekaan, dia juga berusaha untuk memastikan bahwa setiap negara menemukan tempat yang selayaknya di UNESCO, memberikan substansi dan realitas pada ambisi multilateralisme,” ujarnya dalam siaran pers, dikutip Hypeabis.id.
Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Musisi Tito Jackson yang Meninggal Dunia Usia 70 Tahun
Dia mengungkapkan bahwa organisasi berutang karya ilmiah monumental General History of Africa. Karya tersebut menjadi sarana bagi orang-orang Afrika secara khusus dan dunia secara umum guna belajar tentang sejarah Afrika dalam menghadapi masa depan dengan percaya diri.
Menurut Azoulay, Mahtar M’Bow merupakan model bagi teman, keluarga, dan banyak orang lainnya dalam berpikir dan bertindak.
Amadou Mahtar M’Bow merupakan pria yang lahir di Dakar, Senegal, pada 1921. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Pemuda Senegal. Selain itu, dia juga berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik negaranya, dan menjabat sebagai Direktur Jenderal UNESCO selama 13 tahun.
Dia menempuh pendidikan di French Colonial School, dan sempat menjadi juru tulis di pemerintahan kolonial. Pada 1940, dia menjadi relawan dan bertugas di Prancis dan kembali ke Senegal setelah Prancis mengalami kekalahan.
Pada 1944 atau 4 tahun berselang, Mahtar M’Bow menjadi bagian dalam pendaratan di Provence dan berpartisipasi dalam pembebasan Prancis. Kemudian, melanjutkan pendidikan sejarah di Sorbonne, dan kembali ke Senegal pada 1951.
Saat di Senegal, dia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari 1957-1958. Setelah itu, dia memilih mengundurkan diri dari jabatan yang diemban untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan.
Mahtar M’Bow mendapatkan amanah sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada 1966-1968 setelah Senegal memperoleh kemerdekaan. Usai itu, dia menjadi Menteri Kebudayaan dan Pemuda pada 1968-1970.
Pada tahun yang sama yakni 1970, dia mendapatkan kepercayaan menjadi Asisten Direktur Jenderal Pendidikan di UNESCO. 4 tahun berselang, sosoknya terpilih menjadi Direktur Jenderal UNESCO dan bertahan hingga 1987 setelah terpilih kembali pada 1980.
Saat menjabat sebagai pemimpin UNESCO, dia memiliki dua prioritas. Pertama, dia mempromosikan konsensus sebagai sarana pengambilan keputusan kolektif dalam UNESCO. Kedua, membela independensi pegawai negeri sipil internasional.
Amadou Mahtar M'Bow juga dengan tegas mendukung Tatanan Dunia Baru Informasi dan Komunikasi. Bukan tanpa alasan, dukungan tersebut lantaran berita internasional disediakan secara eksklusif oleh 5 kantor berita besar yang berpusat di Eropa dan Amerika Utara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, mengatakan bahwa Amadou Mahtar M’Bow adalah seorang yang sangat humanis dan juga intelektual serba bisa. Dia meninggalkan kesan yang abadi terhadap organisasi lantaran membela solidaritas dan martabat yang setara antara masyarakat dan budaya.
“Sepanjang gerakan kemerdekaan, dia juga berusaha untuk memastikan bahwa setiap negara menemukan tempat yang selayaknya di UNESCO, memberikan substansi dan realitas pada ambisi multilateralisme,” ujarnya dalam siaran pers, dikutip Hypeabis.id.
Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Musisi Tito Jackson yang Meninggal Dunia Usia 70 Tahun
Dia mengungkapkan bahwa organisasi berutang karya ilmiah monumental General History of Africa. Karya tersebut menjadi sarana bagi orang-orang Afrika secara khusus dan dunia secara umum guna belajar tentang sejarah Afrika dalam menghadapi masa depan dengan percaya diri.
Menurut Azoulay, Mahtar M’Bow merupakan model bagi teman, keluarga, dan banyak orang lainnya dalam berpikir dan bertindak.
Amadou Mahtar M’Bow merupakan pria yang lahir di Dakar, Senegal, pada 1921. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Pemuda Senegal. Selain itu, dia juga berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik negaranya, dan menjabat sebagai Direktur Jenderal UNESCO selama 13 tahun.
Dia menempuh pendidikan di French Colonial School, dan sempat menjadi juru tulis di pemerintahan kolonial. Pada 1940, dia menjadi relawan dan bertugas di Prancis dan kembali ke Senegal setelah Prancis mengalami kekalahan.
Pada 1944 atau 4 tahun berselang, Mahtar M’Bow menjadi bagian dalam pendaratan di Provence dan berpartisipasi dalam pembebasan Prancis. Kemudian, melanjutkan pendidikan sejarah di Sorbonne, dan kembali ke Senegal pada 1951.
Saat di Senegal, dia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari 1957-1958. Setelah itu, dia memilih mengundurkan diri dari jabatan yang diemban untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan.
Mahtar M’Bow mendapatkan amanah sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada 1966-1968 setelah Senegal memperoleh kemerdekaan. Usai itu, dia menjadi Menteri Kebudayaan dan Pemuda pada 1968-1970.
Pada tahun yang sama yakni 1970, dia mendapatkan kepercayaan menjadi Asisten Direktur Jenderal Pendidikan di UNESCO. 4 tahun berselang, sosoknya terpilih menjadi Direktur Jenderal UNESCO dan bertahan hingga 1987 setelah terpilih kembali pada 1980.
Saat menjabat sebagai pemimpin UNESCO, dia memiliki dua prioritas. Pertama, dia mempromosikan konsensus sebagai sarana pengambilan keputusan kolektif dalam UNESCO. Kedua, membela independensi pegawai negeri sipil internasional.
Amadou Mahtar M'Bow juga dengan tegas mendukung Tatanan Dunia Baru Informasi dan Komunikasi. Bukan tanpa alasan, dukungan tersebut lantaran berita internasional disediakan secara eksklusif oleh 5 kantor berita besar yang berpusat di Eropa dan Amerika Utara.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.