Aktor sekaligus aktivis lingkungan Ramon Y. Tungka saat ditemui di acara Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling) di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.

Hypeprofil Ramon Y. Tungka: Setia Menjaga Lingkungan Demi Hidup yang Lestari

24 September 2024   |   23:14 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Nama Ramon Yusuf Tungka belakangan jarang menghiasi dunia seni peran Indonesia. Aktor kelahiran Surabaya ini lebih sering terlibat dalam berbagai kegiatan seputar lingkungan. Melalui akun media sosial pribadinya, Ramon sering mengunggah aktivitasnya yang bergelut di bidang konservasi alam dan pelestarian lingkungan. 
 
Minat dan ketertarikan Ramon terhadap isu lingkungan sebenarnya sudah berlangsung lama. Bahkan, sebelum dia terjun ke dunia hiburan dengan menjadi finalis dalam pemilihan MTV VJ Hunt tahun 2004, berlanjut ke dunia akting dengan membintangi film pertamanya, Catatan Akhir Sekolah (2005).
 
Ramon bercerita ketertarikannya untuk turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan berawal dari hobinya berkeliling Indonesia dengan melakukan berbagai kegiatan di alam bebas. Sejak SMA hingga kuliah, pria berusia 40 tahun ini kerap bergabung dengan komunitas pencinta alam, yang membawanya sering menjelajah ke berbagai daerah di Tanah Air. 

Baca juga: Hypeprofil Wilbert Jonathan Deil: Misi SenyuMuseum Mengubah Museum Jadi Lifestyle Destination
 
Minatnya untuk mengeksplorasi kekayaan alam pun terus berlanjut hingga dia lulus kuliah. Hobinya itu secara tidak langsung membuatnya mengenal berbagai potensi kekayaan alam Indonesia. Keindahan alam dari satu daerah ke daerah yang lain di Nusantara memberikan kesan yang mendalam baginya.
 
Bagi Ramon, Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung lantaran dianugerahi lanskap alam yang indah. Namun, di balik keindahannya, sering dijumpai juga berbagai persoalan lingkungan yang mengancam alam dan pada akhirnya membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
 
"Saya menjadi saksi kebakaran hutan dan lahan, bencana banjir yang awal mulai permasalahannya karena sampah. Ketika saya berada di medan tersebut, melihat ragam persoalan yang terjadi, saya pelajari, persoalannya dari hulu. Baru dari situ aksinya saya mulai dari hilir, baru ke hulunya," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id di Mojokerto, Jawa Timur, belum lama ini.
 

Berbagai persoalan lingkungan itu pun menciptakan keresahan mendalam bagi Ramon. Terlebih, kondisi perubahan iklim yang melanda Bumi dan semakin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu, membuatnya tidak bisa tinggal diam. Dia pun bertekad untuk bergerak dan melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. 
 
"Kita butuh duduk sama-sama. Persoalan lingkungan bukan tanggung jawab para aktivis lingkungan, pemangku kebijakan, pemerintah, atau MAPALA [Mahasiswa Pencinta Alam] saja. Tapi persoalan lingkungan mutlak tanggung jawab kita semua," kata pria kelahiran 2 Juni 1984 tersebut.
 
Sejak 2003, Ramon sudah mulai bergabung dengan berbagai non governmental organization (NGO) atau organisasi independen serta beberapa komunitas yang bergerak di bidang lingkungan. Termasuk, berbagai entitas lainnya yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan. 
 
Menurut Ramon, mengatasi persoalan lingkungan tidak bisa dilakukan secara eksklusif. Sebaliknya, upayanya perlu dilakukan secara inklusif dan melibatkan partisipasi banyak pihak. Hal itu lah yang membuatnya gencar berkolaborasi dengan banyak pihak untuk sama-sama mengatasi berbagai tantangan persoalan lingkungan.
 
Kini, Ramon dipercaya sebagai Editor At Large di komunitas Saya Pilih Bumi, gerakan yang digagas oleh National Geographic Indonesia (NGI), dengan visi menjadi bagian gerakan perubahan masyarakat lewat edukasi, aksi, dan kolaborasi.
 
Saya Pilih Bumi merupakan sebuah media berbasis eco journalism yang berdiri untuk menjadi partner bagi komunitas yang menyuarakan isu mengenai lingkungan, sehingga dapat bekerja sama untuk menggalang kampanye mengenai lingkungan secara lebih besar dan masif.
 

Gerakan Saya Pilih Bumi dibentuk untuk mengajak semua orang lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Saya Pilih Bumi mengajak masyarakat untuk tak sekadar buang sampah pada tempatnya, tapi juga mengurangi pemakaian plastik dan produk sekali pakai. Mengajak masyarakat dapat merubah perilaku dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi individu yang lebih bijak dimulai dari diri sendiri.
 
"Di Saya Pilih Bumi, saya memang sebagai editor at large, dalam artian pemimpin redaksinya dan project planner-nya juga. Jadi memang ini sebuah inisiasi gerakan perubahan perilaku masyarakat untuk lebih memuliakan terkait upaya konservasi," kata Ramon.
 
Tak hanya melakukan kampanye digital seputar pelestarian lingkungan melalui media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok, Saya Pilih Bumi juga giat melaksanakan berbagai aktivitas langsung ke lapangan, seperti penanaman pohon dan mangrove, dan projek Circular City Cleanup yakni berupa kegiatan pembersihan beberapa sudut kota, pesisir pantai, dan sungai.
 
Selain itu, diadakan pula projek yang diberi nama Barter In. Mengusung jargon "Tak Perlu Beli Baru", proyek Barter In dibuat sebagai wadah bagi masyarakat agar dapat memiliki baju baru tanpa harus membuang baju lama. Caranya, masyarakat bisa menukarkan maksimal tiga pakaian lamanya, untuk bisa ditukarkan dengan pakaian yang tersedia. 
 
Kegiatan itu dilatarbelakangi kebiasaan belanja masyarakat untuk pakaian baru, tetapi menelantarkan yang lama sehingga menjadi awal penyebab dari permasalahan limbah fesyen yang kerap mencemari lingkungan. Keinginan memiliki baju juga didukung dengan tren mode yang cepat atau fast fashion, seperti diskon dan harga miring yang menarik perilaku konsumtif.
 
"Lalu kita ada Conservation Goes to School, Conservation Goes to Campus. Dan juga pastinya Saya Pilih Bumi ini menjadi implementator dari beberapa projek-projeknya National Geographic Indonesia," kata Ramon.
 
Ramon mengatakan upaya-upaya yang dilakukan oleh Saya Pilih Bumi tidak hanya melibatkan partisipasi masyarakat, melainkan juga entitas lain baik itu pemerintah, swasta, komunitas, ataupun institusi pendidikan.

"Bagaimana caranya kita menghimpun semangat yang sama, melakukan aktivitas bersama, kegiatan yang sifatnya untuk memilih bumi, terkait dengan upaya pelestarian lingkungan," imbuhnya.  

Baca juga: Hypeprofil Sastrawan Felix K Nesi: Budaya Bertutur Melahirkan Keberanian Imajinasi

Demi Hidup yang Lestari

Bukan tanpa alasan Ramon masih terus konsisten bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan selama dua dekade terakhir. Dia punya cita-cita, yakni bisa hidup sampai hari usia tua dengan rumah yang nyaman, di mana masyarakat sekitarnya sejahtera dengan menerapkan semangat gotong royong untuk menjaga lingkungan tetap lestari dan nyaman ditinggali.
 
Hal ini pula yang mendorongnya untuk membuat sebuah yayasan yang menjadi ruang lebih baik untuk pelestarian lingkungan. Yayasan itu nantinya bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, mulai dari upaya konservasi lingkungan hingga pemberdayaan masyarakat lokal. 
 
Untuk mewujudkan impian itu, Ramon kini masih terus melakukan observasi dan berdiskusi dengan berbagai pihak seperti komunitas dan entitas swasta. Semakin banyak pihak yang bisa berjejaring dengannya, dia berharap impiannya untuk membuat yayasan yang bergerak di bidang lingkungan mendapatkan dukungan yang besar dari banyak orang.
 
"Saya ingin semuanya aman, semuanya setara, masyarakat lokal, ekosistemnya bangkit. Ekosistemnya kelihatannya bergerak dengan tepat, efektif. Artinya upaya itu harus mulai dari sekarang," kata aktor yang membintangi film Romeo Juliet (2009) itu.
 
Keinginan untuk mewujudkan kehidupan yang lestari juga diupayakan Ramon di rumahnya sendiri. Beberapa upaya yang diterapkannya mulai dari pemilahan sampah, hingga melakukan ekoenzim yang dihasilkan dari fermentasi limbah organik dapur, menjadi bahan yang memiliki banyak manfaat untuk alam dan manusia.
 
Mengutip situs Institut Teknologi Surabaya, ekoenzim merupakan enzim berupa cairan hasil fermentasi berbagai sampah organik seperti kulit buah, sayuran, ataupun biji-bijian yang telah difermentasi kurang lebih selama tiga bulan. Enzim yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik tersebut merupakan sebuah katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi biokimia yang ada di air.
 
Di samping fungsinya yang bertujuan untuk mempercepat reaksi biokimia yang ada di air untuk menguraikan polutan, ekoenzim juga memiliki banyak manfaat.

Contohnya, ekoenzim dapat membantu meningkatkan kualitas air karena enzim yang dituangkan tersebut membantu mikroba air dalam proses degradasi. Selain itu, ekoenzim juga membantu menghilangkan bau tidak sedap pada air, membantu pemulihan ekosistem air yang tercemar, dan sebagainya. 
 
Dengan segudang manfaatnya itu, ekoenzim saat ini menjadi solusi yang tepat untuk memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Sebab, di samping dapat membantu mengurangi polutan air, ekoenzim yang berbahan dasar sampah organik juga dapat mengurangi adanya penumpukan sampah dapur yang saat ini masih kurang dimanfaatkan. 
 
"Kita memanfaatkan limbah buah, direndam dengan cuka dan garam beberapa bulan, kemudian cairan tersebut bisa menjadi cairan pembersih. Menjadi lebih hemat. Saya tidak perlu lagi membeli bahan cairan kimia untuk membersihkan lantai," kata Ramon.
 
Selain itu, Ramon juga menerapkan penampungan air hujan di rumahnya yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti membersihkan rumah atau menyiram tanaman. Termasuk, melakukan pengomposan dan memilah botol-botol plastik untuk diberikan kepada bank sampah agar tidak mencemari lingkungan.
 
"Sebisa mungkin gimana caranya tidak menghasilkan sampah di rumah. Pelan-pelan nanti dari rumah, tetangga pada tertular energi baik dan akhirnya menjadi sebuah gerakan besar," katanya. 

Baca juga: Hypeprofil Cornelia Agatha: Berjuang Melindungi Generasi Penerus Bangsa

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Resmi Pensiun, Simak Perjalanan Karier TenZ di Skena Kompetitif Valorant

BERIKUTNYA

Klasemen Terbaru dan Jadwal Liga Champions Pekan Kedua Musim 2024-2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: