Meditasi (Sumber gambar: Unsplash/Jared Rice)

Hypereport: Potensi Meditasi & Retret Spiritual Jadi Arah Baru Wisata Dunia

16 September 2024   |   07:37 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Bali telah lama dikenal sebagai suaka bagi para pencari kedamaian. Dari berbagai penjuru dunia, orang-orang datang ke Pulau Dewata guna menyembuhkan batin, mengistirahatkan raga dan jiwa, demi terlahir kembali setelah babak belur bergelut dengan kehidupannya.

Sudut-sudut tersembunyi di Bali tak ubahnya lumbung spiritualitas. Tidak mengherankan bila konsep wellness tourism begitu semarak. Salah satunya bisa ditemui di Kebun Meditasi di Padang Sambian, Denpasar Barat. 

Seperti namanya, Kebun Meditasi adalah sebuah tempat meditasi dan berkebun yang dikembangkan oleh sineas asal Bali, Mahatma Putra. Mulanya, Kebun Meditasi adalah personal space baginya, tetapi perjalanan membawa tempat ini bertemu dengan orang-orang lain. 

Semua bermula dari dua tahun lalu. Kala itu, Putra merasa membutuhkan satu ruang privat untuknya menepikan diri dari segala rutinitas. Kebetulan, dirinya juga sangat menggemari berkebun. Dia pun segera merealisasikan konsepnya menjadi Kebun Meditasi. 

Baca juga laporan terkait:   
 
Dia ingin Kebun Meditasi bisa mewadahi keinginannya untuk menyendiri sekaligus hobinya dalam berkebun. Bisa dibilang, Kebun Meditasi adalah tempatnya bersenang-senang dan sejenak melambat untuk merefleksikan apa-apa yang tengah dilakukannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, tempatnya mulai didatangi oleh sejumlah orang, terutama kawan-kawannya. Dirinya pun mencoba melakukan beberapa kegiatan meditatif ketika banyak orang berkumpul di tempatnya.

Lambat laun, yang datang ke Kebun Meditasi makin beragam. Putra pun merasa mulai mesti mengatur kedatangan orang-orang tersebut, termasuk mengelola tempat ini agar lebih berkelanjutan ke depan.

Hal itu dimulai dengan menata kembali kebun miliknya dan sebuah saung cukup besar yang berada di dalamnya. Lalu, Putra memfungsikan rumahnya menjadi penginapan untuk orang yang mau sejenak menepikan diri. 

Kebun Meditasi menawarkan berbagai pengalaman meditatif yang cukup unik dan beragam. Salah satunya ialah dengan menenangkan diri melalui belajar berkebun bersama. Putra menjelaskan, kebun miliknya selama ini menerapkan sistem permakultur. 

Itu adalah sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Konsep ini mencoba mengintegrasikan manusia, tanah, sumber daya, dan lingkungan dalam hubungan yang dekat dan saling menguntungkan.

“Kebunnya cukup kecil sebenarnya, sekitar 60 meter. Namun, di sini kita bisa setiap hari makan dari situ,” jelas Putra kepada Hypeabis.id

Bagi Putra, berkebun menjadi salah satu aktivitas yang terapeutik. Setelah belajar berkebun, seseorang bisa mendapatkan kedamaian dengan duduk di saung sambil melihat maupun mendengar suara-suara yang menenangkan.

Kebunnya berisi beberapa tanaman, seperti markisa, bunga telang, tomat, gambas, labu, cabai, kemangi, dan masih banyak lagi. Di dalam Kebun Meditasi, dirinya juga kerap membuka program meditasi dengan mengundang beberapa praktisi holistik, dari praktisi profesional sampai biksu.

“Rencananya, seminggu sekali akan ada warung gitu, semacam untuk makan bersama dari apa yang ada di kebun,” imbuhnya.

Umumnya, orang yang datang ke Kebun Meditasi juga menginap. Namun, beberapa yang lain juga hanya datang untuk menikmati pengalaman menepikan diri, lalu kembali pulang. 
 

Putra mengatakan wisata healing atau penyembuhan belakangan ini memang menjadi konsep yang makin digemari. Hal ini tak lepas dari tren gaya hidup sehat yang juga lagi diminati. 

Dengan konsep ini, berlibur tak hanya sebatas jalan-jalan atau menghibur diri, menikmati atraksi atau kuliner, tetapi lebih dari itu, yakni mendapatkan pengalaman yang bersifat fisik maupun spiritual.

Menurut Putra, wellness tourism menjadi diminati karena kesadaran terhadap kesehatan mental sudah makin membaik. Selain itu, upaya menemukan kedamaian juga tak selalu hanya berasal dari spiritual tradisional, tetapi lebih luas lagi. 

Mulai besarnya minat wellness tourism, termasuk di dalamnya adalah meditasi dan retret spiritual bukanlah isapan jempol belaka. Menurut Global Wellness Institute, potensinya terus membesar setiap tahun. Hal ini lantaran makin banyak pekerja yang mengalami stres dan tidak bahagia dengan apa yang dilakukannya.

Jumlah tak main-main, sampai 1,21 miliar orang atau setara 38 persen dari total pekerja dunia. Sebanyak 76 persen dari total 3,2 miliar juga mengaku menderita dari sisi physical well being. Lalu, ada 1,66 juta pekerja dewasa yang juga terancam karena kelebihan berat badan.


Arah Baru Pariwisata Dunia

Pakar pariwisata Azril Azhari mengatakan potensi Indonesia mengembangkan wisata meditasi dan retret spiritual sangatlah besar. Sebab, saat ini tren pariwisata memang tengah mengarah kepada dua jenis tersebut. 

Menurut Azril, tren pariwisata telah berubah drastis sejak dunia selesai dengan permasalahan Covid-19. Saat ini, pariwisata kini mengarah ke customize tourism. Kegiatan pariwisata kini jadi lebih personal lagi.

Hal ini membuat jenis-jenis wisata yang masuk ke dalam minat khusus menjadi berkembang, seperti meditasi dan retret spiritual . “Meditasi dan retret spiritual masuk ke dalam jenis wellness tourism. Saat ini wisata seperti ini memang tengah banyak dicari,” ungkap Azril kepada Hypeabis.id.

Azril mendatakan dalam wellness tourism, ada empat bagian yang kerap jadi sorotan. Pertama adalah mindfulness, kedua adalah spirituality, ketiga adalah gabungan antara fisik dan ketenangan, keempat adalah gastronomy.

Meditasi dan retret spiritualitas masuk ke dalam mindfullness dan spirituality. Dalam praktiknya, kata Azril, keempat bagian dalam wellness ini bisa dijalankan secara terpisah satu sama lain, tetapi tak sedikit pula yang menggabungkannya.
 

Meditasi (Sumber gambar: Unsplash/ Benjamin Child)

Meditasi (Sumber gambar: Unsplash/ Benjamin Child)

Menurut Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) itu, Indonesia punya potensi besar mengembangkan wisata jenis ini karena beberapa alasan. Salah satunya adalah karena program-program yang ada di dalam wellness tourism sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat.

Dengan demikian, wisata jenis ini lebih mungkin diolah dan berkembang karena bertolak dari apa yang ada. Dengan kondisi alam yang beragam, masyarakat dapat meramu berbagai tempat menjadi sarana meditatif yang unik dan berbeda.

Kemudian, Indonesia juga dikenal terhadap potensi rempah, bahkan sampai jalur rempah di masa lalu. Hal ini tentu menjadi keterkaitan yang kuat untuk menyediakan sarana retret spiritual yang berbasis ke alam. Di luar itu, untuk melengkapi proses wellness, dalam hal gastronom, Indonesia juga punya banyak variasi makanan yang sehat.

“Semua makanan-makanan khas Indonesia itu slow food. Ini kan yang sedang diburu banyak orang sekarang,” imbuhnya.

Kendati demikian, Azril menyayangkan saat ini pemerintah dirasa belum terlalu melirik konsep-konsep seperti ini. Memang, lanjut Azril, wisata berbasis kesehatan sempat menjadi isu besar, tetapi justru yang disorot justru dari sisi medical.

Padahal, dari sisi medis, Indonesia bisa dibilang tertinggal jauh dari Singapura atau Prancis. Justru, kata Azril, dengan konsep wellness Indonesia bisa punya ciri khas dan jadi magnet baru, terutama dalam tren customize tourism ini. 

Baca juga: Begini Cara Meditasi Spirit, Self Healing yang Bikin Hidup Lebih Produktif

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Surga Bahari Mandeh, Pesona ‘Raja Ampat’ dari Sumatra Barat

BERIKUTNYA

Wacana Pembentukan Kementerian Khusus Kebudayaan Kembali Bergulir

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: