Infinity Yin Yang dan Eskplorasi Seni Tiga Dimensi ala Lini Widhiasi
11 September 2024 |
09:30 WIB
Ada yang berbeda dengan Galeri Nasional Indonesia (GNI). Bangunan yang berdiri sejak abad ke-18 itu, tampil lebih estetik. Dua pilar utama, di bagian fasad gedung A, tampak berbeda dengan adanya instalasi bertajuk Awakening yang dibuat dari alumunium tahan karat.
Terdiri dari puzle-puzle pelat alumunium, karya tersebut menampilkan objek perempuan yang dikelilingi bentuk abstrak geometris. Figurnya tampak menengadah dengan mata terpejam. Kedua kakinya merentang. Tangannya mengatup ke langit, seperti mengucap syukur.
Awakening merupakan karya pembuka pameran Infinity Yin Yang dari perupa Lini Natalini Widhiasi. Menjadi seteleng kesekian kalinya setelah lebih dari empat dekade bakum di dunia seni rupa, ekshibisi ini memacak belasan karya Lini yang berukuran gigantik, dan merespons ruang.
Baca juga: Mengungkai Fenomena Otomatisasi di Era Digital dalam Karya CAPTCHA Azizi Al Majid
Dikenal sebagai perupa cilik ajaib pada dekade 1970-an, dalam pameran ini, Lini telah berevolusi. Dari perupa yang menggunakan kanvas sebagai medium karya, kiwari perupa asal Surabaya itu, lebih memilih aluminium untuk menampung gagasan-gagasannya yang tak terbendung.
"Rutinitas harian sebagai ibu rumah tangga membuat saya vakum. Namun saat mulai lagi berkarya, bidang dua dimensi tidak cukup buat saya. Sampai suatu saat saya menemukan alumunium, dari sinilah saya merasa bebas" katanya.
Memasuki galeri, publik juga akan disuguhi karya Passion and Hope (Gairah dan Harapan) yang secara utuh menampilkan objek-objek realis yang membentuk figur. Yakni lewat sosok-sosok perempuan yang berlari dan menari dalam gerak yang trengginas. Mereka ditampilkan melompat, berpusing, dan menengadahkan tubuh seperti sedang berdansa waltz.
Terdiri dari empat panel, karya berdimensi 5x2 meter ini disepuh dengan warna keemasan, sehingga menimbulkan suasana yang penuh semangat dan hangat. Dalam karya ini, sang seniman juga menghadirkan berbagai objek, dalam bentuk potongan-potongan karya, yang dirangkai menjadi satu karya utuh dan seperti sebuah cerita.
Ada pula karya The Paradoxical Life (Kehidupan yang Paradoks) yang terdiri dari empat plat aluminium yang dijajar secara horizontal. Di atasnya ditumpuk pelat lain dengan bentuk-bentuk abstrak. Namun, karya ini sepintas mirip sulur daun dan bunga yang merambat.
Lini menjelaskan, karya ini ingin membahasakan bahwa beberapa kebenaran dalam hidup terkadang terbukti salah atau sebaliknya. Bahkan, terkadang hal-hal yang tidak logis juga dapat terbukti menjadi logis. "Oleh karena itu, seseorang tidak akan menyadari kedalaman paradoks hingga mereka menyelami maknanya secara mendalam," katanya.
Kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan, berbeda dari karya-karya sebelumnya, kali ini sang seniman hadir dengan karya-karya terbaru, yang visioner, dengan kekuatan eksplorasi sekaligus eksploitasi material, medium dan teknik. Momen ini menurutnya tak lepas dari pola pencarian artistik Lini yang terus mengaktualisasikan diri seturut zaman.
Lain dengan melukis pada bidang kanvas yang terdiri dari bidang datar dua dimensi, karya seni aluminium Lini terdiri dari bongkahan berbagai objek. Oleh karena itu dang seniman mencoba memilih berbagai objek, dalam bentuk puzzle-puzzle karya, yang kemudian dirangkai menjadi satu karya utuh dan membentuk kesatuan estetika yang autentik.
Berbeda dengan perupa yang menggunakan material sama, karya Lini juga memiliki corak yang khas. Jadi, alih-alih menyajikan petanda dalam tekukan, goresan, patri, atau langgam-langgam bahasa rupa lain, karya-karyanya lebih ekspresif. "Dibanding perupa Indonesia yang menggunakan alumunium, karya Lini lebih bercerita," katanya.
Citra menjelaskan, karya seni Instalasi Lini juga memiliki kecenderungan abstrak figuratif, yang merupakan kristalisasi dari simfoni kehidupan. Ini dituangkan dalam gerak komposisi dinamis melalui pemilihan objek atau bentuk stilasi berupa figur manusia, pohon kehidupan, dedaunan, bunga-bungaan, sayap-sayap, bentuk geometris, organik hingga arabesque.
Baca juga: 5 Karya Mencuri Perhatian dalam Pameran Bersama Strangely Familiar di Can's Gallery
Refleksi tersebut salah satunya terejawantah dalam Upside Down Mind (Pikiran Terbalik) yang berbentuk kerucut dan dihadirkan secara terbalik. Secara keseluruhan, objek karya ini juga berbeda dengan belasan karyanya yang dipacak di GNI. Sebab, menampilkan bentuk tiga dimensi yang utuh. Sedangkan yang lain hanya mencapai tahap dua setengah dimensi.
"Karya-karya Lini juga menekankan pada kekuatan tekstur, berbagai tekstur yang beragam, menghasilkan komposisi ruang dan dimensi yang sangat dinamis, progresif sekaligus lentur," kata Citra.
Pameran Tunggal Lini Natalini Widhiasi dapat diapresiasi publik mulai 4 September sampai 3 Oktober 2024 setiap hari, pukul 09.00-19.00 WIB di GNI. Pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 10.000,- untuk anak usia 3-12 tahun, Rp 20.000,- untuk dewasa, Rp 50.000,- untuk Warga Negara Asing (WNA).
Editor: Fajar Sidik
Terdiri dari puzle-puzle pelat alumunium, karya tersebut menampilkan objek perempuan yang dikelilingi bentuk abstrak geometris. Figurnya tampak menengadah dengan mata terpejam. Kedua kakinya merentang. Tangannya mengatup ke langit, seperti mengucap syukur.
Awakening merupakan karya pembuka pameran Infinity Yin Yang dari perupa Lini Natalini Widhiasi. Menjadi seteleng kesekian kalinya setelah lebih dari empat dekade bakum di dunia seni rupa, ekshibisi ini memacak belasan karya Lini yang berukuran gigantik, dan merespons ruang.
Baca juga: Mengungkai Fenomena Otomatisasi di Era Digital dalam Karya CAPTCHA Azizi Al Majid
Dikenal sebagai perupa cilik ajaib pada dekade 1970-an, dalam pameran ini, Lini telah berevolusi. Dari perupa yang menggunakan kanvas sebagai medium karya, kiwari perupa asal Surabaya itu, lebih memilih aluminium untuk menampung gagasan-gagasannya yang tak terbendung.
"Rutinitas harian sebagai ibu rumah tangga membuat saya vakum. Namun saat mulai lagi berkarya, bidang dua dimensi tidak cukup buat saya. Sampai suatu saat saya menemukan alumunium, dari sinilah saya merasa bebas" katanya.
Karya Lini Natalini Widhiasi berjudul Awakening (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Terdiri dari empat panel, karya berdimensi 5x2 meter ini disepuh dengan warna keemasan, sehingga menimbulkan suasana yang penuh semangat dan hangat. Dalam karya ini, sang seniman juga menghadirkan berbagai objek, dalam bentuk potongan-potongan karya, yang dirangkai menjadi satu karya utuh dan seperti sebuah cerita.
Ada pula karya The Paradoxical Life (Kehidupan yang Paradoks) yang terdiri dari empat plat aluminium yang dijajar secara horizontal. Di atasnya ditumpuk pelat lain dengan bentuk-bentuk abstrak. Namun, karya ini sepintas mirip sulur daun dan bunga yang merambat.
Lini menjelaskan, karya ini ingin membahasakan bahwa beberapa kebenaran dalam hidup terkadang terbukti salah atau sebaliknya. Bahkan, terkadang hal-hal yang tidak logis juga dapat terbukti menjadi logis. "Oleh karena itu, seseorang tidak akan menyadari kedalaman paradoks hingga mereka menyelami maknanya secara mendalam," katanya.
Corak Khas
Kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan, berbeda dari karya-karya sebelumnya, kali ini sang seniman hadir dengan karya-karya terbaru, yang visioner, dengan kekuatan eksplorasi sekaligus eksploitasi material, medium dan teknik. Momen ini menurutnya tak lepas dari pola pencarian artistik Lini yang terus mengaktualisasikan diri seturut zaman.Lain dengan melukis pada bidang kanvas yang terdiri dari bidang datar dua dimensi, karya seni aluminium Lini terdiri dari bongkahan berbagai objek. Oleh karena itu dang seniman mencoba memilih berbagai objek, dalam bentuk puzzle-puzzle karya, yang kemudian dirangkai menjadi satu karya utuh dan membentuk kesatuan estetika yang autentik.
Berbeda dengan perupa yang menggunakan material sama, karya Lini juga memiliki corak yang khas. Jadi, alih-alih menyajikan petanda dalam tekukan, goresan, patri, atau langgam-langgam bahasa rupa lain, karya-karyanya lebih ekspresif. "Dibanding perupa Indonesia yang menggunakan alumunium, karya Lini lebih bercerita," katanya.
Pengunjung mengamati karya Lini Natalini Widhiasi dalam pameran Infinity Yin Yang di Galeri Nasional Indonesia (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Baca juga: 5 Karya Mencuri Perhatian dalam Pameran Bersama Strangely Familiar di Can's Gallery
Refleksi tersebut salah satunya terejawantah dalam Upside Down Mind (Pikiran Terbalik) yang berbentuk kerucut dan dihadirkan secara terbalik. Secara keseluruhan, objek karya ini juga berbeda dengan belasan karyanya yang dipacak di GNI. Sebab, menampilkan bentuk tiga dimensi yang utuh. Sedangkan yang lain hanya mencapai tahap dua setengah dimensi.
"Karya-karya Lini juga menekankan pada kekuatan tekstur, berbagai tekstur yang beragam, menghasilkan komposisi ruang dan dimensi yang sangat dinamis, progresif sekaligus lentur," kata Citra.
Pameran Tunggal Lini Natalini Widhiasi dapat diapresiasi publik mulai 4 September sampai 3 Oktober 2024 setiap hari, pukul 09.00-19.00 WIB di GNI. Pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 10.000,- untuk anak usia 3-12 tahun, Rp 20.000,- untuk dewasa, Rp 50.000,- untuk Warga Negara Asing (WNA).
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.