CAPTCHA: Abstraction dan CAPTCHA: Apollo karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: PHypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Mengungkai Fenomena Otomatisasi di Era Digital dalam Karya CAPTCHA Azizi Al Majid

07 September 2024   |   17:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Ada satu karya yang cukup mencuri perhatian di Pameran Strangely Familiar di Can’s Gallery, Jakarta. Dipajang di sisi ruang sebelah kiri pintu masuk, karya seri berjudul CAPTCHA ini menyita perhatian lantaran visualnya yang mengambil gaya meme dan tampak berbeda dibandingkan dengan karya lainnya.

Karya seri berjudul CAPTCHA: Abstraction dan CAPTCHA: Apollo adalah buah tangan dari seniman Azizi Al Majid. Lewat karya ini, Azizi mencoba menyentil peran manusia di tengah gempuran digitalisasi dan robotisasi (otomatisasi).

Baca juga: 5 Karya Unik Lini Natalini Widhiasi dalam Pameran Infinity Yin Yang di Galeri Nasional

Dalam meramunya, dia menggunakan sebuah gambar yang lekat dengan metode pengecekan validitas. Captcha adalah akronim dari Completely Automated Public Turing Test to Tell Computers and Humans Apart, sebuah metode keamanan yang sudah familiar digunakan di internet.

Lewat metode ini, sebuah program di internet dapat mendeteksi dan membedakan antara pengguna manusia dan pengguna bot (robot), di sebuah situs web.
 

 CAPTCHA: Abstraction dan CAPTCHA: Apollo karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: PHypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

CAPTCHA: Abstraction dan CAPTCHA: Apollo karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: PHypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Menurut Azizi, captcha dipilih karena punya sisi menarik untuk merespons tema formalisme urban yang diusung di pameran ini. Di sisi lain, gambar-gambar maupun variasi captcha juga sudah cukup familiar bagi kebanyakan orang, terutama yang aktif di internet.

Bagi Azizi, captcha adalah sebuah fenomena menarik yang muncul di internet. Di tengah dunia makin terdigitalisasi, rupanya kita masih membutuhkan metode untuk membedakan antara manusia dan bot (robot).

Baca juga: 5 Karya Mencuri Perhatian dalam Pameran Bersama Strangely Familiar di Can's Gallery

Namun, captcha sebagai sebuah metode keamanan justru kerap dipandang sebelah mata. Menurut Azizi, kerap kali orang selalu ingin cepat-cepat mengisi kode di captcha dan tak ingin berlama-lama di program tersebut.

Padahal, pelambatan sejenak ini punya peran penting dalam pogram captcha. Hal ini lantaran salah satu metode membedakan manusia dan bot ialah dari kecepatan mengeklik.

Pada manusia, biasanya kursor tidak langsung digerakan, ada proses berpikir sebelum memilih. Adapun, jika itu dilakukan oleh bot, proses memilihnya akan berjalan lebih cepat.
 

Seniman Azizi Al Majid - CAPTCHA: Apollo (2024) (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Seniman Azizi Al Majid - CAPTCHA: Apollo (2024) (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Hal tersebut misalnya tersimbolkan lewat permainan cursor yang berantakan dalam karya berjudul CAPTCHA: Apollo. Di karya ini, Azizi juga menghadirkan banyak objek-objek lain yang khas di internet.

Judul Apollo juga direpresentasikan olehnya ke dalam banyak variasi. Sebab, Apollo ini bisa berarti adalah roket Amerika Serikat yang telah mendaratkan manusia pertama di bulan, tetapi juga bisa Apollo sebagai mitologi Yunani. Dalam lukisan ini, Azizi banyak mencoba bermain-main dengan kode dan teks.

“Dalam ikut pameran ini, saya banyak melakukan eksplorasi baru khususnya soal tema. Dari yang tadinya di meme, sekarang mesti mencari sisi internet selain bentuk meme walau masih berdekatan,” ucap Azizi kepada Hypeabis.id

Strangely Familiar (Contemporary Urban Formalism) adalah pameran bersama yang digelar oleh Can’s Gallery dan diikuti oleh sepuluh seniman kontemporer Tanah Air.

Mereka adalah Azizi Al Majid, Erwin Windu, Galih Johar, Harishazka, Rega Rahman, Ruth Marbun, Patra Aditia, Stereoflow, Tuyuloveme dan Tomy Herseta. Ekshibisi yang berlangsung dari 24 Agustus hingga 21 September 2024 ini mengajak publik untuk menyelami tema abstrak dan urban.

Baca juga: Refleksi Diri Lewat Elemen Figuratif & Abstrak di Pameran Tunggal Ade Habibie

Kurator Gumilar Ganjar mengatakan Strangely Familiar berusaha menawarkan sisi menarik dari persinggungan seni abstrak dan seni urban. Para seniman yang tergabung di dalamnya lantas mencoba mengeksplorasi formalisme urban.

Menurut Gumilar, sepuluh seniman kontemporer yang tergabung dalam pameran ini berasal dari beragam praktik seni dan latar belakang. Beberapa seniman ada yang berangkat dari titik utama ekspresi urban, seperti street art, komik, atau budaya meme. Namun, beberapa yang lain datang dari latar belakang akademis, seperti desain maupun arsitektur.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Penjurian Festival Film Indonesia 2024 Resmi Dimulai, Begini Prosesnya!

BERIKUTNYA

Sinopsis Kemah Terlarang Kesurupan Massal, Film Horor dari Kisah Nyata di Yogyakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: