Begini Perilaku & Minat Masyarakat Indonesia Terhadap Investasi Digital
05 September 2024 |
20:00 WIB
Tren investasi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Menurut catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor sampai dengan 9 Agustus 2024 mencapai 13,45 juta investor. Angka itu meningkat sebesar 11 persen dari 2023 yang tercatat berjumlah 12,17 juta investor.
Di tengah pertumbuhan positif tren investasi ini, generasi muda menyumbang peran besar dengan data KSEI yang menunjukkan bahwa 54,96 persen investor individu berusia di bawah 30 tahun. Menariknya, di tengah era digital saat ini, banyak orang telah memiliki pemahaman seputar investasi digital. Bahkan, menyebut investasi digital lebih menguntungkan dibandingkan investasi secara konvensional.
Laporan terbaru dari Populix menemukan bahwa 47 persen persen responden percaya investasi digital dapat lebih menguntungkan dibandingkan investasi secara konvensional seperti tabungan dan deposito. Perspektif ini disebut berasal dari persepsi tentang keuntungan lebih tinggi serta potensi diversifikasi yang ditawarkan oleh platform investasi digital.
Baca Juga: Instrumen Investasi yang Cocok untuk 5 Karakter Investor, Genhype yang Mana?
Hasil survei bertajuk Unlocking Insights into Digital Investment Trends itu juga menunjukkan bahwa mayoritas atau 55 persen responden memiliki pemahaman mendasar seputar investasi digital, terutama pada instrumen reksa dana dan saham.
Meski begitu, studi ini juga memperlihatkan polaritas pemahaman di kalangan responden terhadap perbedaan antara investasi digital dan konvensional, seperti tabungan atau deposito.
Sementara 42 persen responden mengaku telah memiliki pemahaman yang jelas tentang perbedaannya, 44 responden responden mengaku masih memiliki pengetahuan yang terbatas, serta sisanya atau 14 persen responden tidak mengetahui perbedaannya sama sekali.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa 89 persen responden menyatakan bahwa mereka memahami risiko investasi digital, dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda, dan cara untuk mengelola risiko tersebut, terutama di kalangan responden laki-laki yang sudah bekerja, tinggal di Jabodetabek dengan status sosio-ekonomi (SES) menengah ke atas.
Namun, masih terdapat kesenjangan pengetahuan yang cukup besar dalam hal mengukur kesuksesan investasi digital, dimana 49 persen responden menyatakan hanya memiliki sedikit pemahaman, dan 18 persen lainnya menyatakan sama sekali tidak memahami bagaimana cara mengukur kesuksesan investasi digital.
Sebaliknya, perempuan lebih jarang atau bahkan hampir tidak pernah mencari informasi terkait investasi digital. Sementara itu, setengah dari responden yang disurvei percaya dengan transparansi dan keamanan investasi digital. Tingkat kepercayaan ini menunjukkan persepsi yang positif terhadap kemampuan platform digital untuk menjaga dan memberikan informasi yang jelas terkait praktik berinvestasi.
Laporan juga menuliskan bahwa responden memutuskan untuk berinvestasi secara digital utamanya karena kenyamanan untukmelakukan transaksi kapan dan di mana pun. Selain itu, kemampuan untuk berinvestasi dengan modal rendah juga menjadi alasan mengapa responden tertarik untuk berinvestasi secara digital.
Kendati demikian, di sisi lain, responden juga mengungkapkan kekhawatiran tentang stabilitas dan keberlangsungan bisnis platform investasi digital. Mereka khawatir akan kemungkinan kebangkrutan atau masalah operasional platform tempat mereka berinvestasi, serta volatilitas dan fluktuasi pasar. Hal-hal ini menjadi faktor yang menghambat mereka dalam memulai investasi.
Sebanyak 74 persen responden di antaranya menyediakan anggaran modal investasi hingga Rp5 juta, sementara 33 persen di antaranya menyiapkan anggaran kurang dari Rp1 juta.
Adapun, rencana investasi ini bertujuan sebagai dana darurat sebagaimana diakui oleh 68 persen responden, pendapatan tambahan (61 persen), pembelian aset seperti rumah, kendaraan, dll (48 persen), dana pensiun (46 persen), dana pendidikan (40 persen), dan diversifikasi portofolio investasi (25 persen).
Sementara itu, satu dari tiga responden menyatakan masih ragu dalam menggunakan investasi digital terutama karena kurangnya pengetahuan tentang investasi digital dan khawatir akan risiko kerugian modal.
Timothy Astandu selaku Co-Founder dan CEO Populix mengatakan peningkatan tren investasi digital membutuhkan dukungan tidak hanya dari platform investasi yang terpercaya, tetapi juga dari literasi keuangan, khususnya terkait aktivitas investasi.
"Dengan pemahaman yang lebih komprehensif, semakin banyak orang akan merasa percaya diri untuk mengeksplorasi investasi digital," katanya.
Penyederhanaan konsep investasi yang kompleks juga dinilai akan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas, memungkinkan lebih banyak orang membuat keputusan yang tepat sesuai dengan tujuan keuangan mereka di era ekonomi digital saat ini.
Baca Juga: Panduan Investasi Pasar Modal, Kenali 4 Tipe Trading yang Populer
Editor: M. Taufikul Basari
Di tengah pertumbuhan positif tren investasi ini, generasi muda menyumbang peran besar dengan data KSEI yang menunjukkan bahwa 54,96 persen investor individu berusia di bawah 30 tahun. Menariknya, di tengah era digital saat ini, banyak orang telah memiliki pemahaman seputar investasi digital. Bahkan, menyebut investasi digital lebih menguntungkan dibandingkan investasi secara konvensional.
Laporan terbaru dari Populix menemukan bahwa 47 persen persen responden percaya investasi digital dapat lebih menguntungkan dibandingkan investasi secara konvensional seperti tabungan dan deposito. Perspektif ini disebut berasal dari persepsi tentang keuntungan lebih tinggi serta potensi diversifikasi yang ditawarkan oleh platform investasi digital.
Baca Juga: Instrumen Investasi yang Cocok untuk 5 Karakter Investor, Genhype yang Mana?
Hasil survei bertajuk Unlocking Insights into Digital Investment Trends itu juga menunjukkan bahwa mayoritas atau 55 persen responden memiliki pemahaman mendasar seputar investasi digital, terutama pada instrumen reksa dana dan saham.
Meski begitu, studi ini juga memperlihatkan polaritas pemahaman di kalangan responden terhadap perbedaan antara investasi digital dan konvensional, seperti tabungan atau deposito.
Sementara 42 persen responden mengaku telah memiliki pemahaman yang jelas tentang perbedaannya, 44 responden responden mengaku masih memiliki pengetahuan yang terbatas, serta sisanya atau 14 persen responden tidak mengetahui perbedaannya sama sekali.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa 89 persen responden menyatakan bahwa mereka memahami risiko investasi digital, dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda, dan cara untuk mengelola risiko tersebut, terutama di kalangan responden laki-laki yang sudah bekerja, tinggal di Jabodetabek dengan status sosio-ekonomi (SES) menengah ke atas.
Namun, masih terdapat kesenjangan pengetahuan yang cukup besar dalam hal mengukur kesuksesan investasi digital, dimana 49 persen responden menyatakan hanya memiliki sedikit pemahaman, dan 18 persen lainnya menyatakan sama sekali tidak memahami bagaimana cara mengukur kesuksesan investasi digital.
Perilaku Investasi Digital di Indonesia
Sebelum mulai berinvestasi, sebanyak 90 persen responden mengaku mencari terlebih dahulu informasi seputar investasi digital. Tujuh dari sepuluh responden mencari informasi terkait pasar modaldan investasi selama beberapa kali dalam sebulan. Adapun, responden laki-laki, pekerja, dan berasal dari kelas menengah atas cenderung lebih sering mengakses informasi seputar investasi digital.Sebaliknya, perempuan lebih jarang atau bahkan hampir tidak pernah mencari informasi terkait investasi digital. Sementara itu, setengah dari responden yang disurvei percaya dengan transparansi dan keamanan investasi digital. Tingkat kepercayaan ini menunjukkan persepsi yang positif terhadap kemampuan platform digital untuk menjaga dan memberikan informasi yang jelas terkait praktik berinvestasi.
Laporan juga menuliskan bahwa responden memutuskan untuk berinvestasi secara digital utamanya karena kenyamanan untukmelakukan transaksi kapan dan di mana pun. Selain itu, kemampuan untuk berinvestasi dengan modal rendah juga menjadi alasan mengapa responden tertarik untuk berinvestasi secara digital.
Kendati demikian, di sisi lain, responden juga mengungkapkan kekhawatiran tentang stabilitas dan keberlangsungan bisnis platform investasi digital. Mereka khawatir akan kemungkinan kebangkrutan atau masalah operasional platform tempat mereka berinvestasi, serta volatilitas dan fluktuasi pasar. Hal-hal ini menjadi faktor yang menghambat mereka dalam memulai investasi.
Rencana Investasi Digital Masyarakat Indonesia
Laporan yang melibatkan 1.024 responden itu juga menyebut mayoritas atau sebanyak 67 persen responden mengaku sudah berencana untuk berinvestasi digital di tahun depan. Salah satu alasannya ialah investasi digital dipandang sebagai cara praktis untuk mendapatkan keamanan finansial dan meningkatkan pendapatan, bahkan dengan modal yang minim.Sebanyak 74 persen responden di antaranya menyediakan anggaran modal investasi hingga Rp5 juta, sementara 33 persen di antaranya menyiapkan anggaran kurang dari Rp1 juta.
Adapun, rencana investasi ini bertujuan sebagai dana darurat sebagaimana diakui oleh 68 persen responden, pendapatan tambahan (61 persen), pembelian aset seperti rumah, kendaraan, dll (48 persen), dana pensiun (46 persen), dana pendidikan (40 persen), dan diversifikasi portofolio investasi (25 persen).
Sementara itu, satu dari tiga responden menyatakan masih ragu dalam menggunakan investasi digital terutama karena kurangnya pengetahuan tentang investasi digital dan khawatir akan risiko kerugian modal.
Timothy Astandu selaku Co-Founder dan CEO Populix mengatakan peningkatan tren investasi digital membutuhkan dukungan tidak hanya dari platform investasi yang terpercaya, tetapi juga dari literasi keuangan, khususnya terkait aktivitas investasi.
"Dengan pemahaman yang lebih komprehensif, semakin banyak orang akan merasa percaya diri untuk mengeksplorasi investasi digital," katanya.
Penyederhanaan konsep investasi yang kompleks juga dinilai akan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas, memungkinkan lebih banyak orang membuat keputusan yang tepat sesuai dengan tujuan keuangan mereka di era ekonomi digital saat ini.
Baca Juga: Panduan Investasi Pasar Modal, Kenali 4 Tipe Trading yang Populer
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.