Genhype, Begini Kiat Menyesuaikan Portofolio Investasi Sesuai Profil Risiko
31 July 2023 |
19:46 WIB
Investor kalangan milenial dan generasi Z mendominasi demografi usia investor. Menurut data KSEI, sebanyak 59,72 persen investor berusia di bawah 30 tahun. Kelompok usia ini memegang aset mencapai Rp49,94 triliun per Juni 2022.
Investor kalangan muda pun mulai bersiap mengencangkan portofolio investasi, memasuki awal semester yang baru. Prospek investasi masih memberikan angin yang cukup segar memasuki musim pemilu.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Begini Langkah Penting Bagi Investor Saham saat Nilai Investasinya Turun
Menurut Pengamat Investasi dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, aspek fundamental dan fiskal Indonesia berjalan cukup sehat dan kuat. Kondisi ini bisa mendorong daya tarik investor untuk menanamkan modalnya.
Setiap investor tentu memiliki perhitungan sendiri dalam membentuk portofolio investasi. Tak ada rumus yang pasti untuk merancang portofolio investasi. Menurutnya, satu hal pasti yang wajib diperhatikan investor adalah berpegang pada profil risiko masing-masing.
Sebagaimana diketahui, terdapat empat jenis profil risiko investasi yakni agresif, moderat, konservatif, dan sangat konservatif. Semakin konservatif, biasanya rencana jangka waktu berinvestasinya pun akan semakin pendek.
Mereka yang memiliki tipe konservatif biasanya memiliki jangka waktu investasi 1-3 tahun, sementara yang sangat konservatif bisa kurang dari 1 tahun.
Sementara tipe agresif lebih bergantung pada tingkat keuntungan maksimal dalam jangka waktu panjang lebih dari 4 tahun. Moderat berada di tengah dengan jangka waktu 3-4 tahun. Biasanya tipe moderat mengharapkan keuntungan yang bisa diterima secara berkala.
Menimbang berbagai perbedaan tujuan dan jangka waktu tersebut, seorang investor harus memahami profil risikonya. Secara umum, terdapat beberapa jenis risiko dalam berinvestasi yaitu risiko likuiditas, reinvestment, dan finansial.
Risiko likuiditas terkait dengan pencarian dana dalam periode tertentu, sedangkan risiko reinvestment adalah risiko yang mengharuskan investor menginvestasikan kembali dananya setelah menerima pendapatan dari suatu aset investasi. Sementara risiko finansial terkait dengan kondisi dasar yang bersinggungan dengan pengelolaan dana investor.
Memahami tingkat profil risiko dapat membantu investor menakar sejauh apa risiko untuk berinvestasi di suatu instrumen dan produk. Profil risiko berkaitan dengan tingkat toleransi investor dalam menerima risiko apapun selama berinvestasi.
Nico mencontohnya, investor yang tidak suka dengan pasang surut volatilitas saham tentu tak bisa meletakkan seluruh asetnya di instrumen saham. “Namun bukan berarti investor melepas instrumen ini sepenuhnya. Caranya tinggal dikombinasikan saja. Misal dengan porsi instrumen saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan obligasi atau deposito,” kata Nico.
Dengan mengetahui profil risiko, investor dapat meredam, mengelola, dan meminimalisir pola risiko yang diterimanya. Pasalnya, setiap investor pasti akan bersentuhan dengan nilai risiko. Tantangannya adalah bagaimana mengelola risiko tersebut sehingga investasi bisa optimal.
Strategi Spesifik
Sementara itu, Manajer Investasi dari Batavia Prosperindo AM, Eri Kusnadi menegaskan bahwa tidak ada kiat khusus dalam menentukan instrumen investasi. Menurut Eri, semua bergantung lagi kepada profil risiko. Untuk itu, investor bisa memilih instrumen apa pun asal tetap berkaca pada profil risiko tersebut. setiap alokasi investasi memiliki strategi yang spesifik tergantung masing-masing dananya.
Eri mengatakan, penyusunan strategi berdasarkan profil risiko merupakan langkah kedua dalam membuat portofolio berjalan mulus dengan risiko yang bisa dikendalikan. Langkah pertamanya tetap berpegang pada penyusunan rencana keuangan. “Berinvestasilah sesuai dengan perencanaan keuangan yang ada dan sesuai juga dengan profil risiko,” kata Eri.
Menyusun perencanaan keuangan ini akan melihat pada total penghasilan yang kemudian dialokasikan untuk pos-pos keuangan sesuai dengan kebutuhan. Salah satu pos keuangan yang penting dialokasikan adalah investasi.
Persentasenya bisa beragam mulai dari 10%. Dari dana investasi yang sudah dialokasikan, barulah investor memilih instrumen investasi dan produk-produk investasi yang tersedia di pasar. Dalam proses inilah investor dapat menyesuaikan produk dengan profil risikonya.
Langkah terakhir yang tak boleh luput adalah rutin melihat perkembangan pasar, termasuk pasar modal dan investasi lainnya. Langkah ini berguna untuk melihat potensi, peluang, dan perkiraan hambatan dalam pasar investasi. Jadi, investor dapat menakar risikonya dalam memilih instrumen dan produk investasi.
Baca juga: Rekomendasi Buku tentang Prinsip Dasar Investasi yang Banyak Jadi Rujukan Investor Sukses
Sementara untuk keperluan menakar strategi averaging (manajemen risiko tingkat esktrem), Eri menyarankan investor bisa berkonsultasi dengan pihak manajer investasi supaya pengelolaan manajemen risikonya lebih tepat.
Walaupun memiliki profil risiko yang berbeda, setiap investor diharapkan mampu melihat perkembangan pasar investasi tanpa terburu-buru dan selalu menimbang peluang dalam jangka panjang.
Editor: Fajar Sidik
Investor kalangan muda pun mulai bersiap mengencangkan portofolio investasi, memasuki awal semester yang baru. Prospek investasi masih memberikan angin yang cukup segar memasuki musim pemilu.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Begini Langkah Penting Bagi Investor Saham saat Nilai Investasinya Turun
Menurut Pengamat Investasi dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, aspek fundamental dan fiskal Indonesia berjalan cukup sehat dan kuat. Kondisi ini bisa mendorong daya tarik investor untuk menanamkan modalnya.
Setiap investor tentu memiliki perhitungan sendiri dalam membentuk portofolio investasi. Tak ada rumus yang pasti untuk merancang portofolio investasi. Menurutnya, satu hal pasti yang wajib diperhatikan investor adalah berpegang pada profil risiko masing-masing.
Sebagaimana diketahui, terdapat empat jenis profil risiko investasi yakni agresif, moderat, konservatif, dan sangat konservatif. Semakin konservatif, biasanya rencana jangka waktu berinvestasinya pun akan semakin pendek.
Mereka yang memiliki tipe konservatif biasanya memiliki jangka waktu investasi 1-3 tahun, sementara yang sangat konservatif bisa kurang dari 1 tahun.
Sementara tipe agresif lebih bergantung pada tingkat keuntungan maksimal dalam jangka waktu panjang lebih dari 4 tahun. Moderat berada di tengah dengan jangka waktu 3-4 tahun. Biasanya tipe moderat mengharapkan keuntungan yang bisa diterima secara berkala.
Menimbang berbagai perbedaan tujuan dan jangka waktu tersebut, seorang investor harus memahami profil risikonya. Secara umum, terdapat beberapa jenis risiko dalam berinvestasi yaitu risiko likuiditas, reinvestment, dan finansial.
Risiko likuiditas terkait dengan pencarian dana dalam periode tertentu, sedangkan risiko reinvestment adalah risiko yang mengharuskan investor menginvestasikan kembali dananya setelah menerima pendapatan dari suatu aset investasi. Sementara risiko finansial terkait dengan kondisi dasar yang bersinggungan dengan pengelolaan dana investor.
Memahami tingkat profil risiko dapat membantu investor menakar sejauh apa risiko untuk berinvestasi di suatu instrumen dan produk. Profil risiko berkaitan dengan tingkat toleransi investor dalam menerima risiko apapun selama berinvestasi.
Nico mencontohnya, investor yang tidak suka dengan pasang surut volatilitas saham tentu tak bisa meletakkan seluruh asetnya di instrumen saham. “Namun bukan berarti investor melepas instrumen ini sepenuhnya. Caranya tinggal dikombinasikan saja. Misal dengan porsi instrumen saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan obligasi atau deposito,” kata Nico.
Dengan mengetahui profil risiko, investor dapat meredam, mengelola, dan meminimalisir pola risiko yang diterimanya. Pasalnya, setiap investor pasti akan bersentuhan dengan nilai risiko. Tantangannya adalah bagaimana mengelola risiko tersebut sehingga investasi bisa optimal.
Strategi Spesifik
Sementara itu, Manajer Investasi dari Batavia Prosperindo AM, Eri Kusnadi menegaskan bahwa tidak ada kiat khusus dalam menentukan instrumen investasi. Menurut Eri, semua bergantung lagi kepada profil risiko. Untuk itu, investor bisa memilih instrumen apa pun asal tetap berkaca pada profil risiko tersebut. setiap alokasi investasi memiliki strategi yang spesifik tergantung masing-masing dananya.
Eri mengatakan, penyusunan strategi berdasarkan profil risiko merupakan langkah kedua dalam membuat portofolio berjalan mulus dengan risiko yang bisa dikendalikan. Langkah pertamanya tetap berpegang pada penyusunan rencana keuangan. “Berinvestasilah sesuai dengan perencanaan keuangan yang ada dan sesuai juga dengan profil risiko,” kata Eri.
Menyusun perencanaan keuangan ini akan melihat pada total penghasilan yang kemudian dialokasikan untuk pos-pos keuangan sesuai dengan kebutuhan. Salah satu pos keuangan yang penting dialokasikan adalah investasi.
Persentasenya bisa beragam mulai dari 10%. Dari dana investasi yang sudah dialokasikan, barulah investor memilih instrumen investasi dan produk-produk investasi yang tersedia di pasar. Dalam proses inilah investor dapat menyesuaikan produk dengan profil risikonya.
Langkah terakhir yang tak boleh luput adalah rutin melihat perkembangan pasar, termasuk pasar modal dan investasi lainnya. Langkah ini berguna untuk melihat potensi, peluang, dan perkiraan hambatan dalam pasar investasi. Jadi, investor dapat menakar risikonya dalam memilih instrumen dan produk investasi.
Baca juga: Rekomendasi Buku tentang Prinsip Dasar Investasi yang Banyak Jadi Rujukan Investor Sukses
Sementara untuk keperluan menakar strategi averaging (manajemen risiko tingkat esktrem), Eri menyarankan investor bisa berkonsultasi dengan pihak manajer investasi supaya pengelolaan manajemen risikonya lebih tepat.
Walaupun memiliki profil risiko yang berbeda, setiap investor diharapkan mampu melihat perkembangan pasar investasi tanpa terburu-buru dan selalu menimbang peluang dalam jangka panjang.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.