Kapal pinisi milik Sailing Komodo. (Sumber gambar: Sailing Komodo)

Cek Harga Sewa Kapal Pinisi dan Fasilitas Mewahnya Untuk Berlayar di Labuan Bajo

03 September 2024   |   08:23 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Labuan Bajo yang terletak di ujung timur Indonesia mungkin menjadi impian destinasi wisatawan lokal hingga mancanegara. Terletak di kawasan Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), wilayah ini menawarkan daya tarik yang unik untuk menikmati alamnya yang begitu mempesona. 

Wisatawan bisa mencoba langsung pengalaman menginap di atas laut, terutama menggunakan kapal pinisi yang menjadi warisan nenek moyang sejak 1500an. Kapal kayu dengan 7-8 layar ini juga menjadi transportasi di TN Komodo yang memiliki lanskap banyak pulau dengan keindahannya masing-masing. 

Baca juga: Keseruan Ji Chang-wook Menyapa Fans Indonesia, Bagikan Pengalaman ke Bali & Labuan Bajo

Direktur PT Santoso Mahakarya Wisata (Sailing Komodo) Satriyo B Santoso mengatakan terdapat pertumbuhan wisatawan yang menyewa kapal pinisi di Labuan Bajo dalam 5 tahun terakhir. Bahkan, tren pasar bergeser pascapandemi Covid-19.

Pelancong yang datang ke Labuan Bajo terbilang memaksimalkan pengalamannya dengan menyewa kapal dengan fasilitas premium, seperti kapal superior dan pinisi. Adapun kapal superior seperti KM Diantara yang ditawarkan Sailing Komodo dibanderol mulai Rp19 juta/kapal/trip hingga Rp36,5 juta/kapal/trip. Sementara untuk kapal pinisi seperti KLM Al Fathran ditawarkan mulai harga Rp20 juta/kapal/trip hingga Rp58 juta/kapal/trip. 
 
“Market Indonesia kasarnya lebih punya uang sekarang dibanding yang sebelumnya. Jadi mereka nggak nanggung-nanggung untuk datang ke sini cari kapal yang lebih menengah ke atas,” tutur Satriyo saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Memiliki total 7 kapal yang beroperasi di Labuan Bajo, Sailing Komodo menawarkan tiga jenis kapal utama mulai dari standar, superior, dan pinisi. Kapal-kapal ini sebagian besar terbuat dari kayu untuk mempertahankan warisan nenek moyang Indonesia. 

Fasilitas, destinasi, dan atraksi yang ditawarkan umumnya hampir sama, tetapi tentu ada perbedaan kemewahan tampilan kapal dan pelayanan yang dihadirkan. Pinisi yang menjadi favorit wisatawan domestik misalnya, beberapa kapal menawarkan fasilitas premium seperti jacuzzi dan tempat olahraga yang biasa disematkan pada kapal pesiar.
 

Kapal pinisi milik Sailing Komodo. (Sumber gambar: Sailing Komodo)

Kapal pinisi milik Sailing Komodo. (Sumber gambar: Sailing Komodo)


Adapun dari total 7 kapal milik Sailing Komodo, 1 diantaranya berlayar dari Labuan Bajo ke Lombok. Satriyo tengah mempertimbangkan market untuk pelayaran dari Bali ke Labuan Bajo. 

Rute yang ditempuh cukup jauh ini tentu memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam mengatasi gelombang besar di laut lepas. Oleh karenanya, dibutuhkan kapal besar dengan performa kelas wahid.

Sailing Komodo juga terus meningkatkan inovasi untuk menarik wisatawan, termasuk memanfaatkan teknologi dalam operasional kapal. Sebelumnya, kapal-kapal yang beroperasi di Labuan Bajo memiliki tantangan utama berupa keterbatasan akses internet. 

Oleh karena itu, Satriyo cukup terbantu dengan kehadiran teknologi seperti Starlink. Dengan demikian, Sailing Komodo kini mampu menyediakan fasilitas internet dan koneksi yang andal di atas kapal kepada wisatawan. Selain itu, beberapa kapal telah dilengkapi dengan CCTV untuk meningkatkan keamanan penumpang dalam situasi darurat. 

Di Labuan Bajo sendiri sudah menerapkan one gate system atau sistem satu gerbang. Artinya, ketika wisatawan ingin naik ke kapal Sailing Komodo, harus scan barcode terlebih dulu. Adapun dalam satu bulan, rata-rata jumlah pengguna kapal Sailing Komodo mencapai 800-1.000 orang.   

Isu keselamatan sejauh ini menjadi masalah yang perlu diatasi wisata kapal di Labuan Bajo. Memang saat ini cuaca, arah angin, tinggi gelombang, pasang surut air, sudah bisa diprediksi untuk meningkatkan keselamatan. Namun, insiden kapal terbakar dan tenggelam masih jadi perhatian khusus para pemilik kapal. 

Untuk itu, Satriyo menekankan pentingnya mempersiapkan kru kapal dengan pelatihan keselamatan yang intensif. Standar operasional prosedur juga harus dijalankan dengan ketat untuk mencegah maupun menangani insiden dengan cepat. Di sisi lain, penumpang juga perlu diedukasi untuk selalu mengikuti standar keselamatan. 

Sailing Komodo pun berupaya menyediakan dan memperbanyak alat keselamatan mumpuni di kapal.  Perawatan kapal juga dilakukan secara rutin untuk memastikan keamanan dan kualitas layanan yang terjaga. 

Satriyo menyebut pinisi menjadi kapal yang paling sering dilakukan perawatan ketimbang jenis kapal lainnya. Sebab, material yang digunakan kapal pinisi adalah kayu. Sifat kayu yang bisa berlumut, lapuk, tentu memerlukan perawatannya ekstra. “Kami biasanya tiga bulan sekali melakukan perawatan besar, perawatan ringan satu bulan sekali, perawatan general satu tahun sekali di Februari atau Maret,” tuturnya.

Baca juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata Menarik di NTT, Wajib Cek Gunung Kelimutu dan Labuan Bajo

Bicara persaingan bisnis, Satriyo menegaskan di Labuan Bajo terbilang berbeda dengan daerah lainnya. Di Labuan Bajo, pengusaha atau pengelola wisata justru berlomba-lomba dalam inovasi terutama dari layanan dan fasilitas daripada melakukan permainan harga murah seperti di daerah lainnya.

Para pengusaha kompak mempertahankan harga. “Bahkan sebagai gambaran kalau di kota lain, semakin tahun semakin murah, di Labuan Bajo semakin tahun semakin mahal (harganya). Kami mengikuti inflasi,” jelas Satriyo. 

Dia menyebut tantangan bukan dari sisi persaingan bisnis, melainkan regulasi pemerintah yang semakin ketat, terutama terkait izin berlayar. Ada pula isu-isu lingkungan yang mempengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Labuan Bajo.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Keindahan Noken dari Bumi Wamena Karya Didiet Maulana Hadir di PIMFW 2024

BERIKUTNYA

5 Cara Menghapus Jejak Digital di Internet

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: