Strategi Bisnis Kuliner, Bagaimana Generasi Muda Mengubah Hobi Jadi Cuan
03 September 2024 |
18:56 WIB
Industri kuliner Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada Juni 2022, terdapat 11.223 usaha kuliner yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun 2020.
Dari jumlah tersebut, 71,65 persen adalah restoran atau rumah makan, sementara katering menyumbang 2,40 persen, dan sisanya, 25,95 persen, masuk dalam kategori usaha kuliner lainnya.
Peran anak muda dalam industri kuliner ini menarik untuk disimak, kini mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga memanfaatkan kreativitas dan semangat kewirausahaan untuk mengubah hobi dan kebutuhan sehari-hari menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Baca juga: Tak Lagi Sasar Kelas Menengah, Begini Strategi Founder Ayam Goreng Nelongso Hadapi Persaingan Bisnis
Dua sosok muda, Mirza Hukma Shobiyya dan Ahmad Azka Jakaria, merupakan contoh nyata bagaimana semangat dan kerja keras bisa mengantarkan pada kesuksesan di usia muda.
Mirza Hukma Shobiyya (22) memulai bisnis kopi botolan dari rumahnya di Tangerang Selatan saat pandemi Covid-19 melanda. Dengan modal terbatas dan peralatan sederhana, Mirza memilih menjual kopi botolan dengan sistem pre-order, di mana pelanggan dapat memesan dan kopi akan diantar langsung ke rumah mereka tanpa biaya tambahan.
Dalam waktu delapan bulan, Mirza berhasil mengumpulkan cukup modal untuk membuka kedai kopi pertamanya, Kafeign pada November 2021. Namun, kedai kopi ini menghadapi tantangan karena lokasinya yang berada di dalam kompleks perumahan.
Untuk mengatasi hal ini, Mirza menggunakan strategi pemasaran yang cerdas melalui media sosial, terutama Instagram. dia membuat konten bertema sitkom yang konsisten, yang berhasil menarik perhatian netizen dan membantu memperluas jangkauan audiens Kafeign.
"Strategi pemasaran kami fokus pada Instagram dengan membuat konten bertema sitkom yang konsisten," ungkap Mirza saat ditemui di kedai kopi milknya di kawasan Tangerang Selatan.
Berkat kerja keras dan kreativitasnya, Kafeign kini menghasilkan omzet bulanan sekitar Rp70-80 juta dengan laba bersih sekitar Rp25-30 juta per bulan. Menariknya, Mirza juga berencana mengembangkan bisnisnya dengan memperkenalkan varian minuman baru dan memperluas ke beberapa lokasi strategis di Jakarta.
"Iya, dalam sebulan omzet kita itu sekitar Rp70-80 juta, tapi banyak pengeluaran seperti gaji karyawan, listrik, dan keperluan kafe lainnya." ungkapnya.
Di sisi lain, Ahmad Azka Jakaria, yang juga berusia 22 tahun, bersama pacarnya Nadira, memulai bisnis kuliner di kawasan Barito, Jakarta Selatan. Kecintaan mereka pada sushi dan mochi menjadi inspirasi utama. Setelah melakukan survei di sekitar Taman Barito dan menemukan bahwa belum ada yang menjual sushi dan mochi di daerahnya, mereka memutuskan untuk mengambil peluang tersebut. Mereka memanfaatkan TikTok sebagai media promosi gratis, dan konten yang mereka unggah berhasil viral.
"Kami menggunakan TikTok untuk promosi gratis, dan konten yang diunggah ternyata viral," ujar Ahmad melalui pesan jejaring Whatsapp.
Meskipun usaha mereka baru berjalan kurang dari satu bulan, hasilnya sudah menjanjikan. Mereka berhasil meraih omzet harian sekitar Rp5-6 juta dengan laba bersih harian sekitar Rp1,5-2 juta. Ahmad dan Nadira kini sedang merancang konsep booth unik yang lebih menarik dan Instagrammable, dengan harapan dapat menarik lebih banyak pelanggan dan memperluas bisnis mereka ke luar Jakarta dalam waktu dekat.
"Bisnis kami baru berjalan kurang dari satu bulan, jadi kami belum memiliki data omzet bulanan yang akurat. Namun, jika dihitung per hari, omzet kami sekitar Rp5-6 juta, dan laba bersih per hari berkisar antara Rp1,5-2juta." ungkap Ahmad.
Kedua pengusaha muda ini membuktikan bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan keberanian untuk memulai dari hal kecil, kesuksesan bisa diraih bahkan di usia muda.
Baca juga: Jasa Servis Motor Bikin Gen-Z Cuan, Begini Caranya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dari jumlah tersebut, 71,65 persen adalah restoran atau rumah makan, sementara katering menyumbang 2,40 persen, dan sisanya, 25,95 persen, masuk dalam kategori usaha kuliner lainnya.
Peran anak muda dalam industri kuliner ini menarik untuk disimak, kini mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga memanfaatkan kreativitas dan semangat kewirausahaan untuk mengubah hobi dan kebutuhan sehari-hari menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Baca juga: Tak Lagi Sasar Kelas Menengah, Begini Strategi Founder Ayam Goreng Nelongso Hadapi Persaingan Bisnis
Dua sosok muda, Mirza Hukma Shobiyya dan Ahmad Azka Jakaria, merupakan contoh nyata bagaimana semangat dan kerja keras bisa mengantarkan pada kesuksesan di usia muda.
Mirza Hukma Shobiyya (22) memulai bisnis kopi botolan dari rumahnya di Tangerang Selatan saat pandemi Covid-19 melanda. Dengan modal terbatas dan peralatan sederhana, Mirza memilih menjual kopi botolan dengan sistem pre-order, di mana pelanggan dapat memesan dan kopi akan diantar langsung ke rumah mereka tanpa biaya tambahan.
Dalam waktu delapan bulan, Mirza berhasil mengumpulkan cukup modal untuk membuka kedai kopi pertamanya, Kafeign pada November 2021. Namun, kedai kopi ini menghadapi tantangan karena lokasinya yang berada di dalam kompleks perumahan.
Untuk mengatasi hal ini, Mirza menggunakan strategi pemasaran yang cerdas melalui media sosial, terutama Instagram. dia membuat konten bertema sitkom yang konsisten, yang berhasil menarik perhatian netizen dan membantu memperluas jangkauan audiens Kafeign.
"Strategi pemasaran kami fokus pada Instagram dengan membuat konten bertema sitkom yang konsisten," ungkap Mirza saat ditemui di kedai kopi milknya di kawasan Tangerang Selatan.
Berkat kerja keras dan kreativitasnya, Kafeign kini menghasilkan omzet bulanan sekitar Rp70-80 juta dengan laba bersih sekitar Rp25-30 juta per bulan. Menariknya, Mirza juga berencana mengembangkan bisnisnya dengan memperkenalkan varian minuman baru dan memperluas ke beberapa lokasi strategis di Jakarta.
"Iya, dalam sebulan omzet kita itu sekitar Rp70-80 juta, tapi banyak pengeluaran seperti gaji karyawan, listrik, dan keperluan kafe lainnya." ungkapnya.
Di sisi lain, Ahmad Azka Jakaria, yang juga berusia 22 tahun, bersama pacarnya Nadira, memulai bisnis kuliner di kawasan Barito, Jakarta Selatan. Kecintaan mereka pada sushi dan mochi menjadi inspirasi utama. Setelah melakukan survei di sekitar Taman Barito dan menemukan bahwa belum ada yang menjual sushi dan mochi di daerahnya, mereka memutuskan untuk mengambil peluang tersebut. Mereka memanfaatkan TikTok sebagai media promosi gratis, dan konten yang mereka unggah berhasil viral.
"Kami menggunakan TikTok untuk promosi gratis, dan konten yang diunggah ternyata viral," ujar Ahmad melalui pesan jejaring Whatsapp.
Meskipun usaha mereka baru berjalan kurang dari satu bulan, hasilnya sudah menjanjikan. Mereka berhasil meraih omzet harian sekitar Rp5-6 juta dengan laba bersih harian sekitar Rp1,5-2 juta. Ahmad dan Nadira kini sedang merancang konsep booth unik yang lebih menarik dan Instagrammable, dengan harapan dapat menarik lebih banyak pelanggan dan memperluas bisnis mereka ke luar Jakarta dalam waktu dekat.
"Bisnis kami baru berjalan kurang dari satu bulan, jadi kami belum memiliki data omzet bulanan yang akurat. Namun, jika dihitung per hari, omzet kami sekitar Rp5-6 juta, dan laba bersih per hari berkisar antara Rp1,5-2juta." ungkap Ahmad.
Kedua pengusaha muda ini membuktikan bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan keberanian untuk memulai dari hal kecil, kesuksesan bisa diraih bahkan di usia muda.
Baca juga: Jasa Servis Motor Bikin Gen-Z Cuan, Begini Caranya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.