Menengok Upaya Pencegahan Mpox di Indonesia, Kemenkes Siapkan 12 Laboratorium dan Ribuan Vaksin
31 August 2024 |
10:00 WIB
Wabah Monkey Pox (Mpox) atau penyakit cacar monyet ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai keadaan darurat kesehatan global. Menanggapi situasi tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menyiapkan sejumlah upaya pencegahan dan penanganan mpox di Indonesia.
Sampai saat ini terdapat 88 kasus mpox di Indonesia. Ada 73 kasus pada 2023 dan 14 kasus pada 2024 yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1A dan 1B. Subclade 1A memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian lebih tinggi dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara subclade 1B memiliki CFR 11 persen, namun dianggap lebih menular, sebagian besar dari kontak seksual
Baca juga: Harga Vaksin Mpox MVA-BN dan Efektivitasnya untuk Cegah Penularan Cacar Monyet
Sementara, Mpox varian Clade 2 dengan subclade 2A dan 2B berasal dari Afrika Barat dengan CFR 3,6 persen. Clade 2B menunjukkan angka kematian dan tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan dengan Clade 1B, penyebabnya sebagian besar berasal dari kontak seksual. Semua kasus Mpox di Indonesia adalah varian Clade 2.
Laboratorium wilayah regional I berada di Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kota Medan Sumatera Utara. Wilayah regional II di Kota Batam Kepulauan Riau. Regional IV berada di Jakarta dan Pangandaran, Jawa Barat. Regional V berada di Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah.
Regional VI di Kota Surabaya Jawa Timur. Regional VII di Pulau Kalimantan di Kota Banjarbaru Kalimantan Timur. Regional VIII di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Makassar dan regional XI di Papua.
Sebagian besar regional tersebut telah dilengkapi alat reagen untuk pemeriksaan Mpox. Sementara regional III (Sumatera Selatan), regional IX (Maluku), dan regional X (Maluku Utara) masih dalam proses penyediaan.
Pemerintah optimistis upaya mitigasi persebaran virus Mpox di Indonesia bisa lebih maksimal melalui penyiapan laboratorium kesehatan karena hasilnya dapat diketahui dengan detail, dan mempengaruhi upaya treatment.
Lebih lanjut, selain menyiapkan laboratorium, Kemenkes juga telah menyiapakan sebanyak 4.450 dosis vaksin yang nantinya akan ditujukan untuk 2.225 sasara, dengan dua dosis per individu untuk mencegah penyebarluasan kasus cacar monyet di Tanah Air.
Sebelumnya, pada 2022, Indonesia telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin sebagai respon awal terhadap peningkatan status pandemi Mpox oleh WHO. Kini pemerintah telah mendatangkan 1.600 dosis vaksin dari Denmark, dengan biaya sekitar Rp3,5 juta per dosisnya.
Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI, memaparkan jenis vaksin mpox yang digunakan di Indonesia adalah golongan Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN). Vaksin ini merupakan turunan vaksin smallpox generasi ke-3 yang bersifat non-replicating
"Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox," kata Prima, dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.
Namun, ketersediaan vaksin MVA-BN masih terbatas. Oleh karena itu, pemberiannya ditujukan untuk lima kelompok prioritas penerima vaksin Mpox. Mereka adalah Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, individu dengan pasangan seks multiple, individu dengan riwayat kontak dengan penderita Mpox, petugas laboratorium yang memeriksa spesimen Mpox, dan petugas kesehatan yang menangani pasien Mpox.
Bagi masyarakat di luar kelompok berisiko tinggi, bisa saja mendapat vaksin Mpox secara mandiri dan berbayar dengan kisaran harga Rp3,3 juta sampai dengan Rp3,5 juta. Meski begitu, pemberiannya akan diprioritaskan untuk kelompok berisiko terlebih dulu.
Sebelumnya beredar narasi di media sosial yang menyebutkan, selain lewat kontak fisik, Mpox dapat menular melalui penyebaran airborne atau melalui udara. Namun, isu tersebut keliru. Dicky Budiman, Epidemiolog dari Griffith University, Australia memaparkan penularan Mpox melalui udara amat sangat jarang.
"Sebetulnya kalaupun disebut penularan utama, harus ada kontak langsung dari cairan tubuh penderita Mpox atau lesi kulit terinfeksi benda yang terkontaminasi oleh virus misalnya pakaian atau tempat tidur pasien," katanya pada Hypeabis.id.
Lebih lanjut dia memaparkan, sejumlah literatur terbaru memang menyebutkan bahwa penularan dapat terjadi melalui droplet besar yang keluar saat orang yang terinfeksi Mpox batuk, bersin, bahkan bicara. Namun, droplet ini biasanya tidak bertahan lama di udara dan cenderung jatuh ke permukaan di sekitarnya.
"Penularan melalui udara dari jarak jauh seperti yang terjadi pada penyakit TBC atau campak, itu belum ada literaturnya," katanya.
Ada beberapa alasan kenapa penularan Mpox sulit menular melalui udara. Pertama, droplet besar yang dihasilkan dari batuk atau bersin penderita Mpox biasanya hanya menempuh jarak pendek. Bisa dibilang tidak mungkin terlempar sampai dua meter dan jatuh ke permukaan.
Alasan lainnya, yakni karena virus Mpox tidak stabil dan tidak bertahan lama di udara terbuka sehingga penularan melalui udara jarak jauh juga sangat tidak mungkin. Berdasarkan data epidemiologi, sebagian besar kasus penularan Mpox yang tercatat terjadi melalui kontak fisik dekat, erat, dan relatif lama, baik dengan penderita Mpox atau dengan permukaan yang terkontaminasi virus.
"Bahkan kalau di Afrika, penularan bisa terjadi setelah mengonsumsi hewan yang terinfeksi Mpox," katanya.
Dengan begitu, Dicky menyarankan supaya orang-orang melakukan pencegahan agar tidak tertular Mpox melalui droplet, walaupun kemungkinannya kecil. Misalnya dengan menggunakan masker saat bepergian.
"Orang yang terinfeksi Mpox, orang yang ada di dekat pasien Mpox, pasien yang menangani pasien ataupun keluarga dekat, itu harus pakai masker untuk mencegah penyebaran droplet," paparnya.
Cobalah untuk menjaga jarak minimal 1-2 meter dengan orang yang terinfeksi Mpox untuk mengurangi risiko terkena droplet. Pastikan tangan selalu bersih, cuci dengan sabun atau hand sanitizer setelah terjadi kontak dengan orang lain atau permukaan benda apapun di tempat umum.
Apabila ada kemungkinan terinfeksi Mpox, penting sekali untuk mengenali gejalanya. Hadianti Adlani, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Tropik Infeksi dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya menjelaskan bahwa gejala klinis dari cacar monyet hampir sama dengan kasus smallpox atau cacar yang muncul pada era 1980-an dan cacar air dari virus varicella.
"Gejala awalnya berupa demam dan sakit kepala, kemudian pembengkakan kelenjar getah bening yang dapat dirasakan di leher, ketiak, ataupun selangkangan, nyeri otot atau punggung, dan badan terasa lemas," jelas Hadianti.
Lebih lanjut dia berujar, dalam 1-3 hari setelah gejala awal akan muncul ruam atau lesi pada kulit dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainya, lalu timbul bintik merah seperti cacar lepuh berisi cairan bening ataupun lepuh berisi nanah.
"Setelah melewati tujuh hari pertama, lesi atau lepuh berlubang dan bernanah tersebut dapat berkembang di seluruh tubuh mulai dari wajah hingga kaki," katanya.
Baca juga: 5 Kelompok Berisiko yang Menjadi Prioritas Penerima Vaksin Mpox
Editor: Puput Ady Sukarno
Sampai saat ini terdapat 88 kasus mpox di Indonesia. Ada 73 kasus pada 2023 dan 14 kasus pada 2024 yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1A dan 1B. Subclade 1A memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian lebih tinggi dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara subclade 1B memiliki CFR 11 persen, namun dianggap lebih menular, sebagian besar dari kontak seksual
Baca juga: Harga Vaksin Mpox MVA-BN dan Efektivitasnya untuk Cegah Penularan Cacar Monyet
Sementara, Mpox varian Clade 2 dengan subclade 2A dan 2B berasal dari Afrika Barat dengan CFR 3,6 persen. Clade 2B menunjukkan angka kematian dan tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan dengan Clade 1B, penyebabnya sebagian besar berasal dari kontak seksual. Semua kasus Mpox di Indonesia adalah varian Clade 2.
Pemerintah Siapkan 12 Laboratorium dan Ribuan Vaksin
Menyikapi perkembangan mpox, Kemenkes RI telah mengambil langkah strategis dengan menyiapkan sebanyak 12 laboratorium untuk mempercepat proses pemeriksaan terhadap individu yang diduga terpapar Mpox. Belasan laboratorium tersebut tersebar di sejumlah kota besar yang terbagi dalam beberapa regional.Laboratorium wilayah regional I berada di Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kota Medan Sumatera Utara. Wilayah regional II di Kota Batam Kepulauan Riau. Regional IV berada di Jakarta dan Pangandaran, Jawa Barat. Regional V berada di Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah.
Regional VI di Kota Surabaya Jawa Timur. Regional VII di Pulau Kalimantan di Kota Banjarbaru Kalimantan Timur. Regional VIII di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Makassar dan regional XI di Papua.
Sebagian besar regional tersebut telah dilengkapi alat reagen untuk pemeriksaan Mpox. Sementara regional III (Sumatera Selatan), regional IX (Maluku), dan regional X (Maluku Utara) masih dalam proses penyediaan.
Pemerintah optimistis upaya mitigasi persebaran virus Mpox di Indonesia bisa lebih maksimal melalui penyiapan laboratorium kesehatan karena hasilnya dapat diketahui dengan detail, dan mempengaruhi upaya treatment.
Lebih lanjut, selain menyiapkan laboratorium, Kemenkes juga telah menyiapakan sebanyak 4.450 dosis vaksin yang nantinya akan ditujukan untuk 2.225 sasara, dengan dua dosis per individu untuk mencegah penyebarluasan kasus cacar monyet di Tanah Air.
Sebelumnya, pada 2022, Indonesia telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin sebagai respon awal terhadap peningkatan status pandemi Mpox oleh WHO. Kini pemerintah telah mendatangkan 1.600 dosis vaksin dari Denmark, dengan biaya sekitar Rp3,5 juta per dosisnya.
Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI, memaparkan jenis vaksin mpox yang digunakan di Indonesia adalah golongan Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN). Vaksin ini merupakan turunan vaksin smallpox generasi ke-3 yang bersifat non-replicating
"Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox," kata Prima, dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.
Namun, ketersediaan vaksin MVA-BN masih terbatas. Oleh karena itu, pemberiannya ditujukan untuk lima kelompok prioritas penerima vaksin Mpox. Mereka adalah Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, individu dengan pasangan seks multiple, individu dengan riwayat kontak dengan penderita Mpox, petugas laboratorium yang memeriksa spesimen Mpox, dan petugas kesehatan yang menangani pasien Mpox.
Bagi masyarakat di luar kelompok berisiko tinggi, bisa saja mendapat vaksin Mpox secara mandiri dan berbayar dengan kisaran harga Rp3,3 juta sampai dengan Rp3,5 juta. Meski begitu, pemberiannya akan diprioritaskan untuk kelompok berisiko terlebih dulu.
Mengenal Mpox dan Potensi Penyebarannya di Indonesia
Mpox pertama kali ditemukan dari Afrika Tengah dan Afrika Barat yang dibawa oleh virus Human Monkeypox dari monyet dan kera lalu ditularkan pada manusia. Penularan virus antar manusia ke manusia, membuat penyebarannya wabah ini makin masif.Sebelumnya beredar narasi di media sosial yang menyebutkan, selain lewat kontak fisik, Mpox dapat menular melalui penyebaran airborne atau melalui udara. Namun, isu tersebut keliru. Dicky Budiman, Epidemiolog dari Griffith University, Australia memaparkan penularan Mpox melalui udara amat sangat jarang.
"Sebetulnya kalaupun disebut penularan utama, harus ada kontak langsung dari cairan tubuh penderita Mpox atau lesi kulit terinfeksi benda yang terkontaminasi oleh virus misalnya pakaian atau tempat tidur pasien," katanya pada Hypeabis.id.
Lebih lanjut dia memaparkan, sejumlah literatur terbaru memang menyebutkan bahwa penularan dapat terjadi melalui droplet besar yang keluar saat orang yang terinfeksi Mpox batuk, bersin, bahkan bicara. Namun, droplet ini biasanya tidak bertahan lama di udara dan cenderung jatuh ke permukaan di sekitarnya.
"Penularan melalui udara dari jarak jauh seperti yang terjadi pada penyakit TBC atau campak, itu belum ada literaturnya," katanya.
Ada beberapa alasan kenapa penularan Mpox sulit menular melalui udara. Pertama, droplet besar yang dihasilkan dari batuk atau bersin penderita Mpox biasanya hanya menempuh jarak pendek. Bisa dibilang tidak mungkin terlempar sampai dua meter dan jatuh ke permukaan.
Alasan lainnya, yakni karena virus Mpox tidak stabil dan tidak bertahan lama di udara terbuka sehingga penularan melalui udara jarak jauh juga sangat tidak mungkin. Berdasarkan data epidemiologi, sebagian besar kasus penularan Mpox yang tercatat terjadi melalui kontak fisik dekat, erat, dan relatif lama, baik dengan penderita Mpox atau dengan permukaan yang terkontaminasi virus.
"Bahkan kalau di Afrika, penularan bisa terjadi setelah mengonsumsi hewan yang terinfeksi Mpox," katanya.
Dengan begitu, Dicky menyarankan supaya orang-orang melakukan pencegahan agar tidak tertular Mpox melalui droplet, walaupun kemungkinannya kecil. Misalnya dengan menggunakan masker saat bepergian.
"Orang yang terinfeksi Mpox, orang yang ada di dekat pasien Mpox, pasien yang menangani pasien ataupun keluarga dekat, itu harus pakai masker untuk mencegah penyebaran droplet," paparnya.
Cobalah untuk menjaga jarak minimal 1-2 meter dengan orang yang terinfeksi Mpox untuk mengurangi risiko terkena droplet. Pastikan tangan selalu bersih, cuci dengan sabun atau hand sanitizer setelah terjadi kontak dengan orang lain atau permukaan benda apapun di tempat umum.
Apabila ada kemungkinan terinfeksi Mpox, penting sekali untuk mengenali gejalanya. Hadianti Adlani, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Tropik Infeksi dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya menjelaskan bahwa gejala klinis dari cacar monyet hampir sama dengan kasus smallpox atau cacar yang muncul pada era 1980-an dan cacar air dari virus varicella.
"Gejala awalnya berupa demam dan sakit kepala, kemudian pembengkakan kelenjar getah bening yang dapat dirasakan di leher, ketiak, ataupun selangkangan, nyeri otot atau punggung, dan badan terasa lemas," jelas Hadianti.
Lebih lanjut dia berujar, dalam 1-3 hari setelah gejala awal akan muncul ruam atau lesi pada kulit dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainya, lalu timbul bintik merah seperti cacar lepuh berisi cairan bening ataupun lepuh berisi nanah.
"Setelah melewati tujuh hari pertama, lesi atau lepuh berlubang dan bernanah tersebut dapat berkembang di seluruh tubuh mulai dari wajah hingga kaki," katanya.
Baca juga: 5 Kelompok Berisiko yang Menjadi Prioritas Penerima Vaksin Mpox
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.