Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Global, Kemenkes Pantau Kelompok Berisiko Ini
25 July 2022 |
12:12 WIB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus cacar monyet alias monkeypox sebagai darurat kesehatan global. Artinya, wabah ini dinilai sebagai ancaman signifikan bagi kesehatan masyarakat dunia, dan butuh perhatian setiap negara untuk mencegah virus menyebar lebih jauh serta berpotensi menjadi pandemi.
Menanggapi seruan global ini, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menerangkan bahwa pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah strategis. Sejak kasus monkeypox muncul di beberapa negara, Kemenkes melakukan surveilans secara aktif di semua pintu masuk negara, terutama di bandara dan pelabuhan.
Maxi menuturkan deteksi dini di bandara dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama terhadap pelaku perjalanan luar negeri dari negara yang ditemukan kasus cacar monyet. KKP mengecek suhu, memeriksa gejala monkeypox terutama kulit kemerahan/ruam, bintik-bintik merah, serta vestikel/pustula yang mudah terlihat di area wajah dan telapak tangan.
Baca Juga : Kenali Gejala Tidak Biasa dari Cacar Monyet atau Monkeypox
"Juga pada komunitas saat ini sesuai data kasus paling banyak di dunia pada kelompok gay. Maka kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi atau LSM," ujar Maxi saat dihubungi wartawan, Senin (25/7/2022).
Sejauh ini, memang belum ditemukan kasus konfirmasi, probable, dan suspect virus cacar monyet di Indonesia. Akan tetapi sebagai antisipasi, pihaknya juga telah menyiapkan laboratorium pemeriksaan di semua provinsi.
Kendati demikian, Maxi meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan terutama rajin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang-orang yang memiliki gejala monkeypox.
Dia mengimbau masyarakat segera melapor ke petugas kesehatan apabila memiliki gejala awal cacar monyet seperti panas, kelainan pada kulit, bintik-bintik merah pada kulit, vesikel berisi cairan atau nanah. "Paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangka," terangnya.
Baca Juga : Mengenal Herpes Zoster, Cacar Api dengan Sensasi Terbakar
Mayoritas kasus cacar monyet yang dilaporkan saat ini terjadi pada laki-laki, dan sebagian besar kasus ini terjadi di antara laki-laki yang mengidentifikasi diri mereka sebagai gay, biseksual, dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
Oleh karena itu, dalam seruannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengimbau adanya peningkatan kesadaran terhadap kelompok tersebut. Kelompok kunci berbasis komunitas, kesehatan seksual, dan jaringan masyarakat sipil juga diminta bergerak meningkatkan penyediaan informasi tentang cacar monyet dan potensi penularannya ke populasi atau komunitas yang mungkin berisiko tinggi terinfeksi.
Cacar monyet pertama kali tercatat menginfeksi manusia pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Monkeypox adalah virus zoonosis alias virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dengan gejala yang sangat mirip dengan pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili poxviridae.
Baca Juga : Waduh, Botol Virus Cacar Ditemukan di Laboratorium Ini
WHO mencatat ada dua clade virus monkeypox, yakni clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Nama monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada 1958. Sementara kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada 1970.
Virus cacar monyet ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur.
Semua kasus yang sampelnya dikonfirmasi oleh PCR telah diidentifikasi terinfeksi clade Afrika Barat. Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal, menunjukkan kecocokan virus cacar monyet yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel, dan Singapura pada 2018 dan 2019.
WHO mencatat, infeksi clade Afrika Barat menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan clade Congo Basin. Tingkat kematiannya 3,6 persen dibandingkan clade Congo Basin sebesar 10,6 persen.
Cacar monyet memang biasanya sembuh sendiri, tetapi mungkin menyebabkan keparahan pada beberapa individu, seperti anak-anak, wanita hamil atau orang dengan penyakit autoimun. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Editor : Syaiful Millah
Menanggapi seruan global ini, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menerangkan bahwa pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah strategis. Sejak kasus monkeypox muncul di beberapa negara, Kemenkes melakukan surveilans secara aktif di semua pintu masuk negara, terutama di bandara dan pelabuhan.
Maxi menuturkan deteksi dini di bandara dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama terhadap pelaku perjalanan luar negeri dari negara yang ditemukan kasus cacar monyet. KKP mengecek suhu, memeriksa gejala monkeypox terutama kulit kemerahan/ruam, bintik-bintik merah, serta vestikel/pustula yang mudah terlihat di area wajah dan telapak tangan.
Baca Juga : Kenali Gejala Tidak Biasa dari Cacar Monyet atau Monkeypox
"Juga pada komunitas saat ini sesuai data kasus paling banyak di dunia pada kelompok gay. Maka kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi atau LSM," ujar Maxi saat dihubungi wartawan, Senin (25/7/2022).
Sejauh ini, memang belum ditemukan kasus konfirmasi, probable, dan suspect virus cacar monyet di Indonesia. Akan tetapi sebagai antisipasi, pihaknya juga telah menyiapkan laboratorium pemeriksaan di semua provinsi.
Kendati demikian, Maxi meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan terutama rajin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang-orang yang memiliki gejala monkeypox.
Dia mengimbau masyarakat segera melapor ke petugas kesehatan apabila memiliki gejala awal cacar monyet seperti panas, kelainan pada kulit, bintik-bintik merah pada kulit, vesikel berisi cairan atau nanah. "Paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangka," terangnya.
Baca Juga : Mengenal Herpes Zoster, Cacar Api dengan Sensasi Terbakar
Kasus Cacar Monyet Global
Sekretariat WHO menyampaikan bahwa antara 1 Januari 2022 hingga 20 Juli 2022, tercatat 14.533 kasus monkeypox yang dilaporkan dari 72 negara di seluruh dunia. Penularan terjadi di banyak negara yang sebelumnya tidak melaporkan kasus cacar monyet, dan jumlah kasus tertinggi saat ini dilaporkan dari negara-negara di Wilayah Eropa WHO dan Wilayah Amerika.Mayoritas kasus cacar monyet yang dilaporkan saat ini terjadi pada laki-laki, dan sebagian besar kasus ini terjadi di antara laki-laki yang mengidentifikasi diri mereka sebagai gay, biseksual, dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
Oleh karena itu, dalam seruannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengimbau adanya peningkatan kesadaran terhadap kelompok tersebut. Kelompok kunci berbasis komunitas, kesehatan seksual, dan jaringan masyarakat sipil juga diminta bergerak meningkatkan penyediaan informasi tentang cacar monyet dan potensi penularannya ke populasi atau komunitas yang mungkin berisiko tinggi terinfeksi.
Cacar monyet pertama kali tercatat menginfeksi manusia pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Monkeypox adalah virus zoonosis alias virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dengan gejala yang sangat mirip dengan pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili poxviridae.
Baca Juga : Waduh, Botol Virus Cacar Ditemukan di Laboratorium Ini
WHO mencatat ada dua clade virus monkeypox, yakni clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Nama monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada 1958. Sementara kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada 1970.
Virus cacar monyet ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur.
Semua kasus yang sampelnya dikonfirmasi oleh PCR telah diidentifikasi terinfeksi clade Afrika Barat. Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal, menunjukkan kecocokan virus cacar monyet yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel, dan Singapura pada 2018 dan 2019.
WHO mencatat, infeksi clade Afrika Barat menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan clade Congo Basin. Tingkat kematiannya 3,6 persen dibandingkan clade Congo Basin sebesar 10,6 persen.
Cacar monyet memang biasanya sembuh sendiri, tetapi mungkin menyebabkan keparahan pada beberapa individu, seperti anak-anak, wanita hamil atau orang dengan penyakit autoimun. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Editor : Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.