Upaya Pendampingan yang Perlu Dilakukan untuk Anak Korban Bullying
20 February 2024 |
22:00 WIB
Bullying atau perundungan di lingkungan sekolah masih menjadi isu krusial yang harus mendapatkan perhatian semua pihak. Apa pun bentuk kekerasan yang terjadi di sekolah harus dapat dicegah. Pasalnya, bullying memberikan dampak buruk baik dalam memperoleh pendidikan yang layak, fisik maupun mental korbannya.
Psikolog Klinis Anak Alia Mufida mengatakan tindakan bullying akan memberikan dampak buruk bagi korbannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, korban perundungan akan mengalami sakit fisik dan mental, yang ditandai dengan perasaan kaget atau syok. Sementara jangka panjangnya akan menciptakan trauma.
Terkait sikap perundungan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya, korban bisa saja akan mengalami trauma terkait pertemanan (friendship). Mereka akan memiliki trust issue, sehingga merasa kesulitan untuk menilai mana teman yang benar-benar bisa menerimanya dan mana yang tidak.
Baca juga: Marak Kasus Bullying Remaja di Sekolah, Ini Penyebabnya Kata Psikolog Anak
Selain itu, korban bullying juga cenderung akan menyimpan amarah yang besar akibat tindakan perundungan yang telah menyakiti fisik dan mentalnya, sehingga diperlukan proses untuk mengelolanya dengan baik.
"Supaya bisa meluruskan pikiran-pikiran yang anak tersebut [korban] pikirin yang tidak tepat. Misalnya pikiran bahwa dia layak mendapatkan bullying, nah itu kan sesuatu yang tidak tepat dan perlu diluruskan," kata perempuan yang akrab disapa Fida itu kepada Hypeabis.id, Selasa (20/2/2024).
Lantaran besarnya dampak buruk yang dialami setelah mendapatkan perundungan, korban perlu mendapatkan pendampingan yang serius baik dari orang tua maupun tenaga ahli seperti psikolog.
Fida mengatakan bahwa dalam mendampingi anak sebagai korban perundungan, orang tua harus membangun sekaligus merefleksi koneksi yang lebih dalam lagi dengan buah hatinya. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa anak merasa diayomi, dibela, didukung, dan senantiasa didampingi dalam kondisi apa pun, di samping situasi keluarga atau rumah tangga yang seyogyanya baik-baik saja.
"Anak-anak seperti ini [korban bullying] yang dibutuhin itu perhatian, supaya akhirnya dia tahu dan yakin bahwa keluarganya akan selalu bersamanya dan enggak akan kemana-mana. Sambil juga dikasih tahu mana yang benar dan salah, serta dia merasa dibela dan didukung," ujarnya.
Selain dari orang tua, penting juga untuk membawa anak korban perundungan ke psikolog supaya mendapatkan pendampingan yang menyeluruh. Dengan psikolog, anak mendapatkan ruang yang aman untuk mengungkapkan cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya.
"Ada hal-hal yang harus diluruskan, supaya jangan sampai nanti dia akan jadi pelaku [bullying] di masa mendatang saat sudah selesai. Sehingga, mereka tahu pengalaman ini tuh bisa dipelajari dari sisi mana saja. Secara emosional dan mental tidak terganggu dengan kejadian itu," ucapnya.
Sementara itu, sebagai upaya preventif atau pencegahan tindakan perundungan pada anak, Fida menuturkan orang tua perlu memastikan telah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan buah hati. Terlebih jika anak masih berada pada usia remaja.
Menurutnya, anak remaja acapkali hanya mengungkapkan hal-hal yang ingin dia sampaikan saja kepada orang tuanya, alih-alih bersikap terbuka. Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki kepekaan untuk melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Termasuk, mengecek aktivitasnya di sekolah dan lingkungan pertemanannya.
"Kalau anaknya ada yang berubah harus dicari tahu penyebabnya. Kalau hubungannya [dengan orang tua] baik, paling tidak bisa menjadi benteng untuk anak sehingga paham di titik mana dia harus bertindak. Jadi yang mereka ingat adalah hubungan baik dengan orang tua yang enggak mau mereka rusak," imbuhnya.
Baca juga: 3 Faktor yang Bikin Anak Bisa Jadi Pelaku Bullying di Sekolah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Psikolog Klinis Anak Alia Mufida mengatakan tindakan bullying akan memberikan dampak buruk bagi korbannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, korban perundungan akan mengalami sakit fisik dan mental, yang ditandai dengan perasaan kaget atau syok. Sementara jangka panjangnya akan menciptakan trauma.
Terkait sikap perundungan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya, korban bisa saja akan mengalami trauma terkait pertemanan (friendship). Mereka akan memiliki trust issue, sehingga merasa kesulitan untuk menilai mana teman yang benar-benar bisa menerimanya dan mana yang tidak.
Baca juga: Marak Kasus Bullying Remaja di Sekolah, Ini Penyebabnya Kata Psikolog Anak
Selain itu, korban bullying juga cenderung akan menyimpan amarah yang besar akibat tindakan perundungan yang telah menyakiti fisik dan mentalnya, sehingga diperlukan proses untuk mengelolanya dengan baik.
"Supaya bisa meluruskan pikiran-pikiran yang anak tersebut [korban] pikirin yang tidak tepat. Misalnya pikiran bahwa dia layak mendapatkan bullying, nah itu kan sesuatu yang tidak tepat dan perlu diluruskan," kata perempuan yang akrab disapa Fida itu kepada Hypeabis.id, Selasa (20/2/2024).
Angka kasus perundungan di sekolah di Indonesia masih tinggi. (Sumber gambar: Rdne Stock Project/Pexels)
Pendampingan Korban Bullying
Lantaran besarnya dampak buruk yang dialami setelah mendapatkan perundungan, korban perlu mendapatkan pendampingan yang serius baik dari orang tua maupun tenaga ahli seperti psikolog. Fida mengatakan bahwa dalam mendampingi anak sebagai korban perundungan, orang tua harus membangun sekaligus merefleksi koneksi yang lebih dalam lagi dengan buah hatinya. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa anak merasa diayomi, dibela, didukung, dan senantiasa didampingi dalam kondisi apa pun, di samping situasi keluarga atau rumah tangga yang seyogyanya baik-baik saja.
"Anak-anak seperti ini [korban bullying] yang dibutuhin itu perhatian, supaya akhirnya dia tahu dan yakin bahwa keluarganya akan selalu bersamanya dan enggak akan kemana-mana. Sambil juga dikasih tahu mana yang benar dan salah, serta dia merasa dibela dan didukung," ujarnya.
Selain dari orang tua, penting juga untuk membawa anak korban perundungan ke psikolog supaya mendapatkan pendampingan yang menyeluruh. Dengan psikolog, anak mendapatkan ruang yang aman untuk mengungkapkan cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya.
"Ada hal-hal yang harus diluruskan, supaya jangan sampai nanti dia akan jadi pelaku [bullying] di masa mendatang saat sudah selesai. Sehingga, mereka tahu pengalaman ini tuh bisa dipelajari dari sisi mana saja. Secara emosional dan mental tidak terganggu dengan kejadian itu," ucapnya.
Sementara itu, sebagai upaya preventif atau pencegahan tindakan perundungan pada anak, Fida menuturkan orang tua perlu memastikan telah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan buah hati. Terlebih jika anak masih berada pada usia remaja.
Menurutnya, anak remaja acapkali hanya mengungkapkan hal-hal yang ingin dia sampaikan saja kepada orang tuanya, alih-alih bersikap terbuka. Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki kepekaan untuk melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Termasuk, mengecek aktivitasnya di sekolah dan lingkungan pertemanannya.
"Kalau anaknya ada yang berubah harus dicari tahu penyebabnya. Kalau hubungannya [dengan orang tua] baik, paling tidak bisa menjadi benteng untuk anak sehingga paham di titik mana dia harus bertindak. Jadi yang mereka ingat adalah hubungan baik dengan orang tua yang enggak mau mereka rusak," imbuhnya.
Baca juga: 3 Faktor yang Bikin Anak Bisa Jadi Pelaku Bullying di Sekolah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.