Hypereport: Tokoh-tokoh Art Therapy di Dunia yang Paling Berpengaruh
26 August 2024 |
14:49 WIB
Di Indonesia, terapi ekspresif mulai menunjukkan perkembangan dan banyak diadopsi sebagai metode alternatif. Terapi dengan menggunakan berbagai macam metode, seperti seni visual, musik, drama, tarian, dan sebagainya itu kian diminati, salah satunya karena pengaruh perkembangan di dunia.
Berbeda dengan Indonesia, terapi ekspresif di sejumlah negara dengan tradisi seni yang kuat, sudah begitu masif dan dikenal secara luas. Banyak pihak membuka praktik terapi ini dan banyak masyarakat juga mengenal dan memanfaatkan terapi nonmedis tersebut.
Kondisi itu kerap menjadi pilihan bagi banyak orang untuk mengatasi masalah personal, baik itu kesehatan mental maupun lainnya, seperti demensia, autisme. Perkembangan terapi ekspresif di luar negeri pun tidak dapat dilepaskan dari para tokoh yang mengembangkan suaru metode terapi di belakangnya.
Baca juga: Hypereport: 10 Metode Art Therapy Unik di Dunia, Membuat Film sampai Bermain Peran
Dikutip dari laman Lesley University, terapi ekspresif atau juga dikenal sebagai terapi seni kreatif, memiliki sejarah sejak zaman Mesir kuno. Profesor Lesley Shaun McNiff yang juga pendiri program Terapi Ekspresif pada 1974 menyebutnya sebagai pengetahun berbasis seni. Terapi tersebut, menjadi lebih menonjol dalam budaya saat ini dengan kehadiran psikiatri pada akhir 1800-an dan awal 1900-an.
Praktik formal terapi seni – berdasarkan laman Adelphi Psych Medicine Clinic, Singapura – disebut berawal di Eropa pada abad ke-20. Tidak hanya di Eropa, terapi ini juga mengalami perkembangan di belahan dunia lainnya, yakni Amerika Serikat pada waktu yang sama.
Di Amerika Serikat, organisasi bernama Art Therapy Association berdiri pada 1969. Setelah itu, banyak organisasi serupa berdiri di negara lainnya, seperti di Australia, Selandia Baru, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, terapi seni ini juga masuk ke sektor pendidikan dengan berbagai penelitian dan inovasi. Di balik itu semua, berikut sejumlah tokoh terapi ekspresif dunia yang telah berjasa terhadap perkembangan metode terapi tersebut.
Tokoh pertama adalah Adrian Keith Graham Hill, seorang seniman asal Inggris. Dia disebut-sebut menjadi salah satu tokoh terapi ekspresif pada 1942. Dia juga disebut sebagai penggagas art therapy.
Buku Hill berjudul Art Versus Illness pada 1945 mendokumentasikan kelahiran bidang terapi tersebut. Saat dalam proses penyembuhan diri dari penyakit tuberkulosis di sebuah sanatorium di Inggris, Hill mengatasi rasa bosan dengan menggambar yang sederhana.
Baca juga: Hypereport: Sound Healing, Menyembuhkan Diri lewat Terapi Musik
Pada 1942, dia memberikan pelajaran seni kepada sejumlah pasien yang sedang dalam masa pemulihan dari penyakit tuberkolosis di sanotarium. Dia juga mengusulkan program terapi seni yang tepat di tempat tersebut.
Pengaruh Hill kian meluas lantaran banyak orang bergabung dalam mempromosikan penyembuhan melalui seni. Pada pertengahan 1940-an, National Association for the Prevention of Tuberculosis menerapkan program terapi seni di lebih dari 70 rumah sakit dan sanatorium.
Tokoh dunia lainnya yang berperan penting dalam art therapy adalah seniman Edward Adamson. Dia merupakan salah satu pelopor terapi seni di Inggris yang pertama kali bekerja cukup lama di rumah sakit jiwa di Netherne, Surrey pada 1946 sampai dengan 1981.
Setelah pensiun, dia juga tetap menangani pasien di studionya di London Barat. Sang seniman menghasilkan karya dari para pasiennya sepanjang berkarier pada setiap sesi. Adamson juga memiliki peran penting membuat terapi seni sebagai sebuah profesi lantaran ikut menjadi bagian pendirian Asosiasi Terapis Seni Inggris pada 1964.
Margaret Naumburg menjadi tokoh terapi seni dunia lainnya yang berperan penting dalam perkembangan terapi seni di seluruh dunia. Dia dianggap sebagai psikoterapis pertama yang menggunakan terapi seni dalam praktiknya.
Tidak hanya itu, dia juga mempercayai bahwa terapi seni dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi kesehatan mental. Dia memiliki fokus terhadap pengembangan teknik terapi seni dan menjadikannya sebagai sebuah disiplin ilmu.
Baca juga: Hypereport: Memulihkan Diri Melalui Lukisan
Naumburg pun menerbitkan buku berjudul Dynamically Oriented Art Therapy pada 1966. Kemudian, terapi seni yang dijalaninya memiliki orientasi dinamis dengan pendekatan psikodinamik yang dipengaruhi oleh Sigmund Freud.
Dalam praktiknya, Naumburg memberikan perhatian pada peran alam bawah sadar lantaran dia percaya bahwa seni dapat memungkinkan perasaan bawah sadar muncul ke permukaan, sama seperti psikoanalisis yang secara tradisional digunakan untuk mengatasi alam bawah sadar.
Edit Kramer menjadi tokoh dunia lainnya yang berpengaruh dalam perkembangan art therapy. Dia memiliki penekanan terhadap gagasan seni sebagai terapi daripada psikoterapi yang menggunakan seni sebagai alat.
Baginya, semua seni adalah terapeutik dalam arti kata yang paling luas. Seniman yang menerapkan psikologi modern di bidang seni harus menyesuaikan metodenya dengan media, sehingga nilai terapeutik seni ditingkatkan dengan pengenalan pemikiran terapeutik.
Jadi, nilai tersebut tidak dihancurkan atau dilemahkan oleh pengenalan konsep dan metode yang mungkin tidak sesuai dengan hukum batin penciptaan artistik.
Edith Kramer telah menghasilkan buku tentang disiplin terapi seni. Salah satu di antarnaya adalah Art Therapy in a Children's Community. Dia juga merupakan anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.
Elinor Ulman juga merupakan tokoh lain yang memberikan kontribusi terhadap terapi seni, yang juga menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.
Dia mendirikan forum pertama yang dikhususkan secara eksklusif untuk terapi seni dan menjadi penyunting dua buku pertama tentang terapi seni yang diterbitkan di Amerika Serikat. Menurutnya, terapi seni mencakup berbagai pendekatan terhadap seni.
Di satu sisi spektrum, seni sebagai sarana komunikasi nonverbal dalam proses psikoterapi. Produk seni digunakan untuk membantu pemahaman dan penyelesaian masalah emosional. Di sisi lain, terapi berasal dari pengalaman proses artistik itu sendiri.
Bernard Levy adalan seniman lukis cat air dan juga keramik. Meskipun begitu, dia banyak berkontribusi terhadap literatur disiplin ilmu terapi seni, terutama dalam bidang penilaian dan penelitian.
Selain pernah menjadi direktur program terapi seni di salah satu lembaga di AS, Levy juga pernah menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.
Hanna Yaxa Kwiatkowska adalah seorang seniman pemahat. Dia merupakan pelopor dalam terapi seni keluarga dan memperkenalkannya dalam program penelitian di Institut Kesehatan Mental Nasional
Kwiatkowska pertama kali bekerja sebagai terapis seni di Rumah Sakit St. Elizabeth pada 1955. Di tempat ini, dia mendapatkan izin untuk merancang program perawatannya sendiri. Kesempatan itu membuatnya mulai bekerja dengan orang-orang yang menderita skizofrenia.
Baca juga: Hypereport: Potensi MICE dalam Event Olahraga, Menggali Peluang Ekonomi Lewat Sport Tourism
Pada 1958, dia bekerja sebagai terapis seni di Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). Proyek studi keluarga di NIMH membuat sang seniman memiliki kesempatan untuk menggunakan seni sebagai media mempromosikan ekspresi diri dan komunikasi dalam lingkungan keluarga. Dia juga tercatat fokus membantu keluarga penderita skizofrenia.
Editor: Fajar Sidik
Berbeda dengan Indonesia, terapi ekspresif di sejumlah negara dengan tradisi seni yang kuat, sudah begitu masif dan dikenal secara luas. Banyak pihak membuka praktik terapi ini dan banyak masyarakat juga mengenal dan memanfaatkan terapi nonmedis tersebut.
Kondisi itu kerap menjadi pilihan bagi banyak orang untuk mengatasi masalah personal, baik itu kesehatan mental maupun lainnya, seperti demensia, autisme. Perkembangan terapi ekspresif di luar negeri pun tidak dapat dilepaskan dari para tokoh yang mengembangkan suaru metode terapi di belakangnya.
Baca juga: Hypereport: 10 Metode Art Therapy Unik di Dunia, Membuat Film sampai Bermain Peran
Dikutip dari laman Lesley University, terapi ekspresif atau juga dikenal sebagai terapi seni kreatif, memiliki sejarah sejak zaman Mesir kuno. Profesor Lesley Shaun McNiff yang juga pendiri program Terapi Ekspresif pada 1974 menyebutnya sebagai pengetahun berbasis seni. Terapi tersebut, menjadi lebih menonjol dalam budaya saat ini dengan kehadiran psikiatri pada akhir 1800-an dan awal 1900-an.
Praktik formal terapi seni – berdasarkan laman Adelphi Psych Medicine Clinic, Singapura – disebut berawal di Eropa pada abad ke-20. Tidak hanya di Eropa, terapi ini juga mengalami perkembangan di belahan dunia lainnya, yakni Amerika Serikat pada waktu yang sama.
Di Amerika Serikat, organisasi bernama Art Therapy Association berdiri pada 1969. Setelah itu, banyak organisasi serupa berdiri di negara lainnya, seperti di Australia, Selandia Baru, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, terapi seni ini juga masuk ke sektor pendidikan dengan berbagai penelitian dan inovasi. Di balik itu semua, berikut sejumlah tokoh terapi ekspresif dunia yang telah berjasa terhadap perkembangan metode terapi tersebut.
1. Adrian Hill
Tokoh pertama adalah Adrian Keith Graham Hill, seorang seniman asal Inggris. Dia disebut-sebut menjadi salah satu tokoh terapi ekspresif pada 1942. Dia juga disebut sebagai penggagas art therapy.Buku Hill berjudul Art Versus Illness pada 1945 mendokumentasikan kelahiran bidang terapi tersebut. Saat dalam proses penyembuhan diri dari penyakit tuberkulosis di sebuah sanatorium di Inggris, Hill mengatasi rasa bosan dengan menggambar yang sederhana.
Baca juga: Hypereport: Sound Healing, Menyembuhkan Diri lewat Terapi Musik
Pada 1942, dia memberikan pelajaran seni kepada sejumlah pasien yang sedang dalam masa pemulihan dari penyakit tuberkolosis di sanotarium. Dia juga mengusulkan program terapi seni yang tepat di tempat tersebut.
Pengaruh Hill kian meluas lantaran banyak orang bergabung dalam mempromosikan penyembuhan melalui seni. Pada pertengahan 1940-an, National Association for the Prevention of Tuberculosis menerapkan program terapi seni di lebih dari 70 rumah sakit dan sanatorium.
2. Edward Adamson
Tokoh dunia lainnya yang berperan penting dalam art therapy adalah seniman Edward Adamson. Dia merupakan salah satu pelopor terapi seni di Inggris yang pertama kali bekerja cukup lama di rumah sakit jiwa di Netherne, Surrey pada 1946 sampai dengan 1981.Setelah pensiun, dia juga tetap menangani pasien di studionya di London Barat. Sang seniman menghasilkan karya dari para pasiennya sepanjang berkarier pada setiap sesi. Adamson juga memiliki peran penting membuat terapi seni sebagai sebuah profesi lantaran ikut menjadi bagian pendirian Asosiasi Terapis Seni Inggris pada 1964.
3. Margaret Naumburg
Margaret Naumburg menjadi tokoh terapi seni dunia lainnya yang berperan penting dalam perkembangan terapi seni di seluruh dunia. Dia dianggap sebagai psikoterapis pertama yang menggunakan terapi seni dalam praktiknya.Tidak hanya itu, dia juga mempercayai bahwa terapi seni dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi kesehatan mental. Dia memiliki fokus terhadap pengembangan teknik terapi seni dan menjadikannya sebagai sebuah disiplin ilmu.
Baca juga: Hypereport: Memulihkan Diri Melalui Lukisan
Naumburg pun menerbitkan buku berjudul Dynamically Oriented Art Therapy pada 1966. Kemudian, terapi seni yang dijalaninya memiliki orientasi dinamis dengan pendekatan psikodinamik yang dipengaruhi oleh Sigmund Freud.
Dalam praktiknya, Naumburg memberikan perhatian pada peran alam bawah sadar lantaran dia percaya bahwa seni dapat memungkinkan perasaan bawah sadar muncul ke permukaan, sama seperti psikoanalisis yang secara tradisional digunakan untuk mengatasi alam bawah sadar.
4. Edith Kramer
Edit Kramer menjadi tokoh dunia lainnya yang berpengaruh dalam perkembangan art therapy. Dia memiliki penekanan terhadap gagasan seni sebagai terapi daripada psikoterapi yang menggunakan seni sebagai alat.Baginya, semua seni adalah terapeutik dalam arti kata yang paling luas. Seniman yang menerapkan psikologi modern di bidang seni harus menyesuaikan metodenya dengan media, sehingga nilai terapeutik seni ditingkatkan dengan pengenalan pemikiran terapeutik.
Jadi, nilai tersebut tidak dihancurkan atau dilemahkan oleh pengenalan konsep dan metode yang mungkin tidak sesuai dengan hukum batin penciptaan artistik.
Edith Kramer telah menghasilkan buku tentang disiplin terapi seni. Salah satu di antarnaya adalah Art Therapy in a Children's Community. Dia juga merupakan anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.
5. Elinor Ulman
Elinor Ulman juga merupakan tokoh lain yang memberikan kontribusi terhadap terapi seni, yang juga menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.Dia mendirikan forum pertama yang dikhususkan secara eksklusif untuk terapi seni dan menjadi penyunting dua buku pertama tentang terapi seni yang diterbitkan di Amerika Serikat. Menurutnya, terapi seni mencakup berbagai pendekatan terhadap seni.
Di satu sisi spektrum, seni sebagai sarana komunikasi nonverbal dalam proses psikoterapi. Produk seni digunakan untuk membantu pemahaman dan penyelesaian masalah emosional. Di sisi lain, terapi berasal dari pengalaman proses artistik itu sendiri.
6. Bernard Levy
Bernard Levy adalan seniman lukis cat air dan juga keramik. Meskipun begitu, dia banyak berkontribusi terhadap literatur disiplin ilmu terapi seni, terutama dalam bidang penilaian dan penelitian.Selain pernah menjadi direktur program terapi seni di salah satu lembaga di AS, Levy juga pernah menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.
7. Hanna Yaxa Kwiatkowska
Hanna Yaxa Kwiatkowska adalah seorang seniman pemahat. Dia merupakan pelopor dalam terapi seni keluarga dan memperkenalkannya dalam program penelitian di Institut Kesehatan Mental NasionalKwiatkowska pertama kali bekerja sebagai terapis seni di Rumah Sakit St. Elizabeth pada 1955. Di tempat ini, dia mendapatkan izin untuk merancang program perawatannya sendiri. Kesempatan itu membuatnya mulai bekerja dengan orang-orang yang menderita skizofrenia.
Baca juga: Hypereport: Potensi MICE dalam Event Olahraga, Menggali Peluang Ekonomi Lewat Sport Tourism
Pada 1958, dia bekerja sebagai terapis seni di Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). Proyek studi keluarga di NIMH membuat sang seniman memiliki kesempatan untuk menggunakan seni sebagai media mempromosikan ekspresi diri dan komunikasi dalam lingkungan keluarga. Dia juga tercatat fokus membantu keluarga penderita skizofrenia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.